8 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tinggalkan Komang di Sini

Ayu Sugiharti PratiwibyAyu Sugiharti Pratiwi
June 16, 2019
inCerpen
Tinggalkan Komang di Sini

Lukisan Komang Astiari

42
SHARES

Cerpen: Ayu Sugiharti Pratiwi

___

“Bli De, Bli De…”

Sudah sejak bangun tidur Gek Istri menyebut-nyebut nama suaminya sambil memetik daun bambu dari pohon yang menyelinap ke jendela kamarnya. Sudah hampir dua hari Made Arya tak pulang ke rumah dan sejak saat itu Gek Istri hanya melihat keluar dari jendela kamarnya, memandangi awan yang berarak membentuk berbagai macam bayangan seperti benda-benda yang dikenalnya.

Kemarin gumpalan awan membentuk bebek yang berenang, kepala kuda, kuping gajah dan banyak lagi! Gek Istri bertepuk tangan riang, ia bagaikan anak kecil tumben pergi ke kebun binatang saja.

Dan hari ini awan membentuk wajah Komang, wajah Gek Istri takjub lalu berseri-seri

 “Mang, Komang!”

Komang yang lucu, berkulit eksotis, manis sekali. Gek Istri membelai rambut hitamnya. Sudah lama ia tak mengecup ubun-ubun Komang. Dulu hampir setiap pagi Gek Istri akan mengelus Komang dahulu bahkan sebelum membangunkan suaminya untuk berangkat bekerja.

Komang itu adiknya Made Arya, baru dikenalkan setelah mereka memadu kasih selama 3 bulan. Gek Istri sempat kaget sekali ketika pertama kali bertemu dengan Komang, karena Bli Made sangat berbeda dengan Komang yang mungil dan pemalu. Bli Made perawakannya kekar dan wajahnya tegas, sedangkan Komang manis sekali dan sayu seakan-akan ingin tertidur sepanjang hari.

Made sangat menyayangi Komang, kemana-mana ia selalu diajak. Made memperkenalkan Komang pada banyak wanita tapi tak ada satu pun yang benar-benar memikat hatinya sampai ia bertemu dengan Gek Istri, hingga Komang menyetujui pernikahan Bli-nya dengan gadis menakitu.

Ketika pertama kali melihat Gek Istri di Pasar Kalibukbuk, Komang-lah yang memberi tahu Made Arya tentang keberadaan gadis berkulit kuning itu. Komang tak mampu menahan diri betapa ia terpesona ketika gadis itu membelai rambut panjangnya sambil sesekali menyentuh-nyentuh timun di depannya dan menawar harga dengan pedagang.

Komang menarik-narik Made bagai anak kecil yang ingin dibelikan permen oleh bapaknya. Permen itu kali ini cantik sekali, sepertinya kalau digigit, manis tubuhnya akan lumer di lidahnya. Komang tak pernah menginginkan permen manapun tapi ia berpikir jika gadis ini adalah permen yang diinginkan kakaknya, si Made Arya. 

Made Arya perlahan turun dari sepeda motornya, melepaskan helm dan mengambil kunci motornya dengan mata yang masih melekat pada Gek Istri. Matanya bertualang dari rambut hitam Gek Istri sampai berlalu lalang di seputaran bibirnya yang merekah bagai delima masak. Made Arya berjalan lurus ke arah di mana Gek Istri sedang berbelanja. Saking lurusnya, Made berkali-kali tak sengaja menambrak rombong bakso dan dadong-dadong penjaja buah.

“Aduhh, ampura, Bu! Ampura!”

Walau sambil minta maaf tapi mata Arya masih tak ingin kehilangan sosok ranum Gek Istri yang sedang berpindah ke penjual daging ayam. Langkah dramatis Made Arya yang mendekati Gek Istri membuat Komang tegang. Ia ingin bersembunyi tapi ia tak sabar ingin mengintip pula apa yang akan terjadi. Komang sangat tidak tahan dengan adegan-adegan semacam ini, tubuhnya menjadi keras menegang karena gugup.

Pada malam Purnama sasih ke dasa, ketika seluruh keluarga besar Puri Agung bersembahyang di merajan, Made Arya melarikan Gek Istri. Selendang perada Gek Istri terjatuh di hadapan Ratu Betara Dewa Banaspati, seakan-akan beliau tak sanggup menahan Gek Istri, tak sanggup memisahkan tuan putrinya dari laki-laki titisan Arjuna itu. Pada malam itu juga, ketika penyeroan Gek Istri sudah tak mampu menemukannya di sekitaran Puri, dengan sambil menangis Dadong Taman bersimpuh menghadap Ratu Gung Biang hingga setelah mengungkapkan sebaris kalimat Ratu Biang pingsan seketika.

Setelah menikah selama dua tahun tanpa restu kedua orang tua Gek Istri, hubungan suami istri mereka tak lagi harmonis, apalagi romantis. Made belum bisa menghilangkan kebiasaannya yang bercinta dengan banyak gadis. Mencicip sana sini.

Dua hari yang lalu ketika malam tanpa bintang, Gek Istri menatap suaminya yang menghadap ke cermin yang cukup besar untuk memuat seluruh bayangnya di sana. Gek Istri mencoba acuh sambil melipat selimut.

“Mau ke mana, Bli?”

 Laki-laki itu tak menjawab terus bersiul-siul pelan sambil menyisir rambutnya yang pekat. Ia mendesah pelan, lalu duduk dengan selimut masih di dekapannya.

“Mau menemui siapa, Bli?”

Made Arya membenarkan kerah kemejanya kemudian berpaling ke meja sambil mengemasi dompet dan mengenakan jam tangannya.

