Ini Undangan: Saya, Si “Pelacur”, Bermain Lagi…
“Senang? Bagaimana bisa senang kalau diperkosa? Saya juga manusia biasa, meskipun PELACUR!” (Monolog Pelacur, Putu Wijaya) Eksistensi seorang pelacur ...
Read more“Senang? Bagaimana bisa senang kalau diperkosa? Saya juga manusia biasa, meskipun PELACUR!” (Monolog Pelacur, Putu Wijaya) Eksistensi seorang pelacur ...
Read moreMINGGU malam, 12 November 2017, dilangsungkan pementasan ke 62, 63, 64 dari Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya. Tempatnya ...
Read moreMEMENTASKAN monolog bisa dibilang mudah mudah susah. Pentas Monolog bisa disutradarai dan diperankan sendiri oleh aktor. Artinya, seorang aktor ...
Read moreDARI dalam gelap, Cok Sawitri selaku sutradara memberi aba-aba, "Action!". Lalu, sinar lampu yang ditata Pandet Brewok mulai merayap, ...
Read morePembukaan pameran : Sabtu, 28 Oktober 2017, pukul 18.30 WITA Monolog Dasamuka : Sabtu, 28 Oktober 2017, pukul 20.00 ...
Read more“HP” adalah judul naskah monolog karya Putu Wijaya. Naskah itu saya mainkan pada saat saya mengawali debut sebagai aktris monolog ...
Read moreDULU menonton monolog itu membosankan, saya kerap selektif memilih siapa pemainnya, barulah membulatkan tekad untuk menyaksikan pementasan. Kalau terpaksa menonton, ...
Read moreMUNGKIN agak terlalu klise jika saya memulai catatan ini dengan menghantarkan pengertian tentang monolog. Sebab, dalam rentang waktu dan jarak ...
Read moreAPAKAH anak-anak sekolahan zaman sekarang mengenal dramawan dan sastrawan Putu Wijaya? Apakah mereka mengenal teror mental? Pahamkah mereka dengan dinamika ...
Read moreKetika tukang cukur menghunus pisau untuk meratakan godek, aku tersentak. Aku baru menyadari bahwa kehidupan berbahaya. Dunia manusia sama buasnya ...
Read moreDI samping kritik, dokumentasi juga rawan dalam kehidupan teater kita. Saya beruntung pernah dibonceng masuk Lincoln Center di New York ...
Read moreTELAH agak lama kita tidak terlalu peduli pada seni peran. Teater kita (di Indonesia) saat ini dipenuhi dengan gerombolan orang ...
Read moreKAMIS, 27 April malam, dua buah lakon telah dimainkan oleh Teater Kampus Seribu Jendela, Undiksha, serangkaian Festival Monolog Bali 100 ...
Read moreBEGITU masuk Desa Banyuatis di Kecamatan Banjar, Buleleng, pada malam Sabtu, 22 April 2017, hati kami (saya, istri dan dua ...
Read moreDENGAN sangat percaya diri harus diakui Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya memberi sumbangan yang besar dalam membentuk aktor untuk ...
Read moreFESTIVAL Monolog Bali 100 Putu Wijaya sudah dibuka 22 Maret 2017. Setelah sekitar dua bulan melakukan persiapan, gelar acara monolog ...
Read moreTEATER Mandiri lebih dari dua dekade menekuni teater visual. Sejak 1991 kami tidak lagi tampil dengan naskah lakon. Cerita, plot, ...
Read moreBILA teater berlari terlalu cepat, perlukah ekselarasi dikurangi? Atau teater mesti buang waktu jalan di tempat sementara, menunggu masyarakt mengejar, ...
Read moreTEATER kini cenderung bicara dengan bahasa visual. Hanya saja penonton (pasar) masih lebih nyaman menikmati tontonan verbal. Kita harus berani ...
Read moreBERBEDA dengan interpretasi, yang memungkinkan seseorang memilih dan mengembangkan berbagai sudut pandang lain/beda/baru pada sebuah lakon, manipulasi adalah penyelewengan/pemanfaatan/pendomplengan. Manipulasi ...
Read moreRekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian. Perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada panitia “Festival Monolog 100 ...
Read moreCatatan ini ditulis ketika Putu Wijaya mementaskan monolog Burung Merak di Open Stage Lovina, Buleleng, Bali, Rabu 25 November 2009, ...
Read more“I wish I could write as misterious as a cat” (Aku berhasrat mampu menulis semisterius seekor kucing) Edgar Allan Poe, ...
Read moreFESTIVAL 100 Monolog Putu Wijaya (F100PW) di seluruh kabupaten di Bali sudah siap digelar selama setahun ini. Pemain sudah siap, ...
Read moreBEGITU menerima kiriman buku “100 Monolog karya Putu Wijaya” yang diberikan langsung oleh Putu Wijaya, dramawan Putu Satria Kusuma langsung ...
Read moreSETAHUN yang lalu saya menulis sebuah artikel di media on line berjudul“Ke mana guru penggerak bergerak?”. Artikel itu terinspirasi dari...
Read moreSUDAH menjadi hakikat, bahwa semua orang di dunia adalah insan yang ingin menang. Entah menang dalam menjalin sebuah hubungan, menang...
Read moreWAKTU menunjukkan sekitar jam setengah sebelas. Matahari merangkak pelan mengubun-ubun. Sementara ombak pantai Masceti masih tetap rindu membuncahi karang-karang. Di...
Read moreTAHUKAH anda wadak? Pertanyaan klise ini terpaksa terlontar mengikuti kata pembuka konten di media sosial. Mengingat terminologi "wadak" hanya diakrabi...
“DARI kelas satu SD saya suka manjat pohon,” ujar lelaki itu sambil menghapus keringatnya yang bercucuran. Kerutan di wajahnya menggambarkan...
SIANG amat terik saat saya mendatangi rumah Pak Agung Subak Tani, begitu ia kerap disapa, di Jalan Cokroaminoto Gang Taman...
KERJA-KERJA tak henti yang dilakukan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng untuk memberantas kemiskinan ekstrem di Bali Utara tentu saja membuat...
TENTU saja Kabupaten Buleleng punya banyak gadis-gadis muda yang begitu lihai bermain gamelan di tengah denyar gemuruh perkembangan gong kebyar...
PADA 1930-an, ada seorang lelaki sedang menjaga hasil panen padi di sawah miliknya. Masa itu, setelah panen, padi tidak langsung...
TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, 1win budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya
Copyright © 2016-2022, tatkala.co
Copyright © 2016-2022, tatkala.co