3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Isaac Mengerti, Mereka Perempuan Tanpa Rahim dan Air Susu | Cerpen Krisnaldo Triguswinri

Krisnaldo TriguswinribyKrisnaldo Triguswinri
May 18, 2024
inCerpen
Isaac Mengerti, Mereka Perempuan Tanpa Rahim dan Air Susu | Cerpen Krisnaldo Triguswinri

Ilustrasi tatkala.co

DI bilangan selatan Jakarta, mereka duduk berpandangan. Adam dengan Caramel Macchiato dan Isaac dengan Green Tea Latte. Di antara riuh rendah suara dan derai tawa, mencuat pula musik Frank Sinatra, My Way, kala mereka khusyuk menyelami dasar kesunyian masing-masing. Sebab, di dunia mereka, kehidupan adalah sesuatu yang lain. Hasrat lain. Cinta lain. Kesedihan lain. Kebebasan lain. Maka, mendengar musik jenis ini, sontak mengiris-ngiris kesedihan.

Mendengar Frank Sinatra merontokkan derita yang mengutui kepala. Mendengar Frank Sinatra sama dengan mengundang duka panjang yang celaka. Seperti koor, mereka sambil lalu mengikuti nyanyian: My friend, I’ll say it clear. I’ll state my case, of which I’m certain…

“Isaac.”

“Ya, Adam?”

“Aku pernah mencuri dengar pertengkaran Bapak dan Ibu. Bapak menyesali Ibu mengandung-melahirkanku. Tersendat-sendat Bapak berucap: Itu anak iblis dan iblis bisa mewujud sosok banci…”

“Lalu, Adam?”

“Lalu ia menyeretku dari kamar. Dipaksanya aku masuk ke mobil. Ia membawaku ke dokter spesialis. Ibu hanya menangis. Di jalan, tak hentinya ia memakiku banci. Dan…”

“Dan, apa?”

“Saat berhenti makan di warung tepi Kebun Jeruk, seorang pengamen waria datang bernyanyi menghibur kami. Aku girang bukan main. Bapakku berang setengah mati. Ia menyumpahi, meludahi, dan memaki. Ia menendang tulang kering waria itu, lalu mengusirnya.”

Isaac terdiam. Mendengar kisah itu membuat hatinya nyeri. Ia juga terkenang mendiang ayahnya yang––karena laporan warga komplek dan guru sekolah––pernah menggunduli kepalanya. Orang-orang komplek melaporkan karakter Isaac yang seperti perempuan. Guru-guru di sekolah melaporkan kesehariannya yang bermain bersama perempuan. Dengan membotaki, ayahnya berharap Isaac terlihat sangar dan maskulin. Tetapi wajahnya yang manis, jarinya yang panjang dan lentik, dagunya yang berbelah, serta kulitnya yang putih, membuatnya lebih menyerupai seorang perempuan yang mengidap alopecia areata. 

“Bencong setan! Pergi sana, memalukan!” Terngiang pula suara mendiang ayahnya tertambat di kepala. Suara makian yang sering kali diiringi tonjokkan, jambakan, atau terjangan ke perutnya. Tonjokan itu membuat hidungnya berdarah. Jambakan itu menggugurkan berhelai rambut dari kepala. Terjangan itu membilurkan tulang rusuknya. Seperti biasa, ibunya hanya menangis, lalu datang memeluknya, sambil gemetar menyeka sudut-sudut matanya yang basah.

Tapi apalah artinya menangis, yang menurut Isaac, tak bisa mengubah apa-apa. Apalah artinya perempuan, yang menurut ayahnya, tak dapat berbuat apa-apa. Ayahnya sering kali membentak Ibu kala melindungi Isaac dari pukulan: “Ini urusan laki-laki, kau diam sajalah!” atau “Ini salahmu. Gagal mendidik anak!” atau “Rahimmu kotor. Melahirkan bencong sampah!” Bekas yang patut Isaac lupakan. Tetapi goresnya terlalu dalam, meluka panjang, membuatnya sukar terlupakan.

Pernah suatu ketika, saat berbelanja ke mall, Isaac dan mendiang ayahnya berbarengan ke toilet. Ayahnya kencing berdiri di urinoar, sedang ia masuk ke bilik toilet. Di luar toilet, Ayahnya mendelik, dan berujar, lelaki sejati itu kencing berdiri…

Semenjak itu Isaac mencemasi toilet. Ia hanya mampu menguntai harap. Bahwa kelak saat tumbuh dewasa penisnya mengkerut menjadi grapefruit, belahan jeruk berdaging merah. Payudaranya membesar menyerupai buah pir. 

