2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Novel “PLITIK”: Ketika Orang Bali Bicara Politik

Angga WijayabyAngga Wijaya
January 8, 2023
inUlas Buku
Novel “PLITIK”: Ketika Orang Bali Bicara Politik

Cover buku novel Plitik

Politik, di tangan Nanoq da Kansas, penulis asal Jembrana-Bali menjadi tema sentral dalam novelnya. Berbeda dengan novel lain dengan tema sama, politik dalam novel ‘PLITIK’ (Bali Kauh Publishing, 2019) bukanlah sesuatu yang serius, misalnya berangkat dari kejadian dalam kurun waktu tertentu atau mengupas tokoh politik. ‘PLITIK’ bisa dibilang novel satire; penulis menjadikan dan menganggap politik sesuatu yang jenaka, lucu dan patut dilihat dengan kacamata “lain”: bercanda, guyon, tanpa menghilangkan makna dan isi, juga pesan yang ingin disampaikan penulis.

Di Bali, terutama di desa-desa, kata “politik” sering diucapkan sebagai “plitik”, terlebih oleh orang tua. Pun dalam novel “PLITIK”, penulis menjadikan orang tua sebagai subjek cerita, yang digambarkan melalui tokoh “kakek” berusia 88 tahun. Pada awal novel, digambarkan situasi menjelang Pemilu, lengkap dengan hiruk-pikuk kampanye, debat politik, bahkan perseteruan hingga memasuki lingkup terkecil di masyarakat: keluarga.

Karena dianggap sepuh dan menjadi saksi sejarah dalam banyak Pemilu, tokoh “kakek” diburu para wartawan untuk dimintai pendapatnya mengenai Pemilu. Bahkan, dibuatkan konferensi pers di sebuah warung kopi. “Kakek” menjawab pertanyaaan wartawan dengan lugas. Penulis dengan apik mengemas percakapan dan memberi gambaran suasana serta membangun dramatisasi.

Konferensi pers itu berlangsung seru, para wartawan saling melontarkan pertanyaan dan diskusi digambarkan berlangsung seru. Hingga kemudian, seorang pedangang es melewati warung kopi tempat konferensi pers diadakan. Wartawan kehausan, mereka memesan es, hingga kemudian salah seorang wartawan mengamati stiker di gerobak es, gambar salah satu calon presiden.

Alhasil, stiker tersebut pun menjadi pergunjingan dan bahan berita. Bagi mereka, pedagang es itu partisan dan perlu dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Nahas, pedagang es tersebut, tertabrak mobil. Di dekat belokan ke kanan yang dipenuhi spanduk dan baliho caleg, dagang es serut yang masih muda itu tertabrak sedan. Kepalanya pecah dan dia mati di tempat.

Situasi menjadi runyam, karena pada gerobak es terdapat stiker salah satu capres, yang membuat petugas keamanan sibuk selain berhati-hati, karena kejadian ini tak biasa dan jarang terjadi.

Adegan di awal novel tersebut berlanjut dengan banyak kejadian yang bagi saya pembaca novel seperti menyaksikan sebuah pementasan teater. Nanoq, selaku penulis terlihat jeli memainkan dan mengatur ritme penceritaan. Maklum saja, pada awal karirnya ia dikenal sebagai pemain dan sutradara teater yang banyak memproduksi karya serta pementasan teater di Bali.

Agaknya, kepiawaian Nanoq da Kansas sebagai pegiat teater terbawa ketika menulis novel. Sehingga novel ‘PLITIK’ agak berbeda dengan pakem dan aturan penulisan novel yang ada selama ini. Di dalam novel ini, kita bisa temui penggalan puisi, esai, bahkan monolog yang memperkuat “ruh” novel. Namun, hal ini juga bisa sebaliknya; membuat pembaca menjadi bosan dan membalikkan kesan bahwa novel ini dibawakan secara sederhana, khas novel satire.

Secara garis besar, novel ‘PLITIK’ berhasil dalam banyak hal, salah satunya menggambarkan cara orang Bali membicarakan politik. Masyarakat Bali sempat mengalami trauma politik terutama pasca 1965 di mana Bali menjadi salah satu tempat di Indonesia yang mengalami pergolakan besar pada masa itu.

Menurut Geoffrey Robinson dalam bukunya berjudul Sisi Gelap Pulau Dewata: Sejarah Kekerasan Politik, setidaknya ada sebanyak 80.000 orang yang menjadi korban pembantaian di Bali pada periode Desember 1965 dan awal 1966. Kekisruhan tersebut tak lepas dari situasi politik dunia saat itu, dan hingga kini terdapat banyak versi.

Satu hal yang pasti, setelah itu masyarakat Bali menjadi takut dan trauma jika membicarakan politik, karena tragedi 1965-1966 berkaitan erat dengan partai beraliran komunis dan banyak warga yang dibunuh disebut berafiliasi dengan partai tersebut.

