28 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Pementasan teater Perempuan Tanpa Nama

Pementasan teater Perempuan Tanpa Nama

Jangan Khawatir Soal Perempuan, Tuan Karl Marx!

Indra Andrianto by Indra Andrianto
February 2, 2018
in Opini
82
SHARES

 

“Kemajuan sosial dapat diukur oleh posisi sosial perempuan” – Karl Marx

“Tenang saja, tidak ada lagi penindasan akan paras cantik berhati lembut, Fisrt Women kira-kira begitu di Eropa perhari ini, Marx. dan Kesetaraan Gender kira-kira seperti itu di Indonesia hari ini Tuan” – Indra Andrianto

DALAM sebuah disiplin ilmu sosiologi tentu kita sudah mengenal nama-nama tokoh sosiologi klasik seperti Emile Durkheim dan Max Webber yang menjadi rujukan dasar sebuah paradigma masyarakat sosial. Dari keduanya lahirlah tokoh peralihan bernama Karl Marx seorang Prussia (Jerman Timur) yang saat ini menjadi negara Polandia sebagai bapak sosiologi modern yang mampu menyatukan konsep Durkheim dan Webber dalam kajian ilmu sosiologi modern yang bahkan sampai hari ini pengaruh pemikiran Marx pada dunia masih terasa. Bukan hanya dalam sekup internal negara namun secara global dua ideologi sayap kanan dan kiri masih bersiteru secara dingin. Dalam pengaruh pemikiran Karl Marx tentu kita ketahui dalam setiap politik praktisnya tidak lepas dari kajian tentang bagaimana memperjuagkan kelas-kelas sosial.

Kali ini tentunya kita tidak sedang membahas tentang Marxisme Ortodoks, Marxisme Analitis ataupun Marxisme Postmodernisme. Namun yang menarik ialah kajian terkait Marxis Feminisme. Dalam sebuah buku biografi Karl Marx yang ditulis oleh Muhammad Ali Fakih (kebetulan beliau satu saku sama saya) mengatakan bahwa Marxis Feminisme merupakan bagian dari cabang Feminisme yang memiliki fokus pada penyelidikan tentang cara-cara bagaimana perempuan ditindas oleh sistem kapitalisme. Pendapat tersebut tentu merujuk dengan apa yang sudah ansich disampaikan dalam buku Manifesto of the communis party yang terbit pada tahun 1848. Tentu Marx dalam hal ini meletakkan hal-hal dasar tentang penindasan dan Perempuan.

Saat perjalan Karl Marx ke Perancis tentu Marx melihat perempuan bekerja selama 12 sampai 16 jam dalam sehari di sebuah pabrik industri dan kebun anggur, oh betapa prihatinnya si Karl Marx melihat kondisi yang sedemikian sengsaranya perempuan masa itu di Prancis. Sepintas perjalanan Karl Marx dari Prusia yang melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Prancis lalu bertemulah di sana dengan para sosialisme purba seperti Ludwig Beurbach dan Freiderich Englesh yang sebenarnya adalah young Hegelian (penerus perjuangan GWF Hegel). Semakin deras aliran darah Karl Marx untuk peduli terhadap nasib kaum buruh khususnya perempuan pada saat itu yang sebenarnya sejalan dengan basik Karl Marx yang sangat membidangi sastra Humanisme.

Freiderich Engels menganalisis fenomena sosial yang terkait dengan moralitas, penindasan gender terkait erat dengan penindasan kelas. Relasi antara lelaki dan perempuan dalam masyarakat, mirip dengan hubungan kelas proletar dan kelas borjouis. Melalui fenomena ini subordinasi perempuan merupakan fungsi dari penindasan kelas, yang harus dipertahankan (seperti rasisme) untuk melayani kelas pemodal dan kelas penguasa. Hak kerja antara laki-laki dan perempuan itu dibedakan. Kapitalisme menolak membayar pekerja rumah tangga perempuan. Ia hanya bisa makan dan hidup jadi babu tanpa gaji (layaknya binatang peliharaan). Berbeda dengan pekerja rumah tangga laki-laki. Analisis Engles ini ditulis oleh Brown Heather A dalam bukunya “Marx on Gender and The Family”

Kaum feminise Marxis berpendapat dari analisis Engels di atas berpendapat bahwa mengabaikan perempuan dalam kerja-kerja produktif berarti bahwa ranah-ranah produksi, baik dalam publik maupun swasta berada dibawah kontrol kaum laki-laki. Hal ini disepakati sebagai sebuah bentuk penindasan terhadap kaum perempuan. Beberapa Feminisme Marxis mengajukan mereka untuk diperjuangkan dalam ranah pekerjaan rumah tangga dalam sistem perekonomian kapitalis. Sederhananya perempuan yang biasanya mencuci, memasak dan sebagainya itu mendapatkan kompensasi berupa upah.

