2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pesan Kemanusiaan dalam Cerita Pendek “Dongeng Sebelum Tidur” Karya Seno Gumira Ajidarma

Karisma Nur FitriabyKarisma Nur Fitria
July 18, 2024
inKritik Sastra
Pesan Kemanusiaan dalam Cerita Pendek “Dongeng Sebelum Tidur” Karya Seno Gumira Ajidarma

Ilustrasi artikel ini diambil dari ilustrasi cerpen Dongeng sebelum tidur, Kompas, 22 Januari 1995, karya SN Rahardjo

MANUSIA mestinya memahami prinsip dan cara kerja kemanusiaan terlepas dari jabatan, golongan tertentu, atau derajat. Manusia sebagai makhluk yang mendominasi di muka bumi disebut-sebut sebagai makhluk sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles, manusia merupakan Zoon Politicon yaitu makhluk yang selalu ingin berinteraksi dalam masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial tentu berhubungan dengan manusia lain dan untuk untuk itu perlu memahami prinsip-prinsip kemanusiaan agar terjalin kehidupan yang harmonis. Pada era saat ini justru banyak manusia melupakan prinsip kemanusiaan dalam kehidupan.

Tidak heran apabila banyak yang menyuarakan hak-hak kemanusiaan bagi para korban penyelewengan hak seperti korban penggusuran. Penggusuran bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Bahkan dalam kegiatan demonstrasi hal ini disuarakan, inilah yang disebut dengan aksi kemanusiaan. Aksi kemanusiaan ini bertujuan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan, dan menjamin rasa hormat terhadap umat manusia.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa nilai kemanusiaan adalah sesuatu yang menyangkut kelakuan dan perbuatan manusia sesuai dengan norma dan menghormati martabat manusia. Nilai kemanusiaan rasanya mulai terkikis seiring perkembangan dan pembangunan. Pemaknaan kemanusiaan menjadi hal yang kurang diperhatikan dalam berbagai hal seperti penggusuran.

Hal ini dapat terjadi karena manusia lebih memilih mengabaikan hakikat kemanusiaan. Penggusuran tidak salah demi perkembangan dan pembangunan tapi dengan melupakan nilai kemanusiaan, itulah yang menjadikannya salah.

Cerpen berjudul “Dongeng Sebelum Tidur” karya Seno Gumira Ajidarma mengisahkan sesuatu yang mewakili para korban penggusuran yang tidak mendapatkan perlakuan layak. Cerpen ini terbit pada 1995 di harian Kompas dan kemudian turut disertakan dalam buku antologi cerpen berjudul “Iblis Tidak Pernah Mati”. Cerita ini melukiskan tokoh Sari, seorang anak berusia 10 tahun sebagai perwakilan manusia yang hatinya masih memiliki rasa kemanusiaan.

Sari memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Ibunya. Setiap malam, Ibunya akan menceritakan sebuah dongeng sebelum tidur. Sejak Sari berusia lima tahun, sang ibu mengisahkan cerita yang berbeda-beda. Meskipun ibunya sangat sibuk karena bekerja, tetap tidak lupa untuk menyiapkan cerita untuk Sari.

Hal ini menggambarkan sebuah hubungan yang baik antara orang tua dan anak atau malah hubungan antara sesama manusia yang mengasihi. Sebab selalu menghadirkan cerita berbeda selama lima tahun kepada Sari, suatu ketika sang ibu telah kehabisan cerita. Dari sinilah dasar penulis mewujudkan nilai kemanusiaan melalui tokoh Sari.

Sembari masih menggendong, ibunya menyambar koran di meja. Entah koran kapan. Selintas saja disambarnya judul-judul berita. Ketika ia meletakkan sari di tempat tidur, sambal mencopot sepatu tinggi, dan membuka blazer-nya, sebuah berita menempel di kepalanya. Ia masih mempertimbangkan, apakah berita itu akan disulapnya menjadi sebuah cerita.

“Cerita tentang apa sekarang Mama?”

Ibunya menghela nafas. Di manakah batas antara dongeng dan kenyataan?

“Dengarlah Sari, cerita ini dimulai dengan pengakuan seorang Ibu.”

Lantas ibunya membaca berita itu.

Saya sudah tinggal di sini sejak usia delapan tahun sampai memiliki tiga anak dan seorang cucu. Tiba-tiba saja, pada usia yang ke-39 sekarang ini – jadi setelah 31 tahun hidup di sini, setelah saya makin merasa bahwa inilah kampung halaman saya, kampung halaman anak-anak dan cucu saya- saya dipaksa pindah dan hanya diberi uang Rp 400.000. siapa yang tidak marah diperlakukan seperti itu? adilkah ganti rugi dengan nilai sekecil itu?

Saya bersama suami saya memang tinggal di atas tanah negara. Tapi saya punya KTP, taat membayar PBB dan tak pernah melawan pemerintah. Kini, setelah rumah saya terbakar dan dibongkar, setelah barang-barang kami rusak semua, kami tidak memiliki apa-apa lagi.

