27 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Warga Banjar Gelulung Sukawati Gianyar di Tukad Bembeng [Foto=foto Sukaya Sukawati]

Warga Banjar Gelulung Sukawati Gianyar di Tukad Bembeng [Foto=foto Sukaya Sukawati]

BEMBENG, DARI SIGAR KE TUKAD BANGKA || Bagian terakhir dari tiga tulisan

Nyoman Sukaya Sukawati by Nyoman Sukaya Sukawati
December 15, 2020
in Khas

PENGANTAR:

Tukad Bembeng di kawasan Banjar Gelulung, Sukawati, Gianyar, Bali merupakan salah satu sungai yang sudah puluhan tahun terlupakan. Sejak masuknya air PDAM ke desa tersebut pada tahun 1980 sungai ini seperti tidak lagi dibutuhkan, terkucil di halaman belakang  desa, tak tersentuh.  Hal itu membuat kondisinya sangat menyedihkan, kumuh, liar, rusak dan dangkal karena ditunggangi sampah yang meruah.  Namun, sejak beberapa bulan lalu muncul antusiasme dalam jiwa anak muda banjar ini.  Merasa sedih melihat kondisi sungai, mereka memutuskan untuk memperbaiki keadaan.  Di bawah koordinator I Putu Dwipayana yang juga Ketua Sekaa Taruna Dharma Sentana Banjar Gelulung, para pemuda yang tergabung dalam organisasi Gepala atau Gelulung Pecinta Alam mulai bergotong royong setiap hari Minggu, sekaligus mengisi waktu di tengah pandemi, untuk memulihkan kelestarian Tukad Bembeng (Redaksi).

Tukad Bembeng, Gelulung, Sukawati

___

MENURUT cerita orang-orang tua, Tukad Bembeng itu tidak hanya tenget tapi juga memiliki kesucian secara niskala. Banyak cerita dari masa lalu menguatkan hal ini.

“Almarhum Pekak Mangku pernah bilang, dahulu hingga tahun 70-an, kesucian Tukad Bembeng sangat terasa auranya,” kata Made Sarjana sewaktu kami ngobrol di tengah aktifitas bersih2 Tukad Bembeng, hari Minggu. Hanya saja, kesucian Bembeng tidak terekspos di masyarakat, terutama di kalangan warga Banjar Gelulung, sebab perhatian warga kala itu hanya fokus pada kehidupan bertani, dan pemanfaatan tukad ini pun hanya berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. “Tapi potensi kesuciannya tetap ada karena sifatnya alamiah,” sambung Made Sarjana.

Dulu, sejumlah orang tua memang mengatakan Tukad Bembeng memiliki kekuatan suci walaupun hanya lewat cerita sepintas lalu sebagai obrolan pengisi waktu senggang di warung kopi.

Jika benar demikian, mungkin Bembeng bisa diangggap sebagai tungabhadra, yakni sumber kesucian yang mengalir tanpa batas. Tunga itu artinya tak terbatas, sedangkan bhadra, kesucian. Namun kesucian Bembeng itu sifatnya tersembunyi, halus, samar-samar, sehingga tidak mudah dipahami orang awam.

“Tidak setiap orang bisa melihat dan merasakan kesucian Bembeng. Hanya orang-orang tertentu saja yang tahu,” kata Made Sarjana menirukan cerita orang tua dulu.

Menurut Sarjana, sebagai orang awam, dirinya tidak dapat menggambarkan dengan lugas apa yang dimaksud kesucian Bembeng tersebut. Ia hanya menerka-nerka saja berdasarkan ingatan pada cerita orang-orang tua.

Kabar tentang kesucian Bembeng ini juga dibenarkan oleh Ketut Gde Suaryadala. Dia masih ingat cerita di masa kecilnya yang beredar di kalangan terbatas bahwa dahulu banyak orang dari luar desa, seperti para penekun ilmu kebatinan, pergi ke Bembeng pada malam-malam tertentu, meskipun tidak ada yang tahu ritual apa yang mereka kerjakan di Bembeng karena semuanya berlangsung secara rahasia, diam-diam dan silib di tengah kegelapan malam. Mungkin mereka ngeregepan, malukat, menyepi, “nyeraya”, mencari berkah, atau lainnya.

“Tabe pakulun, kalau tidak salah, Nang Tut Mindring  pernah bilang, orang-orang yang pergi ke Bembeng itu adalah para penekun ilmu kebatinan, ilmu putih, calon sulinggih atau semacam itu,” ujar Suaryadala.

