SETELAHsharing sesion pada hari kedua Study Tiru SekberSPAB Provinsi Bali di Restoran Ndalem Puna Kawan dan di Sekber SPAB di Disdikpora Yogyakarta, Senin 24 Februari 2025, kami melanjutkan kunjungan di hari ketiga, Selasa 25 Februari 2025 ke SLB ABCD Tunas Kasih di Donoharjo Kapanewon, Kecamatan Sleman.
Jarak dari Hotel 1O1 Yogyakarta tempat kami menginap ke Donoharjo sekitar 15 km dengan waktu tempuh kurang dari 30 menit. Sepanjang perjalanan dihidupkan musik oleh sopir bus walaupun nada suaranya ngeriung alias tidak jelas.
“Ya, ini bencana kecil dari tape recorder bus,” pikir saya refleks menghubungkan kegiatan studi tiru tentang kebencanaan dalam Program SPAB.
Sekitar 5 menit menjelang sampai di SLB ABCD Tunas Kasih, barulah suara jelas penyanyi Bali muncul dari tape recorder. Judul dan syairnya saya lupa.
Di SLB ABCD Tunas Kasih, rombongan Sekber SPAB Provinsi Bali disambut tukang parkir sekolah dengan ramah sembari mengarahkan bus ke tempat parkir di seberang jalan. Lalu lintas di depan SLB ini relatif lancar, tidak seperti wilayah Kuta Selatan yang sering pamer susu (padat merayap susul-susulan) bahkan bila lagi apes bisa sampai pamer paha (padat merayap tanpa harapan) alias macet total. Tidak demikian Yogyakarta pada umumnya, jalanan lancar jaya, aman terkendali, dengan penduduknya yang humanis.
Objek-objek wisatanya tetap dirindukan wisatawan tanpa banyak mengorbankan lahan, ladang, dan sawah. Kota Yogyakarta dengan aneka lembaga pendidikan dan Malioboro, Kraton, Pantai Parangtritis tetap menjadi primadona wisatawan.

Kepala Sekolah SLB ABCD Tunas Kasih (biru) memberi keterangan terkait SLB yang dipimpinnya | Foto: Dok. Nyoman T
Pilihan studi tiru Sekber SPAB Provinsi Bali yang diinisiasi oleh Plan International Indonesia ke Yogyakarta sungguhlah tepat. Secara edukasi, Sekber SPAB Provinsi Yogyakarta selangkah lebih maju tampak dari kesiapsiagaan SLB ABCD Tunas Kasih menerima kunjungan dari rombongan Bali. Kehumanisannya sangat terasa ketika rombongan Bali disambut para guru, pegawai, dan siswa. Mereka tampil sederhana dengan kepolosan plus kesopanan khas Yogyakarta, halus budi bahasanya.
Lantas, kami diarahkan ke aula. Aulanya seukuran ruang kelas pada umumnya tetapi auranya positif. Lukisan-lukisan siswa yang dipajang di dinding membuat ruangan terasa segar lebih-lebih disajikan teh manis hangat oleh para siswa SLB yang terampil dan ramah. Mereka menjadi pelayan yang humanis dengan senyum manis sehangat nikmatnya teh. Tampak mereka gembira dan terhormat melayani rombongan Sekber SPAB Bali.
SLB ABCD Tunas Kasih Donoharjo Sleman adalah sekolah swasta berdiri 1981. Tahun Pelajaran 2024/2025 memiliki 60 siswa dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP, dan SMA dengan pembiayaan BOS APBN, BOS Daerah, dan biaya orangtua Rp 100.000,00 perbulan. Sama dengan orangtua di Bali, walaupun sudah disetujui melalui rapat orangtua dalam pembiayaan sekolah, ada saja orangtua tidak setia dengan janji. Demikian disampaikan Kepala sekolah SLB ABCD Tunas kasih Drs. Muhamad Usup.
Ada sejumlah hal menarik yang dapat dipetik oleh Sekber SPAB Provinsi Bali di SLB ini.
Pertama, SLB ini melayani seluruh ketunaan disabilitas (ABCD) didukung 15 guru 1 pegawai. Siswanya dominan tuna grahita (42 orang), tuna rungu (12 orang), autis (5 orang), dan 1 orang tuna daksa. Dengan jumlah siswa itu, rata-rata guru mengampu 4 orang siswa lintas jenjang (PAUD/TK- SMA). Walaupun jumlahnya relatif sedikit, mendidik mereka memerlukan kesabaran tingkat Dewa dan diusahakan mengasah kemandirian yang mengarah vokasional sehingga cenderung terkoneksi lebih dekat ke SMK.

