21 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Ilustrasi diolah dari foto Mursal Buyung

Ilustrasi diolah dari foto Mursal Buyung

Kesadaran Palsu Mahasiswa di Pabrik Kaum Intelektual

Taufikur Rahman Al Habsyi by Taufikur Rahman Al Habsyi
February 2, 2018
in Opini
43
SHARES

 

Saat kebodohan menguasai kesadaran maka kesadaran memiliki hak untuk berbuat hal paling bodoh – Ibnu Sina

BANYAK tulisan-tulisan yang telah mengulas peran dan fungsi seorang mahasiswa sebagai agent of change, agent of control, airon stock, namun di balik itu semua kita sebagai mahasiswa dinina bobokkan oleh sistem birokrat kampus dengan pasal-pasal manipulatif.

Sejak kita menjadi mahasiswa baru, kita sudah diperkenalkan dengan prosedur kampus yang harus ditunaikan, disampaikan aturan dan kode etik dan yang paling mengerikan ialah di takut-takuti. Selain itu kita tidak diperbolehkan memakai kaos oblong waktu kuliah, tidak boleh memakai celana jeans, potongan rambut harus rapi seperti pejabat di gedung putih, dan bahkan diwajibkan membeli buku dosen.

Doktrin ketakutan dijadikan senjata oleh penguasa kampus. Penampilan dijadikan dasar penilaian karakter pendidikan yang diidamkan dan dianggap berhasil sesuai cita-cita bangsa. dimana kesadaran mahasiswa dipertanyakan tentang kebebasan? Apakah sudah tidak ada keberanian?

Mahasiswa bukan lagi orang-orang yang ditakuti penguasa, mereka hanya bagian dari kaum pabrik intelektual sebagai mesin uang. Berapa banyak uang yang harus kita habiskan untuk kuliah? Selain biaya bulanan untuk kebutuahan sehari-hari seperti membeli makan, pulsa, kost hingga hiburan. Sekarang yang menjadi ukuran objektif kuliah ialah bukan pengalaman tetapi berapa banyak uang yang telah kita gelontorkan selama kuliah.

Sebagai mahasiswa kita dilatih harus memilik soft skill yang biasanya diberikan pelatihan tentang kewirausahaan, dengan doktrin harus memiliki usaha sehingga bisa membiayai kuliah sendiri dengan maksud mengurangi beban tanggungan orang tua. Program ini menjadi daya tarik sendiri terutama bagi mahasiswa perantau yang harus survival.

Namun lucu ketika lahan untuk membuka usaha sudah dilahap oleh penguasa kampus dengan bekerjasama dengan orang luar kampus, misalnya urusan kantin. Sudah tidak asing nama kantin bagi mahasiswa yang memiliki uang jajan lebih namun menjadi tempat asing bagi mahasiswa rantau dan kere, ya seperti aku ini.

Seharusnya jika kampus ingin menyejahterakan mahasiswa maka pengelolaan jual beli (kewirausahaan) dalam lingkup kampus diserahkan kepada mahasiswa, sehingga kampus menjadi tempat mahasiswa berproses menempa diri dan tidak berfikir lulus dari universitas harus menjadi PNS.

Mahasiswa semakin abu-abu dalam kampus ketika anak beasiswa diwajibkan membuat PKM (program kreatif mahasiswa) setiap semesternya dan pembagian beasiswa ini disesuikan dengan jumlah keselurahan mahasiswa setiap jurusannya, tetapi program ini tidak jelas alurnya dan cenderung hanya formalitas, dan tidak ada hubungannya dengan beasiswa. Kesadaran palsu ini semakin lengkap dengan kebijakan ketika ada program relawan dimana delegasinya pukul rata tanpa mempertimbangkan jumlah mahasiswa setiap jurusan.

Marx menggambarkan kesadaran palsu yaitu dengan buruh tetap bekerja meski dalam keadaan tertindas dan gaji yang murah dan jam kerja yang panjang, dengan dalih kaum kapitalis telah menjanjikan surga kepada kita. Keadaan ini sepertinya telah merasuk sendi-sendi kampus dengan dalil kepalsuan yang telah dosen sampaikan. Ketika kita mempunyai tunjangan di HMJ kita tidak diberikan tanda tangan KRS (kartu rencana studi) Pembimbing Akademik sebelum melunasinya. Padahal secara sah tidak ada peraturan yang mengatur hal itu di sistem birokrat kampus.