Nyoman Dwipa, yang berprofesi sebagai guru, ikut menguatkan cerita ini, katanya, “Nanang saya pernah bilang, pada tahun 70-an sering ada orang dari jauh datang malam-malam melakukan ritual di Tukad Bembeng, ada Cokorda dari Ubud, ada juga balian dari daerah Blahbatuh. Mungkin mereka melukat atau mencari taksu di sini.”

Lalu bagaimana bentuk kesucian Tukad Bembeng itu, bagaimana cara orang-orang memanfaatkan kecuciannya?

Made Sarjana menuturkan, petala Pekak Cekol pernah bilang kalau Tegal Kisid itu punya nama lain yakni Tegal Sigar. Selama ini disebut Tegal Kisid semata untuk kemudahan komunikasi karena tegalan ini memang milik I Kisid. Sekarang pemiliknya telah berganti sehingga tidak pas lagi dinamakan Tegal Kisid.

“Mungkin sekarang waktunya kita memakai nama aslinya, yaitu Tegal Sigar,” kata Made Sarjana.

Sigar artinya siag, pecah, retak. Tegal ini seperti delta di tengah sungai. Diduga di bawah tegal ini ada struktur atau lapisan batu besar yang sejak masa kuno menghalangi aliran air sungai sehingga secara alami sungai membuat aliran baru ke sisi kiri dan kanannya seperti adanya sekarang.

Pecahnya aliran sungai ini yang disebut dengan sigar atau siag, membentuk cagak, menjadi dua aliran, yang ke barat melewati Penga, yang ke timur melalui Batan Gatep atau Batan Celagi. Kedua aliran ini kemudian bertemu lagi di ujung selatan tegal, yang disebut Paluh. Setelah Paluh, terus ke hilir yang dikenal dengan nama Tukad Bangka atau sungai mati.

Delta yang memecah sungai ini kemudian dikenal dengan Tegal Sigar. Namun nama ini terlupakan karena orang-orang lebih akrab menyebutnya dengan nama Tegal Kisid yang mengacu kepada nama pemilik tanah tegal ini, yakni I Kisid.

Menurut penerawangan beberapa orang, konon terpisahnya aliran sungai inilah yang membangkitkan samacam energi, kekuatan, atau aura kesucian Bembeng secara niskala.

Sepintas, Tukad Bembeng dengan dua alirannya ini diibaratkan tubuh dengan tiga nadi utama, yang dalam yoga dikenal dengan istilah Sushumna, Ida, dan Pingala.
Aliran utama Bembeng dianggap Sushumna, aliran yang ke kiri atau Batan Celagi sebagai Ida, sedangkan yang ke kanan atau ke Penga adalah Pingala.

Dalam yoga, ketiga nadi itu merupakan saluran energi prana utama dalam tubuh yang pengaruhnya sangat besar bagi kehidupan, baik fisik maupun spiritual.

Ketiga nadi dari Tukad Bembeng ini dianggap semacam saluran prana yang secara filosofis mengalirkan vitalitas kesucian sebagai produk dari “yoga semesta” atau alam.

Jro Gde Kacut, seorang yang dikenal cukup lama malang-melintang dan lalu-lalang di dunia spiritual, mengatakan ada sejumlah titik yang merupakan orbital energi kesucian dari Bembeng itu.

Warga Banjar Gelulung, Sukawati Gianyar, gotong royong memulihkan kelestarian Tukad Bembeng


Menurut penerawangan Jro Gde Kacut, titik-titik tersebut antara lain ada tepat di sibakan aliran sungai, di utara Tegal Sigar. Titik berikutnya di wilayah barat tegal, yakni di Penga, juga di timur tegal atau sekitar Batan Celagi. Terakhir ada di Paluh, di selatan tegal. 

“Di empat titik tersebut saya lihat pancaran energi sakralnya cukup cemerlang, meskipun relatif masih tertidur, barangkali karena belum banyak dimanfaatkan dan dieksplorasi,” katanya.

Melihat bentuk energi Bembeng yang demikian, menurut Made Sarjana itu sangat bagus untuk aktifitas spiritual yang berkaitan dengan pencerahan rohani, kesehatan fisik, kesuburan atau meraih kebahagiaan.

Energi Sushumna, Ida, dan pingala  Bembeng ini adalah tungabhadra atau kekuatan suci yang mengalir tanpa batas, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup.

Melalui teknik interaksi atau aktivitas tertentu, energi suci tersebut akan dapat membantu memperbaiki, memurnikan, atau menyelaraskan energi tubuh kita untuk tujuan pencerahan lahir-batin.

