HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending Bapang Selisir. Suaranya merdu, karena memang jenis gamelan ini sering digunakan untuk menghibur raja-raja di masa lalu dan mengiringi tarian atau pertunjukan teater. Para tamu mulai duduk di kursi bernuansa putih. Selain pas bunga dan alat perlengkapan makan, di atas meja tampak ada kerajinan seni berbentuk kepiting dengan bahan daun kelapa hijau.
Sementara lampu spot terus saja menari-nari seakan memperkenalkan areal resor bernuansa puri, kerajaan. Tembok menggunakan bahan bata tempo dulu, stage yang tata seperti taman Sang Dewi dengan latar Pagoda, candi besar menjulang dan megah. Sementara di tengah-tengah areal tamu undangan, mirip seperti bencingah, dalam bahasa Bali berarti “tengah-tengah” atau di depan dalam konteks keraton, pura, atau ruang publik. Acara yang dihadiri para pemangku kepentingan dari sektor pariwisata, tokoh budaya, mitra strategis, media nasional dan internasional itu semakin akrab.
Itu suasana Peluncuran Rasayatra by Pramana Experience bertajuk “Cita Rasa Majapahit: Perjalanan Melampaui Waktu” di Sanna Ubud A Pramana Experience, Sabtu 31 Mei 2025. Rasayatra resmi diluncurkan oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf RI, Vinsensius Jemadu didamping CEO Pramana Experience, I Wayan Suarsa, Corporate Assistant Director of Marketing, T. Cilik Pamungkas dan Chef, serta para undangan lainnya.

Foto bersama kementerian dan pengisi acara | Foto: tatkala.co/Bud
Acara dikemas sangat menarik, mengkolaborasikan antara seni pertunjukan dan budaya kuliner kaya nilai dengan pesan begitu kuat. Apalagi, Sanna Ubud A Pramana Experience itu, sebuah resor yang menggabungkan keanggunan arsitektur Majapahit dengan kenyamanan tropis modern membuat suasana menjadi lebih berbeda. “Kami ingin menghadirkan pengalaman yang tidak sekadar memanjakan indera, namun juga menyentuh kesadaran historis—sebuah koneksi antara tamu, tradisi, dan waktu,” ujar I Wayan Suarsa dalam sambutannya.
Suara gamelan Semar Pagulingan, jenis gamelan Bali yang menggunakan laras pelog dengan tujuh nada memberi kesan kerajaan yang agung. Suasana itu semakin kuat, ketika lampu warna-warni bergerak indah menerangi Pagoda, candi besar dan menjulang dibelakang stage. Dalam suasana jamuan kerajaan yang sakral dan elegan itu, para tamu kemudian disuguhkan hidangan istimewa dipadukan dengan pertunjukan sendratari “Tutur Tantri” karya koreografi interpretatif yang terinspirasi dari kisah-kisah moral dalam budaya Jawa dan Bali.
Sajian seni ini menjadi sangat menarik, karena dikemas apik oleh seniman dari Tegallalang dan sekitarnya untuk sebuah pengalaman menarik. Sajian seni mengangkat tema Tantri yang mengisahkan kura-kura dan anjing, lalu kidah kedua menampilkan Pedanda Baka (Cangak/Bangau) dengan I Yuyu (kepiting). Kisah ini, tak hanya menghibur, tetapi juga sebagai bentuk edukasi, utamanya sejarah yang dibadu dengan budaya.
Gadis-gadis cantik kemudian membawa makanan yang disuguhkan kepada para tamu. Mereka datang dari arah stage bagai barisan peed (pawai) dalam sebuah prosesi upacara di Bali. Para gadis ini berjalan indah dan penuh ekspresi diiringi Gending Bapang Selisir yang mendesir. Gadis-hadus berbusana adat ini menghampiri setiap tamu, lalu menyuguhkan menu khas yang menjadi bagian dari program Rasayatra itu.

