17 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mereka Tidak Benar-benar Pergi

Angga WijayabyAngga Wijaya
December 26, 2024
inEsai
Telenovela

Angga Wijaya

“Kamu mencintai kekasihmu?”

“Ya, cinta, Pak”

“Kalau begitu, nanti kita lamar dia. Kalian menikah!”

Percakapan di atas berlangsung dalam mimpi saya, beberapa hari lalu. Untuk kali kedua, mendiang Umbu Landu Paranggi datang menemui saya dalam mimpi. Kejadian dalam mimpi tersebut terasa begitu nyata. Sepulang dari sebuah acara budaya, saya berjalan kaki. Tiba-tiba ada lelaki tua yang sedang berada di sebuah warung—memakai baju kemeja yang lengannya dilipat, lengkap dengan topi di kepala, melambaikan tangannya dan menyuruh saya untuk mendekat. Beliau, Pak Umbu, yang dikenal sebagai “mahaguru” dari banyak seniman di Bali, mengajak saya berbincang lalu berkata-kata seperti percakapan pada  awal tulisan ini.

Dalam mimpi itu, Pak Umbu juga “menunjukkan” teman perempuan yang berpotensi menjadi “penggoda” dan bisa “merusak” hubungan saya dengan tunangan saya. Beliau menyarankan saya untuk menjauhi teman itu. Di akhir mimpi, beliau menggosok-gosok gigi bagian bawah saya, seperti gerakan pada upacara potong gigi di Bali. Katanya, ada “masalah” saat saya mengikuti upacara tersebut saat saya remaja dulu, sehingga saya mengalami “sakit” karena “ada yang menganggu”. Pak Umbu seperti “mengobati” saya melalui mimpi tersebut.

Mimpi yang berlangsung—jika dihitung dalam waktu di dunia nyata—hanya 10 menit tersebut, rasanya lama sekali, jernih, terasa benar-benar terjadi. Saat bangun, saya merasa perlu sebentar “diam” dan “hening” untuk bisa “mencerna” isi mimpi tersebut. “Pak Umbu datang lagi,” gumam saya ketika duduk di tepi ranjang. Mimpi yang benar-benar punya arti mendalam bagi saya. Bagi yang hanya menganggap mimpi sebagai “bunga tidur” belaka, tentu cerita ini terdengar tidak punya makna. Berbeda dengan halnya mereka yang mengerti dunia “kebatinan”/spiritualitas, hal itu tentunya memiliki arti, makna, dan hikmah tersendiri.

Meskipun saya bukan “murid” yang dekat secara personal dengan Pak Umbu saat beliau masih hidup, seperti kawan-kawan penulis dan seniman lainnya, “kedekatan” kami hanya melalui satu kali perjumpaan saat ada kegiatan baca puisi di Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP) di Renon, Denpasar, Bali, beberapa bulan sebelum beliau wafat pada 2021.

Kala itu, beliau mengomentari puisi karya saya yang saya bacakan. Puisi itu berjudul “Suara Sunyi”, termuat dalam buku kumpulan puisi “Tidur di Hari Minggu”, terbit pada Januari 2020 oleh Penerbit Mahima Institute Indonesia yang digawangi Made Adnyana Ole dan Kadek Sonia Piscayanti, pasangan sastrawan di Singaraja, Bali. Mereka adalah pegiat dan penggerak sastra yang tekun dan juga amat gigih.

Pak Umbu dan saya layaknya seperti dua orang sahabat yang lama sekali tidak berjumpa, pada malam hari tersebut. Kata beliau, beliau mendapat cerita tentang saya dari percakapan beliau dengan IDK Raka Kusuma, sastrawan di Karangasem, Bali bagian timur, dalam sebuah kesempatan. Pada 2015, puisi-puisi saya dimuat di Bali Post untuk kali pertama dan terakhir oleh Pak Umbu Landu Paranggi. Senang sekali bagi kami, penulis di Bali dan juga di luar Bali, jika puisi-puisi kami dimuat di media cetak tempat beliau menjadi redaktur sastra selama puluhan tahun itu.

