7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Arja “Alas Langit Peteng”: Manis & Pangus — Catatan TA Mahasiswa Pendidikan Bahasa Bali Undiksha

Wahyu MahaputrabyWahyu Mahaputra
July 23, 2024
inUlas Pentas
Arja “Alas Langit Peteng”: Manis & Pangus — Catatan TA Mahasiswa Pendidikan Bahasa Bali Undiksha

Septiyani dan Dian sebagai Galuh & Condong dalam pementasan Arja Mahasiswa Pendidikan bahasa Bali Unidksha Singaraja

SUDAH lewat tiga puluh menit, gong belum ditabuh, pertunjukan belum juga dimulai. Riuh penonton semerbak di pelataran kampus. Mereka menanti tontonan, sekaligus menanti bagaimana hasil belajar para mahasiswa selama semester genap tahun ini.

Ada juga orang tua mahasiswa yang tampak semangat dalam suasana menunggu. Para orang tua itu menunggu anak mereka, para mahasiswa yang akan menari di Wantilan Teruna Jaya, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha, Singaraja, Jumat malam, 19 Juli 2024.

Tepat pukul 20:05, akhirnya ugrawakia keluar dari balik langse dan memberi pengumuman kepada penabuh untuk menjajaki masing-masing instrumennya. Yande, salah satu mahasiswa mengambil suling dan mulai memimpin melodi, disahut oleh Ari, Andika, Pande, Dian, dan seorang alumni yang ikut berkontribusi.

Malam itu adalah pementasan arja klasik yang memang dimainkan oleh mahasiswa. Arja itu digagas dan dimainkan sebagai bentuk tugas akhir (TA) mata kuliah drama mahasiswa Pendidikan Bahasa Bali semester 4.

Arja malam itu mengambil latar cerita “Alas Langit Peteng”. Ceritanya tentang I Gusti Agung Surya Nata dari Madarsa Pura yang hendak mencari rabi atau istri yang berasal dari daerah bernama Alas Langit Peteng.

Teguh Virgiawan berperan sebagai Gusti Agung Surya Nata | Foto: Wahyu Mahaputra

Suatu hari, I Gusti Agung Surya Nata pergi ke Alas Langit Peteng untuk meminang I Gusti Ayu Dyah Padmi, pujaan hatinya dari Alas Langit Peteng, namun di tengah perjalanan I Gusti Agung Surya Nata bertemu dengan kakak I Gusti Ayu Dyah Padmi yang bernama I Gusti Ayu Dyah Pataka.

Akhirnya, I Gusti Agung Surya Nata ditipu oleh I Gusti Ayu Dyah Pataka dengan mengatakan dirinyalah seseorang yang ia cari. Cerita berakhir pada ketidakpercayaan I Gusti Agung Surya Nata. Ia akhirnya menghadap ayah dari I Gusti Ayu Dyah Padmi dan I Gusti Ayu Dyah Pataka.

Tabuhan kendang beranjak lebih cepat, terlantun pupuh dari tokoh di balik langse (tirai). Dian Tristyanti, sebagai condong muncul pertama kali. Condong dalam pertunjukan arja berperan sebagai abdi untuk galuh. Berbekal olah vokal yang sudah dapat dikatakan matang, Dian tampil percaya diri dengan vokal menggelegar, melengking tinggi.

“Mih dewa ratu,” ujar condong sebelum masuknya galuh.

Setelah bermain panggung seorang diri, tak lama Ni Luh Septiyani keluar dari balik tabir, mukanya terpapar bias-bias cahaya lampu sorot. Sedikit pelan, tetabuhan mengiringi langkah Septiyani berperan sebagai galuh manis (putri protagonis). Meskipun terlihat kaku dalam menari, vokal dan intonasi Septiyani sebagai galuh I Gusti Ayu Dyah Padmi malam itu terdengar mantap dan dapat menyihir telinga penonton.

Arja sebagai seni yang menarikan atau melisankan naskah tertulis, terdapat banyak sesawangan atau perumpamaan yang ada dalam dialog condong dan galuh, seperti “kukune sekadi manik banyu,” yang artinya kuku yang putih dan bersih.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan dosen praktisi dalam mata kuliah drama, Ida Bagus Pidada Adi Putra, S.Pd. Menurutnya, dalam arja banyak penggunaan basa basita, sor singgih basa, dan sebagainya.

