25 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Riris Sanjaya [penulis]

Riris Sanjaya [penulis]

Belum Saatnya Membawa Kebiasaan Lalai Pulang ke Tanah Air – [Kabar dari Jepang]

Riris Sanjaya by Riris Sanjaya
May 23, 2020
in Khas
90
SHARES

Baca Kabar dari Jepang lain:

  • Karena Bersih dan Indah Tak Dicapai dengan Berserah
  • Karena Pintar Mencuci Tangan Bukanlah Kebanggaan

_____

Masih dalam suasana pandemi Covid-19, saya dan rekan-rekan diliburkan karena hotel harus ditutup. Pemerintah siap dengan konsekuensinya, karena mendukung hotel menutup usaha dalam kurun waktu dan persyaratan yang ditentukan. Meskipun seluruh karyawan dipastikan tidak berkerja sampai akhir Juni, dalam usaha memutus rantai penyebaran virus yang bisa semakin parah saja menyebar apabila hotel masih tetap beroperasi, pemerintah telah bersedia mengucurkan dana bantuan yang dikolaborasikan pihak hotel agar tetap dapat menggaji karyawan.

Keputusan pendanaan ini sangat melegakan untuk pekerja migran seperti saya. Walaupun masih harus sabar menanti update untuk bulan-bulan berikutnya. Selama hotel tutup, pemerintah melakukan random check, untuk memastikan pihak hotel tidak berbuat curang dengan mempekerjakan karyawannya tanpa sepengetahuan mereka.   

Dengan tidak adanya aktivitas khusus selama bulan ini, pikiran saya selama di asrama jadi mudah melayang kemana-mana, mengingat-ingat saat saya datang ke Jepang, kemudian saya teringat saat Februari lalu,

“Hugo, kamu sedang memperhatikan apa?” tanya saya kepada salah seorang rekan kerja dari Malaysia, yang menatap monitor laptop dengan serius.

“Ahh, aku sedang bingung mau beli Hand-Phone yang mana. Yang murah tapi berkualitas.”

“Lah, HP-mu yang biasanya kenapa? Bosan?” tanya saya ingin tahu. Tadinya saya pikir dia sedang browsing keperluan tamu.

“HP-ku hilang sejak kemarin sore saat jalan-jalan ke daerah Hirafu,” ungkapnya.

Rupanya HP-nya hilang semenjak kemarin sore dan belum ditemukan hingga siang ini. Jaman sekarang hidup tanpa HP adalah hal yang kronis. Ia sangat kalut, sudah mencoba kembali ke restoran dan store yang ia kunjungi kemarin tetapi sayangnya tidak ditemukan.

Tiba-tiba ia dan saya teringat pada saat yang bersamaan: “Shuttle Bus!”

“Riris, tolong bantu tanyakan kepada driver shuttle bus hotel kita dalam Bahasa Jepang ya. Aku benar-benar lupa ada kemungkinan HPku terjatuh dalam bus.” (Hotel tempat kami bekerja memiliki fasilitas bus gratis yang mengantarkan para tamu ke lokasi-lokasi pusat hidangan dan perbelanjaan, yang juga boleh digunakan para karyawan dengan tetap memprioritaskan tamu-tamu).

Dan begitulah, setelah saya bercakap-cakap dengan petugas kontrol shuttle bus, menjelaskan detail HP rekan saya yang hilang, beberapa saat kemudian kami dikabari oleh driver yang bertugas di pos setelah mengecek ke tiap bus yang beroperasi. HP tersebut rupanya yang kemarin ditemukan, dan sudah disimpan di front desk hotel satu lagi dari 4 hotel yang dibangun di satu kawasan oleh pemilik yang sama.

Saya jadi ingat tamu yang juga kehilangan HP-nya, suatu hari datang tergopoh-gopoh ke front desk saat saya sedang belajar sistem, menanyakan apa ada seseorang menemukan telpon genggamnya. Tamu asal Australia itu menjelaskan ia hanya pergi ke daerah Kutchan, untuk berbelanja di supermarket yang terkenal memiliki banyak pilihan oleh-oleh. Setelah koordinasi dengan pihak pengaturan bus yang tidak menemukan satu handphone-pun pada hari itu, kami menghubungi stasiun Kutchan. Dengan hanya sekali panggilan, pihak stasiun Kutchan yang menyediakan ruang tunggu bagi para tamu langsung berkoordinasi dengan kepolisian setempat. Mereka menelpon balik dan membawa kabar gembira bahwa HP tersebut ditemukan, diserahkan salah seorang warga yang tadinya berbelanja di daerah sana.

Saya jadi merasa terharu. Terharu oleh driver, oleh orang sekitar yang berbelanja ke supermarket, oleh petugas stasiun dan polisi, serta oleh sebagian besar orang yang saya temui di sini. Terharu karena saya merasa aman dan nyaman. Dan saya juga menjadi kagum, memikirkan betapa negara ini sudah memiliki kecukupan finansial. Masyarakatnya tidak serta-merta memati-dayakan HP yang ditemukan, diformat ulang, kemudian dijual atau dipakai pribadi. Finansial tentu saja merupakan salah satu pendukung jaminan keamanan di suatu negara. Dan saya juga tersentuh, masyarakatnya masih mau meluangkan waktu untuk menyerahkan barang temuan ke pihak berwajib. Masyarakat yang sejahtera, yang masih memiliki etika. Masyarakat dan pihak berwajib bekerjasama dan saling percaya.

