24 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Cerpen
Ilustrasi tatkala.co/ diolah dari gambar Nana Partha

Ilustrasi tatkala.co/ diolah dari gambar Nana Partha

Lonte!

PanchoNgaco by PanchoNgaco
September 27, 2020
in Cerpen

Aku bercita-cita menjadi lonte. Aku menjalani hidupku dengan tekun dan teguh demi mencapai cita-cita itu. Menginjak usia 20, aku sudah berhasil mencapai cita-citaku dan menjadi salah satu yang paling sukses.

Aku adalah lonte. Mungkin bahasa lembutnya adalah Pelacur atau Tuna Susila. Meski begitu, aku lebih suka menyebut diriku “lonte”. Lebih nakal, kotor, dan tidak berlagak dihalus-haluskan apalagi diindah-indahkan.

Ya, aku tidak bohong. Menjadi lonte adalah impianku. Sejak aku rajin membaca dan jatuh cinta dengan buku tentang seks, aku langsung bermimpi menjadi lonte. Aku ingin menjadi lonte yang bisa bercinta dengan siapa saja dan mendapat bayaran sepadan. Aku ingin bisa memberikan kepuasan seks untuk siapa saja yang membutuhkannya, selagi mendapatkan petualangan beragam judul, pun tanpa harus takut dicemburui. Aku ingin memberikan pengalaman main gila yang berkesan untuk mereka-mereka, para tamu yang selalu merasa ada yang kosong dalam hidupnya.

Masa kecilku adalah masa kecil paling indah. Aku lahir di tengah keluarga yang kaya. Usia sekolah, aku selalu berprestasi karena orang tuaku membiarkan aku menyeimbangkan hidup dengan giat belajar sembari tetap gila bermain. Aku tidak pernah sekalipun stres.

Memasuki usia kuliah, aku menggilai buku. Semua jenis buku kubaca sampai habis. Setiap hari ada saja buku yang menemaniku mengisi hari. Kalau tidak ada buku, perasaanku langsung tidak karuan dan kesepian.

Dari semua topik yang kubaca, yang kusuka adalah soal seks. Aku lupa persisnya berapa banyak buku soal seks yang kubaca. Semakin banyak buku soal seks kubaca, semakin aku penasaran dengan pengaruh seks dalam kehidupan manusia.

Berkat semua ilmu yang kuterima dari buku-bukuku, aku pun langsung menemukan tujuan hidupku sebelum kuliah kuselesaikan. Aku langsung tahu cita-cita yang ingin kucapai.

***

Sejak dulu, bicara soal manusia adalah bicara soal seks. Seks adalah salah satu sumber kesenangan makhluk yang kata Tuhan paling sempurna ini. Seks menjadi salah satu hiburan yang bisa memberikan kesenangan dan ketenangan, walau hanya sesaat, dalam hidup yang banyak masalahnya.

Menjadi lonte membuatku bisa menghibur mereka yang kesepian, mereka yang sedih, mereka yang marah, mereka yang mabuk, mereka yang rindu, mereka yang haus, maupun mereka yang penasaran.

Siapa bilang menjadi lonte harus melulu karena terpaksa atau tekanan ekonomi. Aku rela menjadi lonte. Menjajakan tubuhku dengan profesional. Aku memasang tarif, membuat syarat dan ketentuan mengikat, bahkan aku juga punya dokter pribadi yang mengurus kesehatan dan kebersihan kelaminku dan seisinya secara rutin. 

Memangnya soal karir, semua harus di balik meja dan konferensi atau rapat di gedung bertingkat setiap pagi? Aku juga punya kantor bernama hotel. Hotel-hotel mewah yang menjulang tinggi di ibu kota. Setiap hari aku bisa berkantor di tempat berbeda, memberikanku pengalaman yang begitu banyak rasa.

Aku menjadi lonte sejak dulu semua karena mau. Aku ingin dan ikhlas menjadi lonte karena itu memang cita-citaku. Tidak semua orang bisa mencapai cita-cita yang diinginkannya. Harusnya orang bangga melihatku, bukan menghakimi.

***

Aku bekerja setiap hari. Dalam satu hari, aku terbiasa melayani lima sampai tujuh tamu saja. Kadang sepuluh masih boleh, tapi dengan catatan ada dua sesi yang diisi dua sampai tiga tamu sekaligus. Kalau istilah kerennya, sesi itu adalah threesome atau foursome.

Tamuku bermacam-macam. Aku tidak pilih kasih terhadap tamu, sepanjang mereka bisa membayar penuh dan mengikuti syarat dan ketentuan yang kuberikan. Aku pernah melayani seorang pria kesepian, anak sekolah yang pusing ujian, penjudi yang kalah taruhan, tukang ojek yang kejar setoran, nelayan yang kehabisan ikan, petani yang panennya hancur-hancuran, bahkan perempuan yang penasaran.

Gaya mereka beraneka ragam. Ada yang malu-malu, sok galak, elegan, penuh perhatian, banyak aturan, banyak pertanyaan, banyak takutnya, ingin menguasai, lembut, kasar, banyak bicara, banyak gaya, banyak coba-coba, pun ada yang tidak tahu harus berbuat apa.

Pernah suatu kali, aku mendapatkan tamu yang usianya kutebak sudah lebih dari kepala empat. Dia mengontakku via telepon dan mengatakan ingin main di penginapan murah yang cukup jauh dari kampungnya. Aku pun mengiyakan dan langsung memintanya menuju ke penginapan murah milik kenalanku yang letaknya dekat apartemenku sendiri.

Penginapan itu murah tetapi bebas dari penggerebekan, sebab kenalanku sendirilah yang biasanya memimpin operasi penggerebekan di wilayahku. Karena aku sering memberinya jatah gratis, jadilah teman ini ikhlas memberikan salah satu kamarnya untukku bekerja sekali waktu, tanpa rasa khawatir.

Kembali soal tamu. Tamu itu akhirnya sampai di depan pintu kamar. Ia mengetuk pintu pelan-pelan. Aku mendengar suara keresek.. keresek, seperti ia sedang merapikan plastik. Ketika kubuka pintu, benar saja tamu itu membawa kantong kresek cukup besar. Tanpa ingin menyinggungnya sama sekali, aku tidak menanyakan apa yang ia bawa. Aku langsung menyilakan dia masuk.

“Selamat malam, Mbak. Saya petani dari kampung. Saya tidak punya uang untuk bayar Mbak karena panen saya dihargai murah oleh para tengkulak. Saya tidak ikhlas jual panen terlalu murah melulu. Jadi saya ke sini membawa hasil panen saya sebagai bayaran untuk Mbak saja. Saya lebih ikhlas memberikan hasil panen ini secara cuma-cuma untuk Mbak. Semoga Mbak mau menerimanya sebagai pengganti biaya kerjaan Mbak. Uang saya juga hanya cukup untuk ongkos pergi pulang dari kampung ke sini.”

Aku menyadari, petani ini punya masalah yang ingin dia lupakan sejenak di sini. Aku pun sama sekali tidak keberatan menerima bayaran berupa hasil panen tersebut. Aku juga tidak menolak bayaran itu sama sekali. Sebab, jika aku menolaknya, betapa petani itu akan merasa harga dirinya tak kupandang.

Malam itu, petani dan aku tidak banyak bermain kelamin. Kami lebih banyak kelonan sembari aku mendengarkan umpatan-umpatan petani itu tentang ketidakadilan dalam hidupnya.

Selesai menceritakan itu semua, petani itu pamit pulang, sekira-kiranya pukul 3 dini hari. Aku sempat menawarinya untuk menginap saja dan siangan saja baru pulang. Ia keberatan dan menolak. Alasannya karena ia butuh sampai kampung sebelum subuh agar tidak ada yang curiga dan dia bisa langsung bertani lagi di lahan warisan ayahnya.

Esok paginya, aku membaca koran dan mendapati petani itu mati di tepi jalan karena kelelahan. Apa boleh buat. Salah sendiri dia tidak sisihkan uangnya untuk beli obat kuat. [T]

PanchoNgaco

PanchoNgaco

Penikmat kopi pahit dan pekerja teks komersial yang masih gemar menikmati sastra dan menulis apa saja untuk tetap waspada. Menetap di Jakarta.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Diki (anak dari penulis ulasan), Naya (penulis buku puisi "Resep Membuat Jagat Raya"), dan Putik Padi
Ulasan

Betapa Kaya Jagat Raya Naya – Ulasan Buku Puisi “Resep Membuat Jagat Raya”

Judul : Resep Membuat Jagat Raya (kumpulan puisi) Penulis: Abinaya Ghina Jamela Penerbit: Kabarita Tahun : 2017 ISBN : 978-602-721139-1 ...

February 2, 2018
Ilustrasi dari Google
Esai

Perbedaan untuk Fanatisme atau Warna Kehidupan?

Bukankah kesempurnaan rasa kopi itu adalah dari rasa pahitnya? Dan sebagai mana sang putih, kopi yang pahit berwarna hitam itu ...

December 2, 2019
Youtube
Esai

Sihir Sepakbola dan Fanatisme Mengambang

  SOROT mata orang-orang itu, kurasakan, tersedot pada kaos warna biru yang kukenakan. Semula aku menganggapnya semacam apresiasi atas atribut ...

February 2, 2018
Foto: Gede Kresna/Rumah Intaran
Esai

Pelaba Intaran — Catatan untuk Perayaan 6 Tahun Rumah Intaran

APA itu pelaba? Asal katanya adalah lābha, artinya: pendapatan; perolehan; hal yang menguntungkan; keuntungan. Arti lebih luas dari lābha: menerima, ...

March 1, 2018
Foto: FB/Yuni Antari
Opini

“Soroh”: Urusan “Metanding” dan Urusan Kawitan Manusia Pribumi Bali

  DI tengah masyarakat Hindu di Bali kita kerap mendengar kata soroh. Ada dua urusan dimana kata soroh sering disebutkan. ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ni Nyoman Sri Supadmi
Esai

Teknologi Berkembang, Budaya Bali Tetap Lestari

by Suara Perubahan
January 23, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1355) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In