“Drama tari arja niki kompleks jakti, mebasa basita wenten, sor singgih basa, matembang, berbicara wenten,” ujar pria yang kerap disapa Bligus Pidada itu.

Setelah percakapan yang lumayan kompleks antara condong dengan galuh dan malam yang bertambah malam, pupuh dengan nada agak melengking pun mulai terdengar nyaring. Tokoh berganti.

Komunitas Sarwa Palaka, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Bali | Foto: Wahyu Mahaputra

Wulan, mahasiswa yang memiliki kebiasaan menulis, kini menjelma karakter menjadi Desak Rai dalam arja ini. Sedikit terengah-engah, Wulan tampil meyakinkan dengan guyonan-guyonan layaknya Desak Rai pada arja-arja yang dimainkan oleh seniman-seniman arja profesional.

 “Yen sing ulian ujian, sing kenyakan dadi arja,” kata Wulan dalam karakter Desak Rai di atas panggung. Artinya, kalau bukan karena ujian, tak mau jadi penari arja.

Penonton, yang sebagian besar memang teman-teman mahasiswa, pun tertawa. Tak lama setelah itu, Wulan berhasil menguasai panggung.

Tiba saatnya kemudian Ayu Intan beraksi. Perempuan dengan nama panggilan Yuk Mang itu berperan sebagai liku (putri dalam karakter antagonis). Hadir sebagai tokoh antagonis dalam pementasan arja ini, Yuk Mang terasa pas memerankan I Gusti Dyah Pataka dengan logat Buleleng yang kental.

Desak Rai yang diperankan Wulan pun memberi pujian dengan nada jenaka. “Tayungane sekali cili ampehan angin.” Dan, penonton pun tertawa. Artinya ayunan tangan Sang Liku seperti cili (semacam hiasan dari janur) yang dihempaskan angin.

Yuk Mang tampil percaya diri. Jari-jarinya bergerak seperti air mengalir.

Dan, lampu terasa semakin terang, malam yang kian dingin, namun pertunjukan semakin hangat sebab akan menuju klimaks cerita.

Kini giliran para mahasiswa pria yang ada di jurusan Pendidikan Bahasa Bali semester 4 itu tampil sebagai punakawan, Penasar dan Wijil, yakni Kadek Suwarsana (Dekna) dan Ida Bagus Wisnu Dwi Nugraha (Gus Wisnu).

Penasar manis (punakawan dari sisi protagonis) yang diperankan Dekna tampak gagah dan seperti pemain arja senior dalam perihal tari. Dekna memang seorang pregina yang tekun, ia juga pernah menggarap fragmentari “Cakra Bara” dalam Ajang Kreativitas Mahasiswa, BEM FBS Undiksha tahun 2023.

Bahkan dosen praktisi, Bligus Pidada mengakui ketika melihat Dekna memerankan penasar, ia seperti melihat dirinya yang sedang menari.

“Tyang pun nyingakan sekadi padewekan tyang,” ujar Bligus Pidada saat memberikan ulasan.

Tak lama berselang, Gus Wisnu sebagai Ketut Kartala atau Wijil dalam pementasan ini keluar dengan begitu manisnya. Gus Wisnu yang berlatar seorang penabuh gender wayang ulung itu tampak piawai matembang.

Barangkali kemampuan itu terlatih secara tidak langsung saat mengiringi pementasan-pementasan wayang. Dekna dan Gus Wisnu tampil pangus di atas panggung kebanggan kampus bawah itu.

Pukul 21:27. I Gusti Agung Surya Nata alias mantri dalam pementasan arja ini akhirnya tiba di kalangan. Mantri manis (putra raja dari karakter protagonis) diperankan oleh Ketut Teguh Virgiawan. Dengan bancangan kamboja dan keris di punggung, Teguh menyikap tabir secara perlahan namun tegas.

Satu hal yang saya ingat tentang dirinya adalah bagaimana dirinya sangat mencintai arja sejak semester awal atau bahkan sebelum itu. Teguh sebelumnya selalu menampilkan arja seorang diri pada tahap seleksi bakat dalam ajang beauty pageant, seperti ajang Putra Putri Fakultas Bahasa dan Seni 2022 dan Pemilihan Duta Bahasa Provinsi Bali 2024.

