27 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Istimewa

Istimewa

Curangologi: Filsafat Curang Seri 1 – Gambar Umbul

Gde Hariwangsa by Gde Hariwangsa
February 2, 2018
in Opini
11
SHARES

 

SUNGGUH, saya sendiri tidak tahu. Mengapa tiba-tiba ingin memikir lebih dalam soal curang. Yang jelas tak ada kaitan dengan pilkada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Apakah karena kian maraknya tersangka korupsi, baik yang OTT, terlapor, terdakwa, tersangka, tersadap, ‘tersembunyi’, ‘terlindungi’, dan ‘ter’ – ‘ter’ lainnya ? Atau karena adanya ‘model baru’ dalam kompetisi olah raga – yang secara vulgar, memberi hadiah point pada sebuah klub peserta kompetisi ? Saya tak terlalu paham. Saya hanya ingin menulis saja, meski saya bukan ahli pilkada, pilpres, korupsi, dan juga bukan ahli analisa olah raga.

Sesuai konvensi umum, curang adalah suatu tindak ke-tidak benar-an. Menurut saya, ini berlaku universal. Saya belum pernah mendengar sebuah negara pun yang membenarkan tindak kecurangan. Ia, senantiasa berkait dengan ambisi/keinginan seseorang atau kelompok, untuk meraih sesuatu keuntungan atau kemenangan. Entah menang dalam mengkorup hak yang bukan haknya, memanipulasi sesuatu untuk keuntungan diri pribadi atau kelompok.

Kecurangan juga tak terlepas dari ambisi pemenangan tender proyek, persaingan bisnis, pertandingan olah raga, aneka pemilihan, kompetisi sepak bola, pilkada, pilpres dan bidang-bidang hidup lainnya. Kendati demikian, saya masih percaya ada ‘kejujuran’ diantara tumbuh suburnya tindak curang dalam kehidupan manusia.

Curang, tak bisa dilepaskan dalam kehidupan manusia, kendati tindakan curang acap bertentangan dengan ajaran etika, moral, budi pekerti, agama, dan norma-norma lainnya dalam kehidupan manusia. Memang, terkadang dalam menilai suatu tindakan curang, tidaklah mudah. Sebab, satu sama lain selalu ingin memiliki kebenarannya sendiri. Maka betapa tidak mudahnya menilai salah-benar tentang suatu ‘kebenaran’ itu.

Arti curang, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). cu·rang a tidak jujur; tidak lurus hati; tidak adil: orang yang munafik senantiasa berhati –;

men·cu·rangi v berbuat curang terhadap seseorang; menipu; mengakali;
ke·cu·rang·an n perihal curang; perbuatan yg curang; ketidakjujuran; keculasan.

Saya juga bingung, mengapa kata curang lebih banyak sinonimnya dari pada antonimnya. Sinonimnya ; bengkok, cerdik, kerangkeroh, keroh, korup, lancung, lengit, licik, licin, main kayu, main sabun, patgulipat, serong. Sementara antonimnya hanya ; jujur. Biarlah ahli bahasa yang membahasnya.

Pelajaran tentang curang, saya dapatkan dari permainan gambar umbul di masa kecil. Permainan kuno ini tentu bukan didapat dari download di AppStore, Google Play, dan lain sebagainya. Entah dari mana asalnya permainan ini, yang jelas kita mendapatkan pengetahuan permainan ini dari kakak-kakak kita. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan tentang ‘teknologi kecurangan’ dalam permainan ini.

Gambar umbul terbuat dari karton duplex ukuran A3 atau F4 dengan gramatur 250 gr, atau karton BC 220 gr. Gambar yang tercetak di atasnya, merupakan sebuah cerita film layar lebar yang populer saat itu, antara lain ; Ivan Hoe, Hercules, Spartagus, Zoro, Cleopatra, Flash Gordon, Robin Hood, James Bond, Jango, dan lain sebagainya. Ada juga tentang tokoh-tokoh wayang dan tokoh-tokoh komik seperti; Gundala Putra Petir, Si Buta Goa Hantu, Mahesa Wulung, Pendekar Bambu Kuning, Siti Gahara, Mahabarata, dan masih banyak lagi. Itu di tahun 1960-70 an. Belakangan, gambar umbul banyak mengambil cerita dari film-film serial televisi, seperti Bonanza, Hawai Five’O, The Saint, si Unyil, Doraemon, dan lain sebagainya.

Umbul, adalah permainan cukup populer di masa kecil saya. Teknis permainannya amat mudah. Kita dan lawan kita masing-masing menjagokan ‘gacuk’ dua lembar gambar umbul. 4 gambar dijadikan satu dijepit antara jari tengah dan telunjuk, dan ditekan oleh ibu jari, lalu dilentingkan ke udara. Nah, kalau misalnya kedua gambar umbul kita jatuhnya menghadap atas, dan kedua gambar lawan atau salah satu tertelungkup, maka kitalah yang menang. Jadi mayoritas yang gambar umbulnya menghadap ke ataslah yang menang. Taruhannya variatif, bisa 5 lembar atau 10 lembar gambar umbul. Jumlah peserta yang bermain bisa bervariatif, tidak hanya 2 orang. Peraturan taruhannya pun, bisa diatur secara fleksible.