“Isaac.”

“Ya, Adam?”

“Kenapa, ya? Saat duduk berhadapan cermin, aku selalu menyaksikan seorang gadis yang, sekali waktu rambutnya tergerai dan lain waktu disanggul, membayang cantik di situ. Kakinya singsat seperti pandai merawat diri. Itu jugalah alasan mengapa aku suka mengoleksi boneka barbie, ketimbang hot wheels. Lebih suka bermain lompat tali, ketimbang bola kaki.”

“Itu gejala narsisme, Adam.”

“Apa itu narsisme?”

“Kau mencintai bayanganmu dan bayangan itu kembali mencintaimu.”

“Sekiranya aku mengalami kelahiran kedua, Isaac. Aku pastilah anak perempuan yang cantik. Anak perempuan yang memberi kegembiraan bagi semua. Sialnya tak ada kelahiran kedua. Di dalam kehidupan yang rapuh ini, aku hanya dikutuk mati berkali-kali.”

Isaac mendengus, menyungging senyum haru. Matanya jatuh iba, berkaca-kaca, seperti menahan tangis di tenggorokan. Isaac mengerti, bahwa mereka adalah perempuan lain tanpa rahim dan air susu. Tak hadir dari tanah liat dan tulang rusuk. Bukan tamar, ular dan cadar. Sementara di Taman, tak ada pohon pengetahuan buat mereka. Tapi mereka adalah Mur. Mencari cahaya demi Cahaya, kasih demi Kasih. Memurnikan duka abadi yang kelak akan kalian pahami.

“Eh, Isaac, kau pernah mendengar waria yang dibakar oleh laki-laki di Jakarta?”

“Aku tahu, Adam. Aku tahu. Aku membacanya di Jakarta Post. Mengetahui itu membuatku dirundung ketakutan tak berkesudahan.”

“Aku benci kota ini. Aku membenci laki-laki di kota ini. Aku ingin mengencingi Jakarta dan laki-laki Jakarta!”

“Mengapa pula membenci laki-laki Jakarta, Adam?”

“Mereka, bajingan-bajingan ibukota, hanya ingin memorotiku. Pernah aku mencintai seseorang. Saking cintanya, aku berbakti melayani semua permainannya. Aku menjilati jejak keberandalan pada lubang terkotor kehidupannya. Aku jugalah yang mencecap seluruh kesengsaraannya yang muncrat sepat di tenggorokan.”

“Kau harus belajar melupakannya, Adam. Belajar memaafkannya.”

“Kota ini juga kejam, Isaac. Kota yang dibangun dengan susunan api dan darah, kekerasan dan amarah, tak akan mengenali keragaman. Tidak hanya gedung-gedung dibakar, etnis minoritas pun diperkosa, minoritas agama dipukuli. Sementara minoritas seksual: dibakar, diperkosa, dan dipukuli. Bayangkan, Isaac, bayangkan. Bila seseorang sepertiku beretnis minoritas dan beragama minoritas, ditambah miskin dan berkulit hitam, apa pulalah penderitaan yang mereka alami.”

Isaac tak menyahut. Hanya bergidik mengangkat bahu. Hidungnya kembang kempis.

“Mengapa ya, Isaac, mereka tak mengerti. Banyak orang tak mengerti. Bahwa sebagian orang terlahir tidak merdeka dan karena itu harus berjuang memerdekakan dirinya?”

“Tak tahulah, Adam. Tak tahulah.”

“Tak ada ruang aman di sini, Isaac. Orang-orang tetap akan mencibirku. Bapakku tetap akan menghambur sesal, menghujaniku dengan pukulan. Ibu hanya bisa menangis. Dan untuk kesekian kali, kota tetap akan menebar teror, menebar ketakutan.”

“Adam yang baik. Tak perlulah gusar. Bila kau lelah, beristirahatlah. Bila kau berapi-api, percayalah, kau tak akan terbakar sendiri.”

Kian sore Starbucks kian pelik. Di sudut jauh, sepasang kekasih duduk bersampingan. Bicara dalam dan saling menggenggam. Sepasang yang lain, duduk berhadapan. Berbicara dalam dan tak saling menggenggam. Ditatapnya muka Isaac dan Isaac menatapnya pula. Adam menundukkan kepalanya sebentar. Hanya sebentar. Lalu kembali mendongak.

