15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Prof. Sardono W Kusumo, Prof. Timbul Haryono, Prof F.X. Mudji Sutrisno, Prof Sumarsam

Prof. Sardono W Kusumo, Prof. Timbul Haryono, Prof F.X. Mudji Sutrisno, Prof Sumarsam

Prof. Gondrong vs Prof. Cepak (?) – Catatan Harian Sugi Lanus

Sugi Lanus by Sugi Lanus
June 16, 2019
in Esai
50
SHARES

ASYIK bercakap dengan Prof. Timbul Haryono (arkeolog UGM), Prof F.X. Mudji Sutrisno (filsuf dan romo), Prof Sumarsam (maestro gambelan, guru besar Wesleyan University), di lobby Teater Besar ISI Surakarta, tiba-tiba datang nimbrung Prof. Sardono W Kusumo (guru besar tari IKJ).

Kehadiran profesor gondrong satu ini membuat suasana mendayu berubah jadi penuh tawa. Gaya Sardono santun, tapi penuh kejutan. Ekspresi wajah, notasi bicaranya, serta gerak mimiknya, tak ubahnya seperti sedang menari. Sekalipun sama-sama berkecimpung di dunia kesenian, Sardono berbeda dengan Prof Sumarsam yang tenang, tak ubahnya seperti sedang bersila menabuh gambelan.

Prof Timbul sekalipun datar nada suaranya, kalau diberi kesempatan, bisa sekocak Sri Mulat. Keramahan Romo Mudji jangan ditanya. Selalu segar dan senantiasa memancing, perbincangan hal sepele bisa berujung menjadi persoalan filosofis.

Saya jadi berpikir: Ke-profesor-an itu bisa “didekati” dari gaya rambutnya?

Menurut saya bisa (bercanda): Kalau cepak atau bercukur rapi, suasana perbincangan biasanya dari tenang sampai mendayu, dari tegang sampai mengkerut. Kalau ada lelucon dan bisa ketawa, itu berkah. Kalau (maaf) gundul? Nah ini bisa jadi religius tingkat dewa, atau matematis tingkat quantum. Kalau gondorong? Banyak tawa, kelakar padat bersisi, tapi begitu marah bisa semarah Wrekodara.

Dalam hidup, apalagi bergaul dengan akademisi, kita diajari tidak bisa kita ujug-ujug melakukan generalisasi (apalagi sekedar pilihan gaya rambut seseorang), pamali kalau kebiasaan bergossip diadopsi dalam dunia akademisi.

Jika ingin beropini atau menteorikan perihal rambut gondrong, gundul, cepak, keriting, sosoh lurus papan, maka mau-tidak mau harus masuk melalui pendekatan empiris, sampling yang mencukupi, metodologinya benar, substantif, tidak mudah mengambil kesimpulan umum dalam bentuk sebab akibat yang tidak terikat oleh waktu dan tempat, tidak mudah mengambil hipotesis yang dicapai dengan asumsi dasar bahwa variabel lainnya dianggap konstan.

Apalagi menyangkut usia orang dikaitkan produktifitas dan kegesitan berpikir dan bertindak. Tidak sepenuhnya benar sepuh itu usur, tua itu ruyud. Banyak profesor berusia sepuh dengan vitalitas kemudaan berpikir yang tangguh, punya endurance dan kegesitan/keberesan kerja, punya ketajaman tulisan dan paper mereka seringkali melebih orang-orang yang secara usia layak menjadi anak atau bahkan cucu mereka.

Kedewasaan seseorang, baik di dunia akademik, dunia bisnis, politik, atau dalam hubungan pertemanan, dicirikan salah satunya dari kemampuan seseorang untuk tidak tergoda terburu-buru berkesimpulan mutlak dengan hanya berpedoman asumsi-asumsi yang tidak kita tahu tingkat validitasnya.

Baik bersama profesor gondrong atau cepak, sepuh atau muda (sama saja), obrolan di lobby, di bawah pohon, atau warung kopi, seringkali lebih menjanjikan efektifitas dan kedalaman dibanding formalitas ruang kelas atau seremonial ruang konferensi. Apalagi kalau kita kepung sebuah topik dari berbagai arah (arkeolog, musik, gambelan, tari, filasafat, filologi), cahaya dan warna spektrum lobby akan lebih tampak.

Kesanggupan menerima dan memasuki keragaman prisma berpikir, keberanian memasuki kompleksitas sebuah pokok bahasan, membuat suasana kejiwaan dan pikiran lebih sehat dan lapang. (T)

Catatan Harian, IGF Solo 10-11 Agustus 2018,

Tags: guru besarPerguruan TinggiprofesiProfesor
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Esai

Revolusi Kampung Halaman

Tentu saja kebanyakan orang di kampung saya, tidak tahu apa itu “revolusi”. Jangankan tahu, mendengar kata itu saja mungkin tidak. ...

September 13, 2019
Esai

Pengungsi Pulang Ditunggu Utang

HIDUP di pengungsian itu berat. Kamu nggak akan sanggup. Nggak percaya? Tanya saja sama pengungsi Gunung Agung. Tatkala Gunung Agung dinyatakan awas pada September ...

February 12, 2018
Film “Banda, The Dark Forgotten Trail”
Kilas

Merunut Sejarah di Kepulauan Banda Lewat Film “Banda, The Dark Forgotten Trail”

Film dokumenter yang disutradarai Jay Subiakto yakni Banda, The Dark Forgotten Trail, diputar serangkaian program Sinema Bentara “Kisah Sebuah Kota” ...

August 31, 2019
Pande Bagus Gede Guna Sesana
Khas

Guna Sesana, Pulang Kampung Demi Berkesenian

Hidup tidak bisa ditebak mau jadi apa tapi hanya sang waktu yang akan menjawab. Kembali ke pangkuan tanah kelahiran dengan ...

January 19, 2019
Esai

Wisata Monolog Teater Kalangan: Yang Asing Dirayakan, Yang Raya Diasingkan

  Selamat datang di Wisata Monolog Teater Kalangan! Kepada kawan-kawan yang merasa asing di rumah sendiri. Kepada kawan-kawan yang sudah ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In