Ingatan saya makin berulang, hingga teringat pada Desember tahun lalu saat awal saya mulai bekerja, saya membantu tamu berkomunikasi dalam bahasa Jepang kepada polisi yang bertugas di daerah Hirafu, yang menjawab panggilan dari sang ayah ketika mencoba menelepon ke nomor HP milik putrinya yang hilang. Kami berkoordinasi agar HP diambil ke pos polisi dan mengikuti arahan petugas untuk membawa beberapa data diri tamu. Saya kagum pada sistemnya. Pada kemudahan mengikuti proses penemuan barang hilang. Sekali lagi, kagum pada perasaan aman dan nyaman. Tentu saja beberapa yang saya kisahkan ini di luar dari penanganan HP hilang yang dapat dibantu menggunakan aplikasi “Find my Iphone” dan sejenisnya.

Saya masih ragu saat menyimpulkan Jepang terpercaya dalam hal penanganan barang hilang. Apa mungkin karena daerah saya tinggal bukanlah kota besar? Tetapi rupanya setelah berbincang-bincang dengan adik tingkat kuliah saya yang sudah sekian tahun hidup di Tokyo, pusat dari peradaban Jepang, ia dan teman-temannya mengalami hal serupa. Mengalami kemudahan-kemudahan saat tidak sengaja meninggalkan barang di keramaian. Entah dompet, entah tas berisikan passport, ataupun juga handphone. Mereka dibuat segan terhadap pihak berwajib, dan diarahkan untuk tidak lagi mengulang kelalaian yang sama. Memang negara ini telah mampu memberikan jaminan keamanan, dalam hal ini saya menyoroti masalah kehilangan barang. Suksesnya sinergi antara warga, pemilik usaha, dan petugas keamanan, serta seluruh pihak relevan lainnya.

Bayangkan, jika saat pulang nanti ke tanah air, dan kebiasaan lalai masih dibawa-bawa, tentu akan lain urusannya. Atau, bayangkan ,jika pulang nanti ke tanah air, dan suatu pernah menemukan barang berharga, mungkin akan berbeda juga ceritanya.

Pada Maret sebelum hotel ditutup, saya masih ingat, saya dan rekan-rekan kerja melakukan bersih-bersih skala besar dengan pemilahan sampah yang edan bagi saya itu. Selain memilah sampah, kami juga memilih dan memilah barang temuan. Saya membelalak melihat barang-barang berharga yang diletakkan di meja berbeda. Berbagai brand yang saya idamkan di majalah Cosmopolitan dan online beauty pages, ada di sana. Ada jam tangan, kaca mata, perhiasan, dan benda-benda cantik lainnya. Saya langsung tanyakan kepada senior, apa ada tamu yang mengiklaskan miliknya untuk si penemu? Biar saya negosiasi ke penemu. Masa begini sahutnya:

“Riris, sebentar lagi setelah kita data, kita akan ke kantor polisi.”

“Hah? Ada masalah apa? Saya kan baru bertanya, belum mengambil apa-apa.” kaget kan saya.

“Benda-benda berharga seperti ini yang kita tidak bisa telusuri pemiliknya, akan kita laporkan sebagai barang temuan hotel, jadi kapanpun tamu kembali dan menanyakan benda miliknya, kita tidak usah repot lagi. Mereka bisa koordinasi langsung dengan pihak kepolisian.”

Astaganaga. Memang ya, di balik segala keamanan dan kenyamanan itu ada segala daya upaya untuk menciptakannya. Pihak yang selama ini bersinergi itu ternyata termasuk juga hotel tempat saya bekerja. Jadi, selama berbicara tentang Jepang, belum pernah saya dengar topik mengarah ke pencurian barang berharga, adanya malah pencurian pakaian dalam. Nah, itu beda. [T]

Tags: Jepangperjalanan
Riris Sanjaya

Riris Sanjaya

Lahir di Singaraja, kini bekerja di Jepang

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Novel “Tresna Tuara Teked” Ida Bagus Pawanasuta Raih Hadiah Rancage  2020
Kilas

Novel “Tresna Tuara Teked” Ida Bagus Pawanasuta Raih Hadiah Rancage 2020

Keputusan HADIAH SASTERA “RANCAGÉ” TAHUN 2020 Alhamdulillahirobbilalamin, atas rahmat Allah SWT serta bantuan berbagai pihak yang menaruh perhatian terhadap perkembangan ...

January 31, 2020
Esai

Cerita Ngurah dari Papua# Saya, Bunga Papua, dan Kita (2)

  Aku Anak Papua Aku anak Papua Dan kau anak Papua Kita semua anak Papua  … Kaki disentak-sentak Pinggung digoyang-goyang ...

February 2, 2018
Esai

Covid-19 & Rumah

“Jika engkau ingin memperbaiki dunia, pulanglah ke rumah, temui keluargamu” --- (Sang Budha) ___ Sabda Budha di atas, sang nabi bersahaja, ...

March 19, 2020
Ilustrasi diolah dari sumber-sumber gambar di Google
Opini

Napoleon, Lady Diana, dan Ahok

SALAH satu karya musik Ludwig van Beethoven yang saya sukai, selain Moonlight Sonata - adalah Eroica, symphony No.3 in E ...

February 2, 2018
Penyair Santi Dewi
Puisi

3 Puisi Santi Dewi || Perempuan Sangkar Kata

Perempuan Sangkar Kata Ada yang tak benar-benar sendiri Dari tubuhku, tubuh kita Perempuan Dulu, Ketika usia menetas Mimpi terajut di ...

December 5, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co [diolah dari sumber gambar di Google]
Esai

Skenario Besar di Balik Tambahan Lirik Lagu “Bintang Kecil” di Bali | Meli tipat sing ada dagang

by Gede Gita Wiastra
January 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1356) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In