9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Lempar Batu Sembunyi Rindu | Cerpen Dody Widianto

Dody WidiantobyDody Widianto
March 9, 2024
inCerpen
Lempar Batu Sembunyi Rindu | Cerpen Dody Widianto

Ilustrasi tatkala.co

AKU masih terlalu polos untuk mengartikan jika apa yang tersembunyi di dalam selangkangan bukan barang dagangan. Dalam remang, kupeluk kedua lengan dalam dingin. Bawah mataku sembap. Beberapa tetes air yang nakal jatuh di atas rambutku yang kusut. Dari atas, banyak air bocor dari sambungan paralon. Kuremas rok hitam selutut yang basah. Hujan deras mengguyur kota ini sejak siang dan enggan berhenti bahkan ketika langit telah menggulita.

Kugigit bibir berkali-kali. Dalam sorot lampu yang menyilaukan mata, kulihat mobil sedan hitam mengilat mendekatiku perlahan. Sejujurnya aku ingin lari. Namun, perutku tak bisa diajak kompromi. Sudah dari tadi pagi lambungku belum terisi nasi. Hanya teh manis yang berhasil kusesap.

Pintu mobil terbuka, seseorang berjalan mendekatiku yang berdiri kaku di tepi trotoar dalam dingin. Sekali lagi, sejujurnya aku ingin berlari. Kota ini telah menimbulkan luka tak terperi yang tak ada dalam bayanganku dulu-dulu. Entah bisa-bisanya aku terdampar di kota ini. Dalam kebingungan, dalam kesialan. Andai saja aku menurut kata Emak dan mau menikah dengan anak musuh bebuyutan bapak. Kuakui Sajat memang tampan, tetapi aku tak suka dia hobi berjudi dan mabuk-mabukan.

Pria yang keluar dari mobil itu tetiba tersenyum padaku. Entah senyum asli atau palsu. Tak ada manusia yang bisa membaca isi hati. Kulit wajahnya terlalu bersih. Berbanding terbalik denganku yang saban hari di kampung hanya berkutat di kebun karet dan kopi. Ia membetulkan kacamatanya yang melorot, melihatku dengan saksama. Kukira tidak ada lagi yang lebih tampan dari Sajat. Di kota ini, ternyata banyak pria tampan menyaingi dirinya. Namun, barangkali bisa dihitung jari pria yang benar-benar baik dan tulus tak ingin menyakiti wanita.

Lesung pipi kirinya mengembang ketika ia menyapaku. Dalam remang, entah kenapa aku tetiba terpesona oleh senyumnya yang manis, semanis gula. Padahal, sejak aku berlari hingga di bawah kolong tol ini, sudah kukuatkan hati tak percaya lagi dengan yang namanya lelaki.

“Mau ke mana Neng? Kulihat kamu bingung dari tadi? Mana bajumu kuyup begitu.”

Jika aku menjawabnya, apa benar ia akan menolongku. Di kota besar ini, banyak sekali modus yang aku tak tahu. Bahkan aku terdampar di kota ini dalam kesialan juga hasil dari modus perekrutan biro kerja di kotaku. Aku tak ingin sial dua kali. Namun, bagaimana jika beliau di depanku benar-benar orang baik yang mau menolongku?”

“Aku mau pulang Om.”

“Pulang? Ke mana? Mau kuantar? Tak baik malam-malam begini keluyuran.”

Kulihat sekali lagi lelaki di depanku ini. Dia memang tak tinggi-tinggi amat. Namun, bentuk badannya yang sedang, tidak gemuk dan tidak kurus, ditambah matanya yang sipit berkacamata, entah kenapa, begitu cepat seperti tertarik padanya. Padahal, aku sadar diri siapa.

“Kalau mau, kuantar ya.”

Aku mengangguk saja. Masuk di pintu depan setelah dipersilakannya. Ia menyalakan lampu, mengambilkan selimut di kursi tengah, memasangkan sabuk di dadaku dengan perlahan sambil meminta maaf. Bahkan ia meminta maaf untuk memasang sabuk itu? Sedikit aku mulai percaya, barangkali ia lelaki baik-baik.

Mobil melaju, lalu ia menanyakan di mana rumahku. Aku tak tahu aku harus menjawab apa. Ke rumahku butuh enam belas jam perjalanan dari kota ini ditambah naik kapal di penyeberangan Merak-Bakauheni.

“Tidak usah sungkan Neng. Bilang saja nanti kuantar. Saya sering kok mengantar siapa saja yang kebingungan di kota ini. Kota ini mirip labirin atau lorong-lorong jalan membingungkan yang membuat sebagian orang bisa tersesat di dalamnya.”

Labirin? Kukira om ini punya pendapat yang benar. Dua hari aku kabur dari rumah yang menampungku, aku kadang bingung melewati jalanan yang saling tumpang tindih. Kereta di atas, di bawahnya kereta lagi, di bawahnya tol, di bawahnya jalan raya, di bawah lagi ada kolong jalan raya. Aku menggeleng kepala, bisa-bisanya manusia membuat jalan kolong dan lubang di sana-sini mirip tikus.

“Aku mau pulang Om. Tetapi aku tak punya ongkos.”

“Iya. Om antar kamu sekarang.”

“Om mau mengantar saya sekarang ke Lampung?”

Tak ada jawab. Hujan deras di luar tidak bisa membuat senyap di dalam kembali bersuara. Kulihat Om itu seolah bingung. Perlahan, ia memancingku untuk bercerita bagaimana ia terdampar dan tersesat di kota ini.