“Kalau tak salah ingat, di Utrecht, kau menulis riset tentang pengalaman kebertubuhan kan, Isaac?”

“Betul, Adam. Kenapa?”

“Apa temuanmu?”

“Tubuh adalah cakrawala kehidupan yang memaknai dunia, Adam. Ia lebih banyak tahu dari kesadaran. Tubuh juga lokasi paling berdaulat milik manusia.”

“Tapi, Isaac. Di sini, di negeri ini, mengapa pengalaman berketubuhan menjadi objek pengaturan kebudayaan?”

“Maksudmu, mengapa negara mengendalikan tubuh, gitu?”

“Iya, Isaac. Soalnya aku menyaksikan dari dekat bagaimana negara dan masyarakat meringkus tubuh minoritas seksual dan menjebloskannya ke dalam penjara moral. Memenjarakan tubuh mereka dengan hukum dan kitab suci. Seolah mereka adalah ahli langit dan bumi.”

“Begitulah, Adam, bila kesolehan negara mengangkangi kehidupan privat setiap orang. Itu pulalah alasan mengapa minoritas seksual dianggap menyimpang dan berdosa, bahkan bukan warga negara sekaligus warga agama yang baik.”

“Semua mereka beranggapan bahwa ini sekadar urusan jepong, sepong, dan tempong, Isaac. Seolah penderitaan ini hanya urusan selangkangang semata. Omong-omong, di Belanda bagaimana?”

“Pemerintah dan masyarakatnya menghargai keragaman seksual, Adam.”

“Terus, Isaac?”

“Kebebasan individu menjadi prinsip dasar perlindungan hak asasi manusia. Tak ada seorang pun melecehkan martabat manusia dengan mengganggu keyakinan privatnya.”

Isaac kembali mencermati wajah Adam. Tatapannya lembut. Lekat-lekat ia pandangi bibir tipis Adam yang, sekalipun tampak samar, seperti dibalut merah lipstik. Sementara di bawah rambutnya yang berponi, terlihat betapa matanya sayu dan mati dan tak memancarkan apapun.

Merasa ditatap tajam dan dalam, Adam mendeham. Mendeham pelan sekali. Isaac lalu meraih rokok, membakarnya, menyesap, mengempas gugusan asapnya ke udara, dan sambil lalu mengikuti nyanyi Frank Sinatra: And more, much more than this, I did it my way…

“Isaac.”

“Ya, Adam?”

“Kau punya bokin? Atau apalah, semacam join misalnya? Atau barangkali, seseorang yang sedang kau cintai?”

Isaac termenung. Termenung dalam sekali. Direngkuhnya tangan Adam dan Adam merengkuh tangannya pula. Dan dengan nada rendah yang sengaja dipelankan, Isaac menjawab: “Aku akan menikah dengan lelaki Belanda, Adam.”

Di luar Starbucks cuaca mendung. Awan hitam sehitam logam bergerak. Angin santer. Musim hujan tak lagi menyenangkan di Jakarta. Hampir setiap hari turun hujan. Hampir tiap hari pula turun air mata. Tubuh Adam basah oleh keduanya. [T]

Maret, 2024.

  • BACA CERPEN LAIN DI TATKALA.CO
Seorang Dokter yang Tak Pernah Pulang | Cerpen Putu Arya Nugraha
Dua Bandit Kecil dan Seorang Ibu yang Dihujani Banyak Masalah | Cerpen Sonhaji Abdullah
Mors Vincit Omnia | Cerpen Kiki Sulistyo
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Alit S.Rini | Mantra Disko dari Pub Dekat Kuburan

Next Post

Tak Benjol Dihantam Pinjol

Krisnaldo Triguswinri

Krisnaldo Triguswinri

Dosen, lahir 24 Oktober 1996. Menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Universitas Diponegoro. Bukunya yang telah terbit adalah Jazz untuk Nada (Puisi; 2016) Tidak Ada Pagi Revolusi, Sementara Ada Pagi Jatuh Cinta (Esai; 2021) dan Hari-Hari Berbagi Api: Gerakan Sosial, Wacana Alternatif dan Kritik Kapitalisme (Esai; 2022). Instagram: Krisnaldotriguswinri_

Next Post
Telenovela

Tak Benjol Dihantam Pinjol

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co