CEO Pramana Experience I Wayan Suarsa | Foto: tatkala.co/Bud
“Pramana Experience, grup manajemen perhotelan yang telah mengelola lebih dari 70 resort, hotel, vila, dan restoran di Bali serta berbagai destinasi unggulan lainnya selama lebih dari 12 tahun, kali ini mempersembahkan edisi kedua Rasayatra—sebuah program kuliner naratif yang merayakan warisan budaya dan gastronomi Nusantara,” jelas Suarsa.
Pada tahun ini, Rasayatra mengusung tema “Cita Rasa Majapahit: Perjalanan Melampaui Waktu”, menghidupkan kembali kebesaran kuliner dari salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara. Melalui kurasi mendalam dan pendekatan naratif yang memadukan sejarah dan rasa, para tamu diajak untuk menyelami filosofi dan kekayaan kuliner dari masa keemasan Majapahit,” papar Suarsa meyakinkan.
Dengan begitu, para tamu diajak untuk menyelami filosofi dan kekayaan kuliner dari masa keemasan Majapahit. “Kami ingin menghadirkan pengalaman yang tidak sekadar memanjakan indera, namun juga menyentuh kesadaran historis, sebuah koneksi antara tamu, tradisi, dan waktu,” sebutnya serius.
Gastronomi yang Berdasarkan Naskah dan Prasasti
Corporate Assistant Director of Marketing, T. Cilik Pamungkas yang sekaligus kurator Rasayatra menyampaikan, rangkaian hidangan yang disajikan oleh Chef Perak adalah hasil dari kajian kuliner berbasis pustaka dan prasasti, sehingga hidangan itu tak hanya enak, tetapi penuh cerita.

Fragmentari Tantri judul Pedandabaka, I Cangak | Foto; tatkala.co/Bud
Hidangan ini menggunakan sumber primer, seperti Negarakertagama untuk apa saja makanan yang ada di masa itu. Sumber sejaman, seperti Prasasti Kudadu, Balawi, hingga Sukamerta adalah tentang Penetapan Sima, lalu untuk melihat apa saja hidangan yang ada pada Upacara Sima itu. “Kami menggunakan data sekuder dari masa Jawa Kuno sebelumnya dan memperluas interpretasi rasa dan konteks sosialnya dengan menelaah masa setelahnya di Jawa dan Bali. Rasayatra ini diselenggarakan serentak di 17 Properti Pramana Experience,” paparnya.
Peluncuran, Rasayatra serentak di 17 properti Pramana itu tersebar di berbagai destinasi mulai 31 Mei hingga 31 Agustus 2025. “Kami melibatkan lebih dari 200 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan petani local yang menjangkau 1.000 lebih penikmat dari 50 negara,” ujarnya.

Menu dari Rasayatra | Foto: tatkala.co/Bud
Properti Pramana Experience yang berpartisipasi, adalah Pramana Hotels & Resorts: Pramana Watu Kurung, Pramana Giri Kusuma, Pramana Natura Nusa Penida, Pramana Zahill, Pramana Nusa Ceningan. By Pramana: Sumitra Luxury Villas and Resort, Sankara Resort & Spa, A Pramana Experience Collection: Sanna Ubud, The Wakanda Ubud, Alena Resort and Spa, Kuwarasan, Kardia Gili Trawangan, Swan Paradise, The Hava Ubud, Seven Dreams, serta Tapa Collection: Tapa Tepi Kali Canggu, Tapa Agung View Besakih.
“Melalui Rasayatra, Pramana Experience terus menapaki misinya membangun pengalaman pariwisata yang tidak hanya memikat, tetapi juga bermakna, mengangkat cita rasa masa lalu menjadi warisan masa depan,” harap Cilik Pamungkas.
Dukung Ubud sebagai destinasi gastronomi
Deputi Vinsensius mengapresiasi program Pramana Experience yang dapat memperkuat Ubud sebagai destinasi gastronomi. “Kolaborasi antara Kemenparekraf dan UN Tourism dalam menetapkan Ubud sebagai destinasi gastronomi dunia kini menemukan manifestasinya melalui Rasayatra. Program ini memperkuat posisi Ubud sebagai pusat kuliner berakar budaya,” ujarnya serius.
Hal ini sejalan dengan program strategis Kemenparekraf yang menjadikan gastronomi sebagai salah satu unggulan. Ubud terkenal sebagai destinasi gastronomi yang memiliki tradisi kuliner yang kuat dan menjadi bagian integral dari budaya local. Kawasan ini menawarkan perpaduan unik antara kuliner tradisional Bali yang kaya dengan sentuhan modern. “Lebih dari 60% wisatawan datang ke Indonesia karena kekayaan budaya, dan inilah kekuatan utama kita,” tegasnya.

Cilik dan seorang chef | Foto: tatkala.co/Bud
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Luh Ayu Aryani yang mewakili Gubernur Bali mengatakan, Rasayatra ini langkah nyata dalam pelestarian budaya, keberlanjutan, keramahtamahan yang berakar kuat pada filosofi Bali.
Ubud memiliki tradisi kuliner yang kuat dan menjadi bagian integral dari budaya lokal, seperti yang terlihat dari relief Yeh Pulu, menceritakan tentang praktik berternak, bertani, dan berburu sejak abad ke-14. “Program Rasayatra ini selaras dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali sebagai fondasi pembangunan semesta berencana menuju Bali Era Baru,” sebutnya [T]
Reporter/Penulis: Nyoman Budarsana
Editor: Adnyana Ole