Tentu jika kita sederhanakan kemauan kaum marxis ialah pekerjaan perempuan diakui dan dihargai di ruang publik. Tetapi jika saya lihat ini hanya sebatas wacana keinginan kaum Marxis Feminisme maka tahun 1972 Feminisme Internasional terlibat meluncurkan Kampanye Upah Internasional untuk pekerjaan rumah tangga tepatnya di Italia, pelopornya adalah sekelompok perempuan Italia. Bahkan penulis pada zaman itu juga ikut menyuarakan seperti Selma James dan Dalla Costa dan lain-lain. Meskipun gerakan seperti ini tak bertahan lama dan bisa dikatakan mengalami kegagalan namun hal ini dianggap sebagai sebuah wacana penting sebagai bentuk passion sebuah perubahan kaum pekerja perempuan.

Di Eropa perhari ini Justru mengutamakan hak-hak perempuan sehingga perlindungan hukum bagi kaum perempuan di segala bidang sangat di-intens-kan, intens dalam artian yakni keadilan terhadap sesama manusia. Istilah populer hari ini di Eropa ialah First Women yang mengandung arti utamakan perempuan atau perempuan yang utama, betapa mulianya kaum perempuan diperlakukan. Sedangkan di Indonesia sendiri lebih luar biasa sekali dengan munculnya pelopor perempuan cerdas bernama R.A Kartini yang memunculkan gagasan emansipasi perempuan. Yang awalnya perempuan Indonesia hanya sebatas dapur, ranjang dan papan, kini mampu mengubah peradaban perempuan Indonesia mengalami paradigma drastis menjadi sosok yang produktif dan terampil, sehingga yang awalnya hanya sebatas pekerjaan mengurus rumah tangga dan melayani lelaki (suami) kini mereka dapat aktif berkarir layaknya kaum laki-laki karena memiliki hak yang sama.

Maka jangan heran jika Ibu Megawati pernah menjadi seorang presiden yang memimpin di dalamnya ada kaum laki-laki. Betapa berjasanya R.A Kartini memperdayakan kaum perempuan menjadi lebih baik dengan buku terbitannya “Habis Gelap, terbitlah Terang”. Pada Tahun 2013 Federecci mendesak gerakan feminimisme dengan cara mereformasi kelembagaan, mereformasi peraturan menjadi sebuah payung hukum yang adil sehingga terjadi keharmonisan dalam tatanan hidup masyarakat baik, ntah hal itu dipimpin oleh kapitalis sekalipun. Jadi dapat dipastikan kegelisahan Marx di masa lalu tidak perlu dikhawatirkan hari ini karena kita sudah mendapatkan solusi dari niatan baik layaknya Marx. (T)

Tags: filsafatKarl MarxPerempuan
Indra Andrianto

Indra Andrianto

Lahir pada tanggal 14 Maret 1995 kelahiran Bondowoso-Jatim. Saat ini menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Undiksha-Bali. Kabid Perguruan Tinggi dan Kepemudaan HMI Cabang Singaraja.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
I Nyoman Wirata, Pengamen Bisu, Akrelik, 140x60, 2017
Puisi

Arnata Pakangraras# Bertamu ke Perbatasan, Senja Oleng di Teras

BERTAMU KE PERBATASAN Subuh memecah embun di tepian pagi gigirnya memburuku melewati jati jati tua selembar daunnya jatuh serupa ingatan ...

February 2, 2018
Mahasiswa belajar berjualan di kampus. (Foto: Mursal Buyung)
Esai

Sarjana Zaman Now – Jadi Pegawai Kontrak di Pemda atau Buka Usaha Sendiri?

Tantangan Pembangunan meliputi tiga hal yakni pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan. Ketiga hal tersebut telah menjadi masalah yang kompleks dan kronis ...

February 7, 2019
Saras Dewi saat diskusi di Rumah Belajar Komunitas Mahima
Esai

Cantiknya Mbak Saras Dewi, Petani Keren, dan Teluk Terkasih

  SIAPA yang tak kenal L.G Saraswati Puteri. Ia kini terkenal dengan nama Saras Dewi. Ia sosok penyanyi, sastrawan, juga ...

February 2, 2018
Juli Sastrawan (pegang mik) saat bicara soal komunitas sastra pada Festival Seni Bali Jani 2019 di Taman Budaya Denpasar
Esai

Beda Gaya Sama Rasa: Disparitas Komunitas Sastra dalam Ekosistem Sastra di Bali Hari Ini

Komunitas sastra dan karya sastra merupakan satu rantai kebudayaan yang takdapat dipisahkan. Tidak ada yang lebih penting atau lebih tidak ...

November 10, 2019
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Cerpen

Taru Bukit

Cerpen: Satia Guna POTONGAN-POTONGAN kayu narbuaya, jati, dan eboni sudah tertumpuk di salon Man Gredeg. Pagi itu ia memandangi potongan-potongan ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Moch Satrio Welang dalam sebuah sesi pemotretan
Kilas

31 Seniman Lintas Generasi Baca Puisi dalam Video Garapan Teater Sastra Welang

by tatkala
January 27, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Puji Retno Hardiningtyas saat menyampaikan ringkasan disertasi itu disampaikan dalam ujian terbuka (promosi doktor) di Universitas Udayana, Selasa, 26 Januari 2021
Opini

Antara Keindahan dan Kehancuran | Wacana Lingkungan Alam dalam Puisi Indonesia Modern Karya Penyair di Bali Periode 1970-an Hingga 2010-an

by Puji Retno Hardiningtyas
January 28, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (193) Opini (472) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In