“Kalau diperhatikan, orang-orang tua dulu yang intens berinteraksi dengan Bembeng, rata-rata kualitas kesehatan mereka sangat baik. Saya percaya itu karena pengaruh energi Bembeng,” ujar Made Sarjana.

Penamaan bagian-bagian dari Tukad Bembeng, seperti Sigar, Penga, Paluh, Tukad Bangka, dan lainnya itu sesungguhnya menyiratkan potensi kesucian yang dimiliki sungai ini.

Paluh, misalnya, menurut Sarjana kata itu bentukan dari “paan iluh” atau “paha perempuan”. Ini mengasosiasikan yoni, bagian dari lingga, sebagai simbol kemakmuran, kesuburan, keindahan, kesejahteraan, dsb.

Begitu juga dengan Tukad Bangka atau sungai mati, sepintas itu seperti berkesan buruk, tapi sebenarnya tidak demkian. Dalam konteks kesucian Bembeng,  Tukad Bangka itu secara spiritual bermakna sebagai jalan mencapai moksa, atau moksartham jagadhita ya ca iti dharma, yakni mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

“Jadi manfaat energi Bembeng bagi kita adalah di Sigar sebagai trigger pencerah rohani atau pikiran. Penga dan Batan Celagi untuk menyelaraskan energi positif dan negatif lahir-batin kita,  di Paluh kita menghayati keindahan atau kemuliaan hidup. Dan itu semua adalah jalan untuk mencapai moksa yang disimbolkan dengan nama Tukad Bangka. Begitu kira-kira,” tutup Made Sarjana. [T][***]

BACA JUGA:

  • BEMBENG YANG NGEMBENG || Bagian pertama dari tiga tulisan
  • BEMBENG, TAKSU YANG TENGET || Bagian kedua dari tiga tulisan
Nyoman Sukaya Sukawati

Nyoman Sukaya Sukawati

lahir 9 Februari 1960. Ia mulai aktif menulis puisi sejak 1980-an di rubrik sastra surat kabar Bali Post Minggu asuhan Umbu Landu Paranggi. Dia pernah bergiat di dunia kewartawanan. Pada 2007 bukunya berjudul Mencari Surga di Bom Bali diterbitkan berkat bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali bekerja sama dengan Arti Foundation, Denpasar.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Dalam acara Art and Peace, 2.000 meter kain bertuliskan kutipan pesan perdamaian dari tokoh-tokoh dunia dengan berbagai ragam bahasa.
Kilas

“Art and Peace”, Merayakan Pesan Made Wianta

Sepeninggal maestro Perupa I Made Wianta 13 November 2020 lalu, jejak peninggalan karya masih tergiang di kalangan penikmat seni dan ...

December 11, 2020
Sukardi Rinakit (Staf Khusus Presiden RI bidang politik dan pers), bersama  Ari Dwipayana(Staf Khusus Presiden RI bidang politik dan pemerintahan),  berfoto bersama Sugi Lanus, Carma Citrawati, Suka Ardiayasa dan IB Ari Wijaya serta  I Gede GP Arsaputra
Kilas

Diskusi Lontar di Kantor Staf Khusus Presiden RI

Puluhan manuskrip lontar dibuka dan digelar di atas meja Kantor Staf Khusus Presiden Republik Indonesia. Kegiatan ini berlangsung Kamis 25 ...

April 30, 2019
Ilustrasi: Lomba Taman Penasar, Sekaa Truna Yowana Werdhi, Br. Batanbuah, Desa Kesiman Petilan, Kec. Denpasar Timur, Duta Kota Denpasar.
Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Bali - Senin 24 Juni 2019. (Foto: Widnyana Sudibya)
Opini

Membangun Sikap Positif Guyub Tutur Bahasa Bali

Bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai  bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, ...

September 9, 2019
Arya Wedakarna (foto Google)
Opini

Populisme Arya Wedakarna dan Politik Kita

Banyak kalangan menghujat hadirnya politik populisme, namun tak banyak yang mengulas mengapa ia bisa hadir ditengah demokrasi kita – Arya ...

January 20, 2020
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Cerpen

Ruang Putih dan Wanita di Luar Jendela

Cerpen: Hidayat AKU berada dalam kamar yang serba putih dengan kaos dan celana jins berwarna hitam. Pintu, dinding, langit-langit, meja, ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Bermain sky di Jepang {foto Riris Sanjaya]
Khas

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

by Riris Sanjaya
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
dr. Putu Arya Nugraha, penulis, yang juga Direktur RSUD Buleleng, divaksin, Rabu 27 Januari 2021
Esai

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

by Putu Arya Nugraha
January 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In