3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: koleksi penulis

Foto: koleksi penulis

Mahasiswa Kos dan Mahasiswa Rumahan: Punya Galau Masing-masing

Wira Dharma Asha by Wira Dharma Asha
February 2, 2018
in Opini
381
SHARES

SUDAH banyak yang bicara soal mahasiswa kos atau bicara soal merantau. Mahasiswa kos yang memikul harapan orang tua sejauh ratusan kilometer dari rumah ke kampus demi cita-cita dan tujuan mulia. Seperti poster slogan di dinding sekolahan “Aku Datang Demi Sebuah Cita-Cita”.

Banyak meme di dunia maya yang mencoba menganekdotkan kehidupan mahasiswa perantauan. Karena mahasiswa kos memang eksis dengan banyak keunikan yang lucu, bahkan penderitaan pun jadi sangat lucu jika diceritakan. Mahasiswa kos memang punya galau tersendiri.

Namun, jauh dari kamar kos, terdapat sejumlah mahasiswa asli yang tinggal di kota kelahirannya sendiri. Sebut saja mahasiswa rumahan. Mahasiswa rumahan inipun punya cerita yang mungkin patut didengarkan. Mereka punya kegalauan sendiri.

Kehidupan kampus  bagi mahasiswa rumahan ini mungkin berbeda dengan yang biasa didengar dan dicerita, baik dalam cerita pendek (cerpen) novel, maupun roman picisan. Berbeda, mulai dari cara membuat tugas,  beli makanan sendiri, pergi ke laundry, dan yang tak kalah penting, ya pulang kampung. Pada dasarnya, banyak hal yang berbeda di antara kedua jenis mahasiswa ini.

Ya, begitulah. Mahasiswa kos dan mahasiswa rumahan punya kegalauan masing-masing.

Saat pulang dari kampus, mungkin sebagian besar dari mahasiswa perantauan akan mampir sebentar di warung-warung makan, sekadar membeli lauk atau paket komplit dengan es teh. Namun, mahasiswa rumahan akan langsung pulang.

Tiba di rumah langsung masuk dapur, lalu mengambil piring. Lauk tinggal pilih, nasi tinggal ambil, tapi ingat cuci piring.

Maka, jangan heran bila terkadang mahasiswa rumahan ini bingung jika ditanya tempat warung makan yang enak dan murah di sekitar kampus atau di kotanya sendiri. Berbeda dengan mahasiswa perantauan yang hapal dengan warung dengan nasi enak, dan terutama warung murah. Karena hari-harinya sepulang kampus selalu diisi dengan eksplorasi dagang nasi, dari dekat kampus, dekat kos, hingga warung di gang-gang paling tersembunyi.

Bagi kaum perantauan, orang tua jelas sudah mengerti bahwa si anak rantau pergi dari rumah memang untuk belajar. Dari pengamatan saya terhadap teman-teman perantuan, setiap kali dihubungi orang tua jawabannya selalu “Masih buat tugas, sudah makan kok, tenang ya, Ma”.

Jawaban berbeda datang dari anak rumahan. Ketika dihubungi jawabannya “Sebentar pulang, masih buat tugas…”.

Bagaimanapun juga tugas kuliah memang berbeda dengan zaman SMA. Tugasnya berat, mental harus kuat, bisa-bisa otak sampai berkarat (bagi yang serius sih, hehehe). Tugas itu menuntut untuk diselesaikan, walaupun hingga larut malam. Bagi mahasiswa perantuan mungkin hal lumrah berada di kos teman, bertukar pikiran hingga larut malam, membuat tugas, sambil makan gorengan Telkom.

Namun, banyak hal beda yang dirasakan si anak rumahan. Perasaan tidak enak kerap kali menghampiri, terutama saat meninggalkan rumah. Apalagi bagi anak perempuan. Tidak enak rasanya jika harus sampai malam, tidak enak rasanya jika harus menggedor pintu rumah saat semua sudah tidur. Pokoknya tidak enak.

Bicara libur adalah bicara surga bagi mahasiswa rantau. Namun sayang, mungkin mahasiswa non perantuan punya rasanya sendiri. Saat semua temannya pergi, jadilah ia sendiri. Seketika suasana yang penuh hiruk pikuk kampus dan candaan teman berubah menjadi kesepian. Ia bukannya tidak punya teman melainkan ditinggalkan teman.