Sejak era Reformasi pada 1998, keberanian untuk berbicara menyangkut politik muncul kembali. Baik secara langsung dalam obrolan di warung kopi atau balai banjar, juga setelah munculnya media sosial; orang Bali tak lagi takut menulis atau berdiskusi tentang politik. Misalnya, ketika terdapat hal yang dianggap keliru, masyarakat berani bicara dan diskusi menjadi “ramai” baik di media sosial atau kehidupan nyata.

Novel ‘PLITIK’ merekam berbagai peristiwa tersebut dengan sangat baik. Nanoq selaku penulis bahkan menggambarkan dialog-dialog di mana orang Bali membicaraka dalam novel ini. Juga—dan ini menarik—ia menuliskan ulang apa yang dituliskan para sahabatnya dalam status Facebook menjadi bahan novel. Hal ini tak banyak dilakukan penulis Bali yang selama ini dalam karya-karya mereka sangat “tertib” pada aturan penulisan novel yang dianggap baku.

Alhasil, novel ‘PLITIK’ bisa dibilang bentuk novel yang ‘lain’, memberontak dari apa yang banyak ditulis penulis Bali. Jika pun ada beberapa novel dengan tema politik, lebih pada novel semi-otobiografi, seperti misalnya yang ditulis oleh Putu Oka Sukanta yang merupakan saksi sejarah tragedi 1965-1966.

Agaknya, novel ‘PLITIK’ mendekati bentuk novel-novel karya Putu Wijaya yang bergaya realis dan eksperimental. Terutama, “terror mental” atau klimaks-klimaks yang tak terduga, jauh dari bayangan pembaca, membuat keterkejutan usai membaca bagian akhir novel tersebut.

Begitulah, novel ‘PLITIK’ secara sosiologis memberi gambaran betapa orang Bali menganggap politik bukanlah sesuatu yang tunggal; tak hanya bersifat serius, tetapi juga hal yang satire, seperti dalam tajen atau sabung ayam, ada yang menang dan ada yang kalah. Namun, semua pihak terhibur, tak ada yang merasa dirugikan.

Politik bagi orang Bali juga demikian, walaupun kerap kali merisaukan dan ‘menjengkelkan’, ia merupakan bagian dari sebuah permainan yang barang tentu menghibur, lucu, yang kemudian menjadi bahan obrolan di balai banjar, warung kopi, atau bahkan ruang-ruang diskusi di internet.

Sesuai keterangan dalam buku, novel ‘PLITIK’ adalah bagian pertama dari novel trilogi; ‘PLITIK’, ‘GAS’ dan satu judul lagi yang belum ditentukan,  Sebagai bagian dari trilogi, novel ‘PLITIK’ berhasil mengajak saya sebagai pembaca untuk mengetahui kelanjutan cerita. Satu hal yang menjadi kekurangan dalam novel ini adalah penulis seakan ‘memaksakan’ pemikirannya. Beberapa bagian novel memuat esai yang pernah ditulis oleh penulis, sebagai pelengkap jalan pemikiran yang ditawarkan.

Bagi saya hal tersebut mengurangi hak pembaca memiliki pemaknaan tersendiri tentang peristiwa, penokohan dan alur cerita. Menurut saya, biarlah pembaca menikmati cerita tanpa harus dijejali dengan kutipan esai. Walaupun ini sebuah eksperimen baru, perlu juga diperhatikan soal selera pembaca yang sejatinya memang berlainan; tergantung usia, latar belakang budaya, juga pendidikan.

Dalam amatan saya, penulis merasa ingin segera menyelesaikan novel yang ia tulis, tanpa proses pengendapan yang sejatinya sangat penting. Pembaca, pada bagian tertentu dalam novel ‘PLITIK’ seperti disuguhi “air bah” opini penulis, yang membuat kenikmatan dalam mencerna isi dan jalan cerita menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Semoga ini menjadi bisa pertimbangan penulis dalam menulis sekuel selanjutnya. [T]

Paradoks Politik dan Etnisitas dalam Novel Plitik Karya Nanoq da Kansas
Upaya Mengenggam Kebahagiaan | Ulasan Novel “Gas” Nanoq da Kansas
Purnama Kapat dan Ingatan tentang “Rajer Babat”
Tags: jembrananovelPolitiksastraSastra Indonesiasastrawan bali
Previous Post

Puisi-puisi Manik Sukadana | 5 Puisi Pertama dalam Project Ning Ai

Next Post

Ruang Baca Publik Yang Sebenar-benarnya

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Ruang Baca Publik Yang Sebenar-benarnya

Ruang Baca Publik Yang Sebenar-benarnya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co