Yang namanya permainan tak terlepas dari kecurangan. Seperti yg sudah saya sebutkan di atas, pada permainan inilah saya mulai diperkenalkan dengan teknologi kecurangan. Berbagai teknologi kecurangan, dari yang vulgar sampai yang halus, saya pelajari. Yang vulgar namanya ‘lap-lip’, ini menempel gambar yang sama di belakang gambar – sehingga, ketika gambar umbul jatuh ke tanah selalu dalam posisi gambar di atas. Karena kedua sisinya bergambar. Karena terlalu vulgar, teknologi ini jarang dipakai.

Teknologi yang lain adalah melumuri sisi belakang gambar dengan putih telur, lantas di jemur. Logikanya, sisi belakang memiliki berat yang lebih, hingga ketika jatuh ke tanah, lebih sering telentang menghadap ke atas. Trik yang lain, ketika kita mendapat giliran melempar/melentingkan gambar umbul, kita tekuk sedikit ‘gacuk’ kita – dengan demikian, entah ada gaya fisika apa, memang ‘gacuk’ kita jatuhnya sering menghadap atas.

Begitulah yang saya ingat tentang ilmu pengetahuan curang yang hadir ke dalam diri di usia dini, dengan tujuan keuntungan pribadi. Pelajaran budi pekerti maupun etika memang sudah didapat dari keluarga, sekolah, dan pelajaran agama. Namun, pada sisi lain, dalam bertingkah-laku sebagai perseorangan di lingkungan sosial, banyak pula pengetahuan yang kita serap. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan curang.

Apakah serapan ilmu pengetahuan kecurangan itu bisa dimaafkan mengingat pada saat itu kita-kita masih usia kanak? Dan secara alamiah, pengetahuan itu turun-menurun dari lingkungan sosial yang ada. Bahkan merupakan ‘nilai’ yang berharga sebagai sarana menuju ‘kemenangan’ untuk keuntungan pribadi? Terkadang, saya ingin mengkoreksi apakah naluri curang itu sudah terlanjur melekat dalam bawah sadar kita. Atau memang justru di-melekat-kan dalam kesadaran kita? Tanya ini belum terjawab.

Lantas mengapa teknologi curang di jaman ini kian canggih dan kian vulgar saja? Melebihi kevulgaran teknologi ‘lap-lip’ tadi. Begitu banyaknya kecurangan yang vulgar bermunculan dalam kehidupan nyata, hingga mengingatkanku pada masa kanak-kanak yang indah. Tentu, teknologi curang saat itupun termasuk dalam kenangan indahku. Hal ini lah yang menarik minatku untuk mempelajari lebih dalam tentang ‘curangologi’. Meski ketika aku cari di google maupun wikipedia tak kutemukan istilah tersebut, tak apa-apa. Kelak, mungkin ketemu dengan sendirinya. (T)

LANJUTKAN BACA: Curangologi: Filsafat Curang Seri 2 – Sekuni Milenial

 

Tags: Bahasagaya hiduppermainanSeni
Gde Hariwangsa

Gde Hariwangsa

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Ilustrasi diolah dari Google
Opini

Kecanggihan Smartphone dan Betapa Irasionalnya Kita

  SALAH satu agenda utama saya setelah meninggalkan Singaraja dan pulang ke Tuban adalah sowan (ziarah) ke makam-makam para Syekh ...

February 2, 2018
Rendra Bagus Pamungkas (Foto: Dok Teater Ingsun)
Khas

Rendra Bagus Pamungkas: “Ini yang Anjing dari Teater!”

“INI yang anjing dari teater! Karena banyak orang tersesat dan tidak bisa keluar!” pungkas Rendra Bagus Pamungkas dalam forum Srawung ...

July 15, 2019
Pentas mahasiswa Unhi Denpasar
Kilas

Pentas “Singlar Mas” dari Unhi Denpasar: Utuh dan Magis

  SUASANA magis memancar dari Pentas Gelar Seni Akhir Pekan Bali Mandara Nawanatya II, Jumat malam, 13 Oktober 2017. Seolah ...

February 2, 2018
Esai

Pemaafan, Ibu Dari Segala Ibadah

"Si lemah tidak pernah memaafkan. Memaafkan adalah atribut bagi si kuat." (Mahatma Gandhi) Selalu ada misteri dalam hidup. Misteri selalu ...

June 6, 2019
Ubud Food Festival 2015
Khas

Mengangkat Kuliner Bali ke Dapur Mancanegara

Hari ini saya tiba tiba saja kangen masakan khas Bali. Ingin instan, saya pun mencari yang instan. Mi instan sambal ...

September 15, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Hilangnya Peran Notaris Dalam Pendirian PT UMKM

by I Made Pria Dharsana
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In