Di sisi lain, temannya di rumah justru sedang merantau ke negeri orang. Sedangkan temannya di kampus sudah pulang kampung. Tak heran, sebagai mahasiswa rumahan, kadang saya bingung ketika ditanya dosen “Liburannya ngapain saja?”.  Ya, jawabannya, “Di rumah saja…”

Ada satu kegalauan lain bagi mahasiswa rumahan. Kita tahu bahwa orang Bali suka menyamabraya, apalagi saat sedang ada upacara di salah satu keluarga. Nah, mahasiswa rumahan tak bisa mengelak. Mereka harus bisa menempatkan diri sebagai orang Bali. Terjun langsung membantu nyama sendiri adalah keharusan.

Bukan main-main lagi ataupun sekadar basa-basi, karena mereka harus punya tanggung jawab yang tinggi. Dengan kekuatan yang besar maka timbulah tanggung jawab yang besar pula. Apalagi dalam kasus ini mahasiswa rumahan namping nyama, masa iya kita tidak medelokan atau meopinan?

Sialnya, jika rentetan upacara ini berbarengan dengan segala macam kegiatan kampus dan tetek-bengeknya.  Kuliah yang mewajibkan kehadiran  minimal 75 persen kadang membuat mahasiswa bingung.

Ambil sajalah contohnya saat di kampus kita boleh izin sebanyak empat kali, dua kali sudah kita gunakan saat sakit, dua kali juga sudah kita gunakan saat izin saat ada keperluan pribadi yang penting.  Nah, ketika ada upacara penting dan berbarengan dengan kuliah, middle test, apalagi final test, mohon dimengerti saja kalau mahasiswa rumahan harus mengorbankan salah satunya. Lagi-lagi, perasaan tidak enak menghampiri.

Tidak berhenti sampai di situ saja, mahasiswa rumahan ini harus pintar-pintar dalam meyakinkan orang tua kalau apa yang dia lakukan di kampus adalah sungguh-sungguh penting. Selain itu, ia harus pintar dalam menyiasati waktu, membagi waktu dalam kuliah dan membantu pekerjaan rumah. Tinggal dengan orang tua sendiri tidak serta merta berarti kita bebas ke sana ke sini dong?

Pada akhirnya, memang semua akan kembali kepada siapa yang menjalani. Tidak semua orang merasakan hal yang sama, dan tidak pula diharapkan agar merasakan hal yang sama. Namun, tanpa ada maksud menyamaratakan, begitulah kisah mahasiswa rumahan ini.  Bukan maksud membandingkan, tapi hanya ingin berbagi karena semua orang punya kisahnya masing-masing. (T)

Tags: anak koskampusmahasiswa
Wira Dharma Asha

Wira Dharma Asha

Lahir dan tinggal di Singaraja. Mahasiswa yang punya hobi fotografi ini belakangan mulai suka menulis

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Esai

Gravitasi Pasca Newton

“Plato adalah teman saya, Aristoteles adalah teman saya – tapi teman saya yang terbesar adalah kebenaran” (Isaac Newton 1642-1726) ____ ...

November 22, 2019
Esai

Gempuran Obat Herbal, Bagaimana Sikap Kita?

Di tahun delapanpuluhan, saat masih kanak-kanak, merupakan hal rutin keluarga saya di desa membuat loloh atau jamu. Loloh adalah ramuan ...

September 4, 2019
Ilustrasi foto: tatkala
Esai

Nyepi 4 Sekawan Mahasiswa Muslim di Bali – Sekadar Cerita yang Tak Berat

Hari Raya Nyepi di Bali itu tidak sama dengan hari Minggu, apalagi malam minggu, wong Nyepi kok disamain dengan malam ...

March 9, 2019
Ilustrasi foto: Mursal Buyung
Esai

Hari Ibu Bagi Anak yang Tak Tahu Ibu

Ibu, rupa ibu, kasih ibu, timang ibu, masakan ibu, omelan ibu, hanya menjadi mitos yang mengendap di dalam kepalaku. Imajinasiku ...

December 22, 2019
Seorang anak menonton lahar dingin di sebuah sungai di Karagasem. /Foto: Kardian Narayana
Opini

Gunung Agung Ingin “Diperhatikan” Kids Zaman Now, Maka Ia Meletus

  PULAU Bali yang damai dan tenang, sejak beberapa bulan lalu terusik ketenangannya. Penyebabnya tiada lain tiada bukan laku Gunung ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In