Tim Desa Tangguh Bencana (Destana) Donoharjo Sleman dibentuk untuk memperkuat SPAB | Foto: Dok. Nyoman T
Kedua, ketulusan dan kehumanisan keluarga besar sekolah tampak nyata tiada kesan sandiwara dibuat-buat. Hal itu disampaikan oleh I Wayan Mudayasa, S.Pd., M.ikom., Kepala SLB Negeri Bangli yang ikut rombongan Bali.
“SLB tidak mungkin berpura-pura dalam memberikan pelayanan. Ibarat makna kata, SLB dominan menggunakan makna denotatif ketimbang konotatif. Secara denotatif, segala kebijakan dan simulasi dilakukan dengan sebenarnya, bukan secara konotatif yang cenderung serba ‘kone’,” kata mantan guru SMA Negeri Kintamani yang menjabat sebagai kepala sekolah sejak dua tahun lalu.
Ketiga, SLB ini selalu siaga dalam simulasi secara rutin, sistematis, dan struktural. Hal itu ditunjukkan oleh keluarga besar SLB ABCD Tunas kasih Donoharjo Sleman, saat kunjungan Sekber SPAB Provinsi Bali.
“Simulasinya berjalan lancar, sesuai dengan namanya siaga bencana, padahal mereka yang terlibat adalah anak-anak disabilitas dengan keunikan masing-masimg dan berdiferensiasi sesuai dengan ketunaannya yang melekat”, demikian disampaikan Pak Enos dari Plan Internasional Indonesia yang memandu jalannya diskusi.
Saya meyakini keberhasilan itu berkat Pendidikan berkesadaran yang bermakna dan menyenangkan sesuai dengan pembelajaran mendalam (deef learning) dengan mind full, meaning full, dan joyfull selaras dengan pendekatan Kurikulum Merdeka ala Mendikdasmen Abul Mu’ti.
Keempat, simulasi yang digelar di SLB ini menggambarkan kolaborasi antarinstansi secara paripurna mulai dari keterlibatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Disdikpora DIY, Dinas Sosial, Babinkamtibmas, Komite Sekolah, Orang tua siswa, dan siswa. Di samping itu, ada antisipasi berkearifan lokal dengan Kentongan Peringatan Dini Merapi dan bantuan Desa Tangguh Bencana (Destana) dibentuk oleh para lurah setempat.
Model Destana ini tampaknya belum ada di Bali dan patut ditiru atau dimodifikasi namanya. Banyaknya unsur terlibat adalah cermin dari kepedulian orang dewasa terhadap masa depan anak disabilitas menyongsong Indonesia Emas, 2045.
Kelima, SLB Swasta di DIY jumlahnya lebih banyak daripada SLB Negeri sebagai cermin keberpihakan peran swasta di bidang Pendidikan untuk anak disabilitas.
“Dengan anggaran terbatas, gaji guru tidak seberapa, dicukupkan dengan penuh rasa syukur,” kata Muhamad Usuf kepala SLB ini.
Berbeda dengan di Bali, terdapat 12 SLB Negeri dan 3 swasta. Sebagaimana dikatakan Kabid Pembinaan SMA Provinsi Bali, Ngurah Bagus Gede Pasek Wira Kusuma, S.T., M.M. “SLB Tunas Kasih menjadi tunas harapan berbagi kasih masa depan anak disabilitas dan selalu mendekatkan diri ke masyarakat sehingga anak desa mudah menjangkaunya”.
Ini juga bagian dari Pendidikan Inklusif apalagi dari sejarahnya, SLB ini pada awalnya adalah Gedung Pengungsi Gunung Merapi. Pemanfaatannya sama-sama menyelamatkan manusia dalam konteks berbeda. Gedung Pengungsi untuk situasi darurat kemanusiaan, sekolah untuk masa depan manusia. Keduanya mulia dan terhormat untuk Indonesia jaya.
Keenam, secara administrasi dan fasilitas SLB ini juga lengkap. Prosedur Operasional Standar (POS) SPAB terpasang di dinding strategis sehingga memasuki sekolah ini citranya ber-SPAB benar secara teoretik dan benar dalam pelaksanaan dengan prinsif 3 B (berlutut, berlindung, bertahan).
Selain itu, SLB Swasta ini memiliki Musola yang representatif dan Panti Asuhan yang berjarak 3 km dari sekolah ke arah Selatan.. “Di sini ada 9 anak yang tinggal di Panti Asuhan Donoharjo dengan fasilitas antar jemput,” kata Muhamad Yusuf yang telah memimpin sejak 2006.

Suasana dialog Sekber SPAB Bali di SLB ABCD Tunas Kasih Donoharjo Sleman berlangsung hangat | Foto: Dok. Nyoman T
Jadi, banyak teladan yang diperoleh di SLB ABCD Tunas Kasih Donoharjo Sleman Yogyakarta sebagai bentuk kerja sama mutualistik antara Sekber SPAB Provinsi Bali dan Sekber SPAB Yogyakarta.
Teladan itu antara lain dapat menjadi inspirasi bagi Sekber SPAB Bali dalam memantapkan Programnya di 100 sekolah binaan yang menjadi filoting dan telah mengikuti pelatihan pada Januari 2024 dari Tim Plan International Indonesia Wilayah Bali. Teladan itu juga ditunjukkan oleh Plan International Indonesia dengan memilih studi tiru di SLB ABCD Tunas Kasih Donoharjo Sleman yang berdampak secara edukatif, sosial, ekonomi, dan kultural. Study tiru ke Yogyakarta healing-nya dapat memperkuat eling ke Hyang Widhi.
Begitu serunya pengalaman ber-SPAB di SLB ABCD Tunas Kasih Donoharjo Sleman Yogyakarta hingga menggedor-gedor kegelisahan saya di RS BMC ITDC Nusa Dua, menjalani rawat inap hari kedua, 1 Maret 2025, setelah operasi akibat kecelakaan hingga patah tulang pergelangan tangan kiri. Semalam tidak tidur tanpa mengantuk.
“Mungkin efek obat,” kata anak saya yang jurnalis.
Tuhanku, di pintu-Mu aku mengetuk, begitu tulis Chairil Anwar. Sehatkan hamba-Mu. [T]
Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Jaswanto
- BACA JUGA: