18 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
SEniman baca puisi dalam acara Mengunyah Geram Melawan Korupsi di JKP Denpasar

SEniman baca puisi dalam acara Mengunyah Geram Melawan Korupsi di JKP Denpasar

Seniman Melawan Korupsi

Wayan Jengki Sunarta by Wayan Jengki Sunarta
February 2, 2018
in Opini
16
SHARES

 

Kesadaran adalah matahari.

Kesabaran adalah bumi.

Keberanian menjadi cakrawala.

Dan perjuangan

adalah pelaksanaan kata-kata.

(WS Rendra, 1984)

ADA anekdot yang mengatakan di antara semua lapisan masyarakat, seniman adalah manusia yang paling jujur. Karena saking jujurnya, maka banyak seniman menjadi miskin. Anekdot itu ada benarnya. Seniman memang mengandalkan kejujuran dalam mengolah dan menuangkan inspirasi untuk mewujudkan sebuah karya seni. Bila berurusan dengan uang, misalnya menjual karya, seniman biasanya juga bingung menentukan harga.

Karena kejujuran seniman masih bisa diandalkan, seniman pun sulit korupsi. Terlalu disibukkan oleh urusan menciptakan karya, pikiran seniman jauh dari materi, apalagi niat menilep uang yang bukan haknya. Mungkin karena itu pula Rendra pernah berkata: seniman gagah dalam kemiskinan.

Namun seniman yang dimaksud di atas tentulah seniman idealis yang masih punya hati nurani. Sebab di zaman kekinian ini banyak juga seniman gadungan bergentayangan memburu proyek-proyek kesenian dan buntut-buntutnya adalah untuk memperkaya diri sendiri. Dari sana kemudian muncul istilah seniman proyek. Menjadi seniman proyek pun sebenarnya tidak masalah selama sang seniman benar-benar mengerjakan proyek seninya hingga tuntas dan melakukan pertanggungjawaban moral atas apa yang dikerjakannya.

Ketika wacana korupsi makin merebak belakangan ini, seniman pun turut ambil bagian dalam gerakan perlawanan terhadap korupsi. Misalnya, kita dengan mudah menemukan lukisan-lukisan atau mural yang berisikan gambar “tikus berdasi” sebagai simbol koruptor. Atau pentas-pentas teater yang mengusung tema korupsi.

Dalam konteks sastra, persoalan korupsi juga sejak lama telah menjadi bagian kegelisahan sastrawan. Maka muncul puisi-puisi bertema korupsi, misalnya yang ditulis oleh Rendra, Wiji Thukul, Sosiawan Leak, dan masih banyak lagi. Selain itu, di banyak tempat digelar acara pembacaan puisi protes sosial, termasuk di dalamnya menyuarakan perlawanan terhadap korupsi.

Lewat karya-karyanya yang mengandung nilai kejujuran, seniman memang dipandang sebagai salah satu pembentuk dan penjaga karakter bangsa. Lewat karya seni, berbagai kritik sosial maupun nilai-nilai pendidikan budi pekerti bisa dikumandangkan. Karena keyakinan pada hal tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggandeng sejumlah komunitas kesenian di Bali untuk terlibat dalam Festival Antikorupsi 2017. Salah satu tujuan festival ini adalah kampanye penyadaran dan pencegahan korupsi.

Komunitas seni yang terlibat dalam festival ini adalah Jatijagat Kampung Puisi, Komunitas Pojok, Komunitas Jamur, Lingkara, Luden House, Sanggar Purbacaraka, Plasticology, Tukad Abu, Akar Rumpur & RDS, Hutan Film, Rumah Sanur, Samas Comunity. Selain itu, festival ini juga didukung oleh Yayasan Manikaya Kauci, AJI Denpasar, Bintang Gana, Aliansi Rakyat Anti Korupsi-Bali.

Kegiatan festival ini meliputi lomba karikatur, poster, film, iklan radio, komik strip, video art, apresiasi sastra, penerbitan buku puisi, pementasan teater, lomba esai & jurnalistik, musik, info grafis, mural, diskusi, workshop, dan masih banyak lagi. Puncak festival digelar tanggal 9 Desember 2017 dengan pameran bersama dan pementasan kesenian.

Begitulah. Seniman dari berbagai disiplin seni, aktivis antikorupsi, wartawan, cendekiawan, dan masyarakat bersatu padu bergerak melawan korupsi dengan mengusung semangat puputan. Sebab puputan mempunyai nilai historis yang sangat kuat dan mengakar dalam konteks perjuangan rakyat Bali melawan kolonialisme.

