RASANYA begitu lama sejak kita merasakan geliat para mahasiswa seni rupa di segala penjuru Bali untuk bisa bertemu dalam satu ruang pamer yang sama. Pandemi covid-19 yang lalu seakan jadi titik pemberhentian terakhir forum ini terjadi.
Tahun demi tahun telah berlalu kita pun bergerak menuju satu arah bebas yang tak menentu. Berbagai persoalan menghiasi berbagai hiruk pikuk kehidupan manusia, tak terkecuali para mahasiswa, dengan perpindahan platform digital yang semakin cepat, membawa informasi bak angin yang berputar bebas di sekitar kita.
Melalui program Arscademia yang digagas oleh Komunitas Budaya Gurat Indonesia dan kali ini diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan UPTD Taman Budaya Provinsi Bali, program ini kembali hadir sebagai wadah awal untuk mempertemukan berbagai embrio seni dari berbagai institusi seni yang ada di Bali.
Di tahun ini Arscademia hadir di edisinya yang ke-3, menghadirkan 7 panel institusi seni yang tersebar di seluruh Bali di antaranya kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Universitas Hindu Indonesia (UNHI), Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Institut Desain dan Bisnis Bali (IDB), Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) Bali, dan Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali (ITB STIKOM).
Pameran yang digelar dalam kurun waktu yang relatif singkat ini, bisa dinikmati dari tanggal 5 sampai 7 november 2024. Dengan menggandeng tiga kurator muda yaitu Penawati, Pradnya Paramita dan Sekar Pradnyadari, pameran ini menghadirkan puluhan karya mahasiswa dengan cakupan eksplorasi visual yang sangat beragam, membawa berbagai persoalan diantara masa transisi setelah pandemi Covid-19 lalu.
Art performance oleh Sintia dan Ugi | Foto-foto: Ade Ahimsa
Melihat program ini setidaknya kita bisa membaca sejauh mana capaian individual para mahasiswa seni di Bali dalam menghadirkan berbagai persoalan tersebut melalui beragamnya bahasa rupa yang dihadirkan, baik lukisan, fotografi, maupun desain grafis. Memberi kemungkinan untuk terjadinya kolaborasi atau setidaknya terjadi forum diskusi kecil di antara mereka untuk bisa bertemu teman sebaya dan saling bertukar catatan visual maupun pengalaman estetis masing-masing.
Walau terkesan sederhana, Arscademia #3 ini menjadi satu titik balik yang mampu menghadirkan harapan serta mendorong semangat bagi para calon perupa muda ini untuk bisa mempresentasikan karya-karya mereka agar dapat terapresiasi lebih jauh.
Publik tentu berharap program Arscademia ini bisa hadir sebagai ajang tahunan yang bisa menjadi platform saling silang antar perupa muda, terkhusus untuk Bali tentunya.
Karena seperti yang kita tahu, betapa minimnya acara yang mampu mengakomodir potensi-potensi ini, padahal jika ditelusuri lebih jauh, Bali tak pernah kekurangan sumber daya artistik dengan berbagai macam wujud rupa seniman yang ada. Kita tak pernah tau dari berbagai embrio seni yang tersebar di bali, akan muncul seniman-seniman berdikari di masa depan.