Selain itu mahasiswa diharuskan untuk memenuhi sekian SKS sebagai syarat kelulusan misal, syarat KKN harus memenuhi 110 SKS, untuk PPL-Real harus memenuhi 120 SKS, jadi dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa juga diterapkan jam kuliah panjang. Namun tidak ada satu pun materi yang terserap karena mahasiswa hanya berfikir praktis bagaimana mendapatkan IPK tinggi dan lulus tepat waktu demi memberikan hadiah toga kepada orang tua.

Kepatuhan palsu itu ditanamkan. Disuburkan lewat pelatihan-pelatihan. Sesekali mahasiswa itu diberi unjuk kebolehan. Ada yang hapal karakter baik. Ada yang mampu sebut bentuk tindakan terpuji, bahkan dengan hormat mereka sanggup hapalkan isi kitab suci. Singkatnya, karakter baik ada banyak tanpa harfiah. Tidak suka demo, bahkan inisiatifnya demo malah konser (aksi lupa tujuan). Bahkan tidak suka bolos apalagi kuliah telat datangnya.

Spesies ini disuburkan di kampus dengan harapan akan muncul angkatan mahasiswa baru. Segar penampilan, semangat menyambut kompetisi dan tidak diributkan oleh soal di luar dirinya. Kita perlahan-lahan mengubur semangat martir mahasiswa. Kita ganti dengan tokoh baru, mahasiswa pencetus semangat pasar. (T)

Catatan: Tulisan ini terinpirasi dari buku “Bangkitlah Gerakan Mahasiswa”, karangan Eko Prasetyo, terima kasih kepada kawan saya Chete telah memberikan bukunya demi menyadarkan kegelisahan seorang mahasiswa yg dikoyak-koyak sepi.

Tags: kampusmahasiswaPendidikan
Taufikur Rahman Al Habsyi

Taufikur Rahman Al Habsyi

Biasa dipanggil Koko Opik. Lahir di Bondowoso, 05-06-1998. Anak kedua dari pasangan Arjas dan Irliya, orang tua yang selalu berjuang membahagiakan anak-anaknya.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Cerpen

Keberanian untuk Memulai Ketidakselesaian

SUARA mesin grinder biji kopi, aroma biji kopi yang telah menjadi bubuk, lagu pop barat yang membosankan. Dan orang-orang yang ...

February 22, 2018
Ulasan

Wajah Komik Indonesia Hari Ini: Dari “Tahilalats”, “Trickster”, sampai “Nusantara Droid War”

APA kabar komik Indonesia? Bagaimana harimu saat ini? Masih dapatkah kujumpai serial pewayangan R.A Kosasih? Atau apa kabar aksi pahlawan ...

February 2, 2018
Foto FB/Gustra
Khas

Yang Baru dan Yang Hilang di Pesta Kesenian Bali 2019

Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 ini menampilkan sejumlah fakta-fakta baru yang membuat PKB tahun ini terkesan agak-agak berubah. ...

June 17, 2019
Esai

Kebebasan, Kedamaian dan Ketegangan

“Aku telah ceritakan pada kalian jahatnya arus balik dari utara ke selatan. Dalam hidup kita, ada seorang yang bukan hanya ...

August 27, 2019
Sumber ilustrasi: kaospremium.com
Opini

Misteri Besar Tidur Gus Dur dan Sedikit Tentang Tidur Novanto

  ”Gitu Aja Kok Repot”. Siapa orang yang tidak tahu dengan kata mutiara itu, kata utiara yang sering dilontarkan oleh ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Foto : Dok. Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan
Acara

Lomba Tari Bali dan Lomba Busana | Festival Budaya XI Pasemetonan Jegeg Bagus Tabanan

by tatkala
January 20, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Cokorda Gde Bayu Putra || Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Esai

Semangat Draft RUU Pelaporan Keuangan & Kesiapan Ubud di Masa Depan

by Cokorda Gde Bayu Putra
January 21, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1353) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In