Secara harfiah, puputan berarti perang, perlawanan, atau bertempur habis-habisan. Filosofi puputan diharapkan menjadi spirit bagi setiap orang untuk bertempur habis-habisan melawan korupsi. Tentu saja pertempuran itu dimulai dari diri sendiri dengan semangat jengah, berani, dedikasi, dan integritas yang kuat.

Semangat puputan ini kembali berkobar karena sejak lama korupsi telah menjadi persoalan yang sangat serius di Indonesia. Nyaris setiap hari kita disuguhi berita tentang kasus-kasus korupsi. Yang bikin muak, korupsi dilakukan oleh banyak pejabat pemerintah, bahkan pejabat yang mengaku dirinya sebagai wakil rakyat. Tidak tanggung-tanggung, dari pengadaan E-KTP hingga kitab suci telah menjadi sasaran empuk para koruptor.

Bahkan, ironisnya, Tugu Integritas sebagai simbol perlawanan terhadap korupsi pun dikorupsi. Korupsi memang memuakkan dan bikin geram. Kasus-kasus korupsi telah banyak merugikan negara dan bangsa ini. Kehadiran lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun belum mampu membuat jera para koruptor.

Bahkan, KPK berusaha digembosi dengan berbagai cara oleh para koruptor. Namun, KPK tidak kenal lelah mengajak seluruh lapisan masyarakat bersatu padu memberantas korupsi. Salah satu upaya KPK adalah menggandeng komunitas-komunitas kesenian untuk terlibat dalam gerakan pencegahan dan penyadaran agar benih-benih korupsi tidak tumbuh menjamur di masyarakat.

Semoga gerakan ini membuahkan hasil. Setidaknya berhasil memberantas benih-benih korupsi di dalam diri sendiri. (T)

Tags: Festival Anti Korupsi BaliKorupsisastraSeni
Wayan Jengki Sunarta

Wayan Jengki Sunarta

Penulis puisi, cerpen, novel, esai/artikel/ulasan seni. Penyuka seni, batu akik & barang antik.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi dari penulis
Dongeng

Si Manusia Kodok

by I Ketut Suar Adnyana
April 17, 2021
Foto Kopi Arabika Polsa/koleksi penulis
Esai

Kopi Pribumi vs Kopi Peranakan

DULU, petani-petani kopi di desa saya, di Desa Munduk, Buleleng, Bali, hanya mengenal dua jenis kopi: kopi jawa dan kopi ...

February 2, 2018
Esai

[Dunia Imajiner] – Saat Penyair Menjadi Presiden dan Menteri Pendidikan

Sebagai seorang penikmat sastra, pengagum sosok sastrawan tak ada salahnya kalau saya mempunyai khayalan liar. Entah kapan waktunya presiden saya ...

April 4, 2020
Ruth Onduko, Beautification 1, 30 x 42 cm, print on photo paper
Peristiwa

Pameran “Faces of Bali” di Littletalks Ubud – Tak Sekadar Merekam Wajah

  Pameran Faces of Bali sampai akhir Agustus 2017 AGUSTUS menjadi bulan yang penuh dengan kegiatan ...

February 2, 2018
Pameran Seni Rupa“BEYOND A LIGHT” (2014)./ Foto: Agus Wiryadhi Saidi
Puisi

Kambali Zutas# Camar-Camar di Teluk Benoa, Kepada Gadis Seksi Kolong Underpass

camar-camar di teluk benoa camar-camar di teluk benoa samar-samar terdengar kabar-kabar terbayar camar-camar di teluk benoa samar-samar tak terdengar kabar-kabar ...

February 2, 2018
Sejumlah wartawan yang sedang meliput berpose dengan latar Gunung Agung. Foto: Dok Kardian Narayana
Opini

Gunung Agung Meletus? Ah, Kata Siapa?

  PARIWISATA Bali sedang terpuruk. Itu karena sejumlah negara memberlakukan travel warning. Konon gara-gara pemberitaan media massa soal Gunung Agung. ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Dok Minikino | Begadang
Acara

[Kabar Minikino] – Indonesia Raja 2021 Resmi Diluncurkan Untuk Distribusi Nasional

by tatkala
April 17, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (69) Cerpen (163) Dongeng (14) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (353) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In