Maka, kuceritakan saja jika aku melihat temanku Mawar sering menelepon ibuku jika hidup di ibu kota enak. Ia yang dulu dekil dan kumal, sekarang wajahnya glowing dan ia makin cantik dan bohay. Aku tak menanyakan lebih dulu dia kerja sebagai apa. Aku hanya pamitan pada Emak jika aku ingin bekerja dan berusaha mengobati luka karena sering dihina miskin oleh keluarga Sajat pemilik perkebunan karet dan kopi di kampungku.

Hanya dengan bekal tekad, aku mendaftar ke biro jasa pekerjaan yang satu kantor dengan penyalur Mawar. Aku diberangkatkan dengan 12 belas gadis-gadis lain dan bilang akan dipekerjakan di pabrik, mal, atau kafe. Nanti tinggal ikuti tes saja. Namun, sungguh, aku tak menyangka jika tes pertama selalu membuatku ketakutan. Aku tak tahu jika pekerjaanku hanya diharuskan untuk mengangkang. Menjual apa yang tersembunyi dalam selangkangan.

Om itu melihat wajahku dalam serius. Wajah yang tadinya tersenyum manis mirip kecap, kali ini mendadak sayu dan mendung. Entah sedih, entah marah, entah malah senang dengan nasibku dan ia akan menambah kesialan itu jika ia seorang bunglon yang pandai bersandiwara di depanku. Namun, saat ia sering mencuri pandang melihatku, aku makin kikuk. Mendadak rasa takut kembali muncul di dada. Lepas dari kandang singa, masuk ke kandang buaya. Ya Tuhan, aku tak mau itu terjadi lagi.

“Vid. Iya. Aku titip kantor besok. Mungkin bisa tiga hari. Kamu yang pegang semuanya. Konfirmasi saja jika butuh bantuan. Oke. Ya. Terima kasih ya.”

Aku tak tahu ia bicara dengan siapa di teleponnya. Ia terus melajukan mobil di tengah jalan raya yang sedikit lengang di antara kerlip lampu-lampu gedung tinggi di ibu kota.

“Kita ke Lampung sekarang. Kuantar kamu pulang. Subuh semoga sudah sampai Merak. Mudah-mudahan tidak macet.”

Melewati daratan dan lautan, lalu kembali menjajaki daratan pulau Andalas, sejujurnya aku begitu bahagia ada orang asing yang dengan sudi mau membantuku. Bayangkan, aku yang mencoba melarikan diri, tanpa uang, tanpa alat komunikasi, mendadak aku dibelikan baju, disuruh makan di warung makan pinggir jalan. Entah apakah ini balasan doa ibu jika di kampung beliau selalu berkata padaku, “Berbuat baik ke orang lain itu mirip orang menanam pohon. Buah kebaikannya nanti jika bukan Emak yang makan, ya nanti untuk kamu dan anak-anakmu. Emak ingin di mana pun kamu berada saat dalam kesusahan., semoga ada malaikat yang baik hati segera menolongmu. Apa artinya sepiring nasi ini untuk tetangga yang sedang kelaparan. Emak memang tahu beras kita tinggal sedikit. Namun, sekali lagi Emak hanya ingin bilang, semoga kebaikan ini akan bertunas di kemudian hari dan engkau yang akan merasakannya.”

Aku menyeka sudut mata. Sungguh, aku kangen Emak dan mungkin dari doa beliau, aku bisa di posisi ini.

Enam belas jam bukan waktu yang singkat, tetapi itu bukan apa-apa untuk sebuah kata rindu. Maka, ketika sampai di rumah sederhana dengan tembok bata yang belum diplester semen, aku dipersilakannya masuk. Pintu terbuka, ibuku menyapa. Namun, entah kenapa ibuku malah terkejut melihatku. Ada noda darah di pelipisku. Ibuku terus menggeleng. Menggoyang-goyang tubuhku tak percaya. Lalu melihat sebuah mobil yang terparkir di halaman telah penyok bagian depannya.

***

Seorang ibu bersimpuh di atas rerumputan. Pipinya sembab. Ia diapit dua pusara yang dibangun dengan tumpukan bata merah. Tangannya gesit membersihkan reumputan kecil di atas dua makam. Batu-batu kecil putih di atas makam ia lemparkan, ia rapikan di tengah. Ia sesenggukan. Anak dan menantunya datang lagi dalam mimpi. Ia tak tahu bagaimana mengobati rasa rindunya yang selalu bersembunyi. [T]

BACA cerpen lain di rubrik CERPEN

Tukang Sulih Suara dan Presiden yang Kehilangan Suaranya | Cerpen Hasan Aspahani
Pesan Cinta untuk Seorang Teman | Cerpen Wahyudi Prasancika
Sedihku Berakhir di Verona | Cerpen Putu Arya Nugraha
Maksan dan Moncong Senapan Belanda | Cerpen Helmy Khan
Tags: Cerpen
Previous Post

Di Nusa Penida, Nyepi Tanpa Bantal Bleleng seperti Nggak Nyepi

Next Post

Wajah Nyepi, Relasi Agama dan Budaya untuk Harmoni

Dody Widianto

Dody Widianto

Lahir di Surabaya. Karyanya tersebar di berbagai media massa nasional seperti Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka, Kompas.id, Kedaulatan Rakyat, Solo Pos, Radar Bromo, Radar Madiun, Radar Kediri, Radar Mojokerto, Radar Banyuwangi, Singgalang, Haluan, Rakyat Sumbar, Waspada, Sinar Indonesia Baru, Tanjungpinang Pos, Pontianak Post, Gorontalo Post, Fajar Makassar, Suara NTB, Rakyat Sultra, dll. Silakan kunjungi akun IG: @pa_lurah untuk kenal lebih dekat.

Next Post
Wajah Nyepi, Relasi Agama dan Budaya untuk Harmoni

Wajah Nyepi, Relasi Agama dan Budaya untuk Harmoni

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co