Saya menjadi percaya, ada kekuatan yang terus “membimbing” saya dalam menulis. Keyakinan ini “muncul” karena saat saya menulis “seperti ada yang menyuruh”, ada “kekuatan lain” yang menggerakan jari-jari saya di komputer. Tulisan, baik itu puisi maupun esai, begitu cepat saya bisa selesaikan. Alhasil, saya menjadi penulis yang sangat produktif dalam berkarya. Telah tiga belas buku saya tulis dalam enam tahun, sejak 2018, ketika buku puisi pertama saya terbit.

Metode menulis dengan kekuatan “lain” sering disebut sebagai automatic writing atau psychography, yaknikemampuan untuk menulis dan mengekspresikan ide-ide tanpa sepengetahuan pikiran sadar (tidak disadari), baik dalam hal tindakan menulis atau ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk tulisan.

Pengertian ini kurang cocok dengan apa yang saya “alami” dalam menulis, karena setiap huruf dan kata yang saya ketikkan di komputer atau tuliskan di buku tulis atau secarik kertas amat runut, rapi, dan teratur—berbeda dengan pengertian automatic writing yang seakan-akan “menuliskan apa saja yang ada di pikiran”, juga sering dihubungkan dengan “hal-hal supranatural”. Saya lebih percaya bahwa menulis adalah sebuah keterampilan; semakin sering dan biasa seseorang menulis, semakin mudah dan cepat ia bisa menghasilkan tulisan; baik itu puisi, cerita pendek, esai, bahkan juga sebuah novel.

Apa yang alami bisa oleh “kedua-duanya”: kekuatan “lain” dan juga oleh sebab keterampilan yang diasah bertahun-tahun. Menurut keyakinan Hindu yang yang saya anut, mereka yang telah meninggal sebenarnya “tidak benar-benar pergi”. Mereka hanya meninggalkan badan yang oleh sebab tertentu, misalnya karena sakit, telah “rusak”, kemudian jiwa mencari “badan” baru melalui kelahiran kembali, yang oleh Bhagavad-Gita diibaratkan seperti “baju-baju yang berganti”, dimana badan disebut sebagai sebuah “pakaian” bagi atma/jiwa/ruh.


Ada juga yang oleh sebab karma atau kecenderungan batinnya menjadi “pembimbing”, ia akan terus dan tetap menjalankan tugas tersebut. Jiwa-jiwa dan “pribadi” suci inilah yang sering “berkomunikasi” dengan “orang-orang” melalui apa yang disebut sebagai “ilham”, “wahyu”, atau dalam bahasa keseharian: “inspirasi” bagi mereka yang bekerja berdasarkan intuisi seperti penyair, penulis, pemusik, atau penari; para seniman yang biasanya “intuitif”.

Pola hidup yang “intuitif” inilah yang kemudian melahirkan karya-karya yang disebut “jenius/”berbeda” dengan karya-karya biasa yang lahir berdasarkan (hanya) oleh logika tanpa menyertakan apa yang disebut di Bali sebagai taksu atau “daya” hidup. Hasilnya amat berbeda.

Jika ingin karya seniman mempunyai taksu, dalam pengalaman saya, kuncinya sangat sederhana: kemampuan membuka diri, ibarat gelas, membiarkan “gelas” atau “diri” selalu “kosong”. Mengurangi beban pikiran dan perasaan melalui meditasi sangatlah bagus. Berkarya hanya untuk “karya” itu sendiri, atau niat untuk berbagi. Tidak lebih dari itu, misalnya mencari popularitas.

Akan lebih bagus lagi jika menganggap aktivitas seni sebagai sebuah “persembahan” bagi “kekuatan agung”; tuhan, dewa, atau para leluhur, seperti yang masyarakat Bali di masa lalu lakukan. Maka itu, tidak ada istilah “seniman” di Bali, dahulu kala, karena mereka melakukannya sebagai sebuah “pemujaan”. Taksu menjadi bagian keseharian hidup mereka. Termasuk hubungan dengan kekuatan-kekuatan niskala atau unsur-unsur “lain”, tidak kasat mata. Semua terjadi secara alami, dan bukan dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa.

Menulis pada dini hari, saat dunia terasa begitu hening, misalnya, menjadi momen tersendiri bagi penulis. Jari-jari “menari” pada tuts komputer, menghasilkan karya yang ditulis tidak semata-mata untuk materi belaka. Kekuatan “lain” boleh hadir, sebagai “teman” pembimbing. Penulis, sejatinya hanyalah sebagai “mediator”. Itulah sebabnya, para pujangga zaman dahulu sering tidak