Seharusnya mereka tidak membiarkan kami seperti ini. kami juga tidak tahu harus ke mana setelah ini.

Apa yang bisa saya lakukan hanyalah mengungsikan Sebagian anak-anak saya. Saya kini menunggu kepastian. Uang Rp 400.000 untuk kontrak sebuah keluarga yang layak, sangat tidak cukup. Uang sebesar itu hanya bisa dipakai untuk kontrak rumah ala-kadarnya selama tiga bulan. Ini pun kalau belum naik, dan jika uang itu hanya dipakai untuk kontrak rumah saja. Bagaimana jika kami menyewa truk untuk mengangkut sisa barang kami? Saya juga meragukan bisa tinggal di rumah susun. Untuk membayangkan saja belum pernah, apalagi mempercayai janji bahwa kami bisa hidup lebih baik di rumah susun itu nanti…*)

Lantas ibunya mencoba bercerita berdasarkan foto-foto yang ada di koran itu, begitu asyik, sampai tak tahu betapa Sari terperangah.

Cerita yang tidak menyenangkan bagi seorang anak-anak. Melalui cerita “nyata” yang disulap menjadi sebuah “dongeng” pengantar tidur, membuat Sari justru tidak bisa tidur. Bagaimana bisa seorang anak mendengarkan kisah tragis yang belum didengarnya selama lima tahun terakhir? Cerita yang dilayangkan sang ibu membuat Sari mengetahui sebuah kepahitan seseorang dalam hidup yang bernama “kemanusiaan”.

Persoalan kemanusiaan dalam kisah ini bukan melihat yang benar dan yang salah, melainkan sikap dan tabiat manusia yang seharusnya dalam bertindak. Pengakuan seorang ibu dalam “dongeng” menggambarkan bagaimana nilai kemanusiaan itu dilupakan. Tanah di atas bumi ini sudah memiliki klaim dan menjadi hak masing-masing orang atau negara. Sudah tidak ada lagi tanah yang dapat ditinggali seseorang secara bebas dan damai. Penggusuran tentu tidak salah apabila memang seseorang menempati yang bukan miliknya. Namun demikian, penggusuran tanpa rasa kemanusiaan adalah kesalahan besar.

Dongeng-dongeng sebelum tidur yang diceritakan ibunya biasanya sangat romantis, indah, dan membayangkan suatu alam yang tenang. Tapi kini debu mengepul dalam bayangan Sari, bulldozer menggasak tembok-tembok rumah penduduk, dalam waktu singkat satu kampung menjadi rata dengan tanah. Ibu-ibu diseret, anak-anak menangis, dan bapak-bapak berkelahi melawan para petugas. Sari memejamkan mata,, namun ibunya terus bercerita tentang kebakaran yang berkobar-kobar, jeritan orang-orang yang kehilangan rumah, dan terik matahari yang seakan menjadi lebih menyengat dari biasanya.

Ketika mengakhiri ceritanya, dengan gambaran matahari senja yang bulat, merah, dan besar turun perlahan-lahan di balik siluet jalan-layang yang berseliweran, ibunya merasa Bagai habis berlari lama sekali dan kini terengah-engah.

“Jadi, mereka tidur sambal memandang rembulan, Mama?”

Tokoh ibu membawa pembaca membayangkan berada di posisi Sari (anak 10 tahun) dengan kisah yang keras. Tentu kisah itu tidak akan begitu menyakitkan bagi orang dewasa, namun bagi seorang anak kecil yang lugu, tidak bisa dibayangkan seperti apa reaksi dalam batinnya. Kisah penggusuran dari ibu untuk Sari menyiratkan nilai kemanusiaan yang besar. Kembali melihat hakikat dari nilai kemanusiaan itu sendiri yaitu sesuatu yang menyangkut kelakuan dan perbuatan manusia sesuai dengan norma dan menghormati martabat manusia.

Mendengar kisah penggusuran yang begitu keras membuat anak berusia 10 tahun itu memiliki perasaan yang lembut. Sari tidak melupakan cerita itu, justru merenungkan sesuatu dengan melihat rembulan

“Jadi, mereka tidur sambal memandang rembulan, Mama?”

Ibunya hanya tersenyum, memandang keluar jendela. Ada rembulan di luar sana.

“Kututup gordennya Sari?”

“Biarkan begitu Mama, aku ingin memandang rembulan itu, seperti mereka”

Kutipan ini terletak pada bagian awal ini akan membuat bingung pembaca. Akan tetapi, tidak menjadi masalah. Penggambaran perasaan Sari dapat dirasakan oleh pembaca dengan baik dalam cerita ini. Sari mengungkapkan sesuatu yang menyentuh pembaca Biarkan begitu Mama, aku ingin memandang rembulan itu, seperti mereka. Mereka yang maksud sari adalah para korban penggusuran yang tidak diberikan hak kemanusiannya. Sari yang merupakan seorang anak kecil secara tidak langsung digambarkan memiliki empati yang besar, perasaan sedih, dan memiliki rasa kemanusiaan dalam dirinya. Mendengarkan kisah yang demikian membuat Sari mengetahui penderitaan orang-orang itu.