Seperti halnya dialog arja pada umumnya, banyak dialog antara punakawan dengan mantri ini yang mengandung tetuek atau pesan kehidupan, seperti “Tan Hana Wong Swasta Anulus” yang berarti tidak ada manusia yang sempurna. Ada juga berbicara tentang catur bekel (empat bekal hidup): suka, duka, lara, pati, dan masih banyak lagi.

Kadek Suwarsana sebagai Penasar | Foto: Wahyu Mahaputra

Malam itu benar-benar beralaskan langit peteng (langit malam) dan cerita diakhiri dengan pertemuan tidak sengaja antara I Gusti Agung Surya Nata dengan sang pucuk hati, I Gusti Ayu Dyah Padmi saat hendak menuju ke kawasan Alas Langit Peteng.

Romantisnya Teguh dan Septiyani sebagai mantri dan galuh dikacaukan dengan kedatangan I Gusti Ayu Dyah Pataka yang mengaku sebagai I Gusti Ayu Dyah Padmi dengan alasan ia menyukai I Gusti Agung Surya Nata dan sebagai seorang kakak, Dyah Pataka menganggap dirinya memiliki kuasa akan hal tersebut.

Akhirnya, mereka bertiga hendak menghadap ayah Dyah Padmi dan Dyah Pataka untuk memastikan dan membicarakan pernikahan.

Akhir cerita yang sedikit menggantung, membuat penonton sedikit kebingungan, namun hal tersebut bisa dipahami karena keterbatasan waktu dan sebagainya. Pementasan yang hampir dua jam tersebut terasa cepat, penuh kejutan, kepercayaan diri, bahkan nyaris mendapat nilai sempurna dari maestro arja Buleleng, Putu Raksa.

“Yen kadi tyang ngicen nilai, sami 90 niki,” tutur Sang Liku Lanang (julukan Putu Raksa) yang ikut menonton malam itu. Artinya, “kalau saya, semuanya saya beri nilai 90 ini.”

Kehadiran Pak Putu Raksa malam itu menambah kehikmatan pementasan, disambung pula dengan tuturan Ida Bagus Rai, S.S., M.Pd., selaku Koorprodi Pendidikan Bahasa Bali yang memberikan nilai plus pada pementasan malam itu. Tentunya tak lupa, bahwa pementasan ini terwujud dari campur tangan dosen pengampu beserta dosen praktisi mata kuliah drama, Dr. I Wayan Gede Wisnu, S.S., M.Si. dan Ida Bagus Pidada Adi Putra, S.Pd., dan yang paling berperan dalam hal ini adalah para mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Bali yang mulai malam itu menghimpun diri mereka dalam komunitas yang telah lama pasif, Komunitas itu bernama Sarwa Palaka. [T]

Arja Sewagati dari Jembrana: Arja Negak, “Dramatic Reading” ala Bali
Arja “Candradewi” Kokar Bali, Arja Remaja yang Sungguh Dewasa
In Memoriam Ni Wayan Murdi | Arja dan Pengabdian Tiada Henti
Ni Wayan Latri, Legenda Mantri Manis Arja Keramas
Klasik Arja Citta Usadhi Badung vs Dingin Gedung Ksirarnawa
Tags: arjadramatari arjaPendidikan Bahasa Bali Undikshaseni pertunjukanUndiksha
Previous Post

Gong Mebarung Wahana Santhi dan Santhi Budaya di Singaraja: Wiranjaya yang Masih Tetap Memberi Pertanyaan

Next Post

Perlindungan Sastra untuk Kekerasan Terhadap Anak: Catatan dari Pustaka Adiparwa

Wahyu Mahaputra

Wahyu Mahaputra

Bernama lengkap I Putu Wahyu Mahaputra, akrab dipanggil WM Putra, lahir di Gianyar, 14 Maret 2004. Masyarakat sipil biasa yang baru belajar menulis dan gemar mendengarkan nada-nada minor, sedang menempuh pendidikan di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha.

Next Post
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Perlindungan Sastra untuk Kekerasan Terhadap Anak: Catatan dari Pustaka Adiparwa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co