“Aku tak pulang malam ini, jangan tunggu aku,” ujar Made hambar tak menatap Gek Istri. 

“Bli akan menemui wanita itu lagi?” suara Gek Istri meninggi,

Made menolehnya tapi tak bergeming

“Oh maaf, maksudku wanita-wanita itu!” ralat Gek Istri sambil tersenyum sarkastik

“Bukan urusanmu, dan pelankan suaramu,” Made mencari-cari jaketnya di lemari sambil mengumpat

“Kenapa bukan urusanku? Aku istrimu, Bli!” Gek Istri mengikuti langkah Made, kemudian suaminya berbalik menghadapnya

“Kamu sudah tahu kan aku akan ke mana, pelankan suaramu sebelum orang tuaku terbangun,” kata Made geram. Orang tua Made Arya, Pan Merta dan Men Merta tinggal bersama mereka di rumah mungil ini.

“Baiklah, tapi jangan ajak Komang,” suara Gek Istri memelan

“Kamu sudah gila? Aku tak bisa tinggalkan Komang hanya berduaan denganmu!”

“Mengapa begitu? Aku takkan membiarkan Komang menemui wanita-wanita sundal itu!”

 “Kamu gila!” Made mengancingkan jaketnya dengan kesal lalu menuju pintu.

“Bli De, tinggalkan Komang bersamaku!”

“Tidak akan!” Made menepis tangan Gek Istri dan menghempaskannya ke kursi.

“Bli De!! Tinggalkan Komang di sini!” teriak Gek Istri histeris.

Tiba-tiba petir menggelegar lalu hujan lebat berjatuhan, Gek Istri dengan berlinang air mata masih memeluk kursi menoleh ke jendela.

“Oh… jadi aku tak usah menangis ya,” kata Gek Istri sambil menyeringai perlahan.

Tuhan memang seniman yang sangat luar biasa, pelukis ulung. Langit adalah kanvasnya, awan menjadi catnya dan kuasnya adalah angin. Setelah puas melihat-lihat galeri lukisan-Nya, Gek Istri menggelung rambut panjangnya sambil menatap suaminya di atas tempat tidur. Rambut hitam Gek Istri yang tipis dan berkilau itu adalah warisan Ratunini Oma.

Dulu rambutnya sering diminyaki dengan akar tumbuhan yang digoreng untuk diambil minyaknya. Wangi rambutnya istimewa, ketika mencium harumnya maka kau bagaikan berada di hutan yang penuh dengan kayu-kayu besar. Rambut itu adalah satu-satunya warisan yang ia dapat dari keluarganya yang kaya raya, penguasa gumi Utara.

Pada pagi yang masih buta Made Arya datang dengan kepala sempoyongan dan bergumam yang tidak-tidak. Ia langsung berbaring di tempat tidur dan terlelap hanya dengan hitungan detik. Gek Istri pelan-pelan mengemasi kain-kain dan selendangnya, ia sudah hendak pergi lalu berbalik lagi.

“Ah, hampir aku melupakan Komang..” bisik Gek Istri.

Dengan berjingkat, dengan kaki-kakinya yang membisu, ia menggenggam Komang, tak ingin membangunkannya.

Made Arya terbangun dengan keadaan pening dan lemas, rasanya seluruh tubuhnya habis terkoyak badai. Tak seletih ketika ia pulang tadi pagi. Ada bagian yang perih. Ia merintih sambil mencoba bangkit dari tidurnya

 “Aduh..duh…!”

Sudah dua hari dua malam Made Arya berpesta dengan teman-teman wanitanya. Mabuk-mabukan semalam suntuk dan bercinta sampai larut. Pantas saja ia merasa badannya sangat lelah dan pedih. Made Arya perlahan membuka matanya dan berusaha bertumpu pada sikunya, sementara tangan kanannya mencoba memegang apa saja di dekatnya.

Sambil mengumpat pelan, Made berhasil meraih meja di samping tempat tidurnya. Ia mencoba turun dari tempat tidur tapi tak sanggup menggerakkan kakinya. Setelah menggeser pinggulnya, hampir saja Made terjatuh. Matanya meloncat. Ia melihat darah segar yang sempat mengalir ke ujung kakinya mulai mengering.

Ia merasa telah kehilangan sesuatu yang selama ini begitu perkasa di pangkal pahanya. Made meraba-raba dengan kasar dan kontan saja berteriak. Benda tumpulnya yang berharga telah direnggut oleh benda tajam.

“Arghhh! Komaannggg…!”

Pan Merta dan istrinya berhamburan ke kamar Made.

“Ada apa De? Ada apa?”

Wajah Meme-nya pucat pasi ketika melihat darah di tempat tidurnya.

“Darah siapa itu?” Meme bertanya dengan histeris.

“Komang hilang, Me! Tadi dia ada di sini!” Made berteriak menjadi-jadi dan hampir menangis.

“Siapa Komang?” Bapa tak mengerti tapi mencoba melepaskan sprai tempat tidur untuk membungkus Made yang berdarah.

“Adikku!”

 “Tapi kamu tidak punya adik, De!”

Mei-Juni 2014

Tags: Cerpen
Previous Post

Prof. Gondrong vs Prof. Cepak (?) – Catatan Harian Sugi Lanus

Next Post

Pola Hidup Sedentari dan Cara Meninggalkannya

Ayu Sugiharti Pratiwi

Ayu Sugiharti Pratiwi

Lahir di Singaraja. Penulis, pemain teater, guru. Kini tinggal di Denpasar

Next Post
Pola Hidup Sedentari dan Cara Meninggalkannya

Pola Hidup Sedentari dan Cara Meninggalkannya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co