Cerpen “Dongeng Sebelum Tidur” bukan sebuah cerpen yang sesederhana judulnya. Penyajian nilai kemanusiaan dalam cerita ini membuat pembaca terenyuh dan memahami arti kemanusiaan melalui tokoh anak kecil bernama Sari. Rasa kemanusiaan dimunculkan dari seorang anak kecil melalui “dongeng” pengantar tidurnya.

Menyikapi hal ini, sebenarnya memiliki nilai baik dan kurangnya. Seorang anak kecil digambarkan mendapatkan kisah yang kasar dari seorang ibu yang mengubah kisah nyata menjadi dongeng adalah ketidakbenaran dalam sastra anak. Akan tetapi, ini hanyalah cerita yang memungkinkan semua hal terjadi. Selain itu, dengan menghadirkan cerita penggusuran melalui Sari menjadi contoh pentingnya seorang anak mendapatkan pengetahuan mengenai rasa kemanusiaan.

Penulis menggambarkan cerita dalam cerita dengan baik sehingga pembaca dapat mengimajinasikan suasana batin, latar kejadian, peristiwa yang terjadi, dan lainnya. Menggunakan pola alur maju mundur yang sederhana menjadikan cerita ini unik dan berbeda.

Ketika membaca pada bagian awal, pembaca tidak akan mengerti maksud dari percakapan awal Sari dan ibunya. Akan tetapi, setelah selesai membaca cerita secara keseluruhan pembaca akan tertarik membuka bagian pertama dan kembali membaca untuk merasakan lebih dalam suasana batin Sari.

Cerita ini dapat dibaca sebagai bahan koreksi diri mengenai kepedulian terhadap sesama. Pembaca akan menemukan perasaan yang berbeda ketika membaca cerita ini. “Dongeng Sebelum Tidur” bukan mengenai dongeng indah dari ibu untuk sang anak. Justru menyinggung pembaca mengenai rasa kemanusiaan yang bahkan dimiliki oleh seorang anak kecil. [T]

  • Ilustrasi artikel ini diambil dari ilustrasi cerpen Dongeng sebelum tidur, Kompas, 22 Januari 1995, karya SN Rahardjo
  • BACA artikel lain dari penulisKARISMA NUR FITRIA
“Saya Tak Bisa Seperti Tohari,” kata Seno Gumira Ajidarma
Selamat Menunaikan Ibadah Puisi: Judul adalah Kunci
Orang-Orang Pulau yang Tersingkir: Lima Cerita B.M. Syamsuddin
Suara-suara “Liyan” Setelah 25 Tahun Reformasi: Membaca Kembali Karya-karya Ayu Utami
Angkatan Baru, Polemik Makna Berpendidikan
Faisal Oddang: “Saya pikir saya tidak muda.”
Petualangan Don Quixote: Kegilaan Bersahabat dengan Keberanian
Pikiran dan Luka Tak Berdarah dalam Diri – Ulasan Buku “Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?”
“Malu Dong!” Si Keren Pengabai Aturan Jalan
Menggemparkan Suara di Tengah Ketidakadilan: Ulasan Kumpulan Puisi “Jari Tengah” karya Alfian Dippahatang
Kisah Cinta yang Mendewasakan — Ulasan Novel “Malik & Elsa 2” karya Boy Candra
“Yang Menyublim di Sela Hujan”: Memandang Pendidikan dan Kehidupan di Tanah Papua
Lada dari Papa
Indonesia dari Pinggir: Memoar Perjalanan yang Mengagumkan
Apakah Aku Normal?
Meretas Penyimpangan dalam Perjalanan Budaya dan Spiritualitas Tanah Minangkabau pada Novel “Segala Yang Diisap Langit” karya Pinto Anugrah
Menafsirkan Goresan Luka dari Pisau yang Tak Dapat Maaf
Alusi dan Ihwal yang Belum Selesai dalam “Bolang dari Baon”
Tags: CerpenSeno Gumira Ajidarma
Previous Post

“Bek”, Novel Terbaru Mahfud Ikhwan, akan Dibedah dan Didiskusikan di Galerikertas Studiohanafi

Next Post

Berkunjung dan Membayangkan Masa Lalu di Rumah Batuan, Rumah Tradisional di Desa Batuan-Gianyar

Karisma Nur Fitria

Karisma Nur Fitria

Mahasiswi berusia 20 tahun yang sedang menempuh pendidikan di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta. Memiliki ketertarikan dalam bidang kepenulisan berbagai genre baik fiksi maupun non fiksi. Tengah berusaha mengembangkan project humanity @katabantu_ dengan konsep menjual e-book karya sastra dan 100% hasil penjualannya akan didonasikan untuk aksi kemanusiaan.

Next Post
Berkunjung dan Membayangkan Masa Lalu di Rumah Batuan, Rumah Tradisional di Desa Batuan-Gianyar

Berkunjung dan Membayangkan Masa Lalu di Rumah Batuan, Rumah Tradisional di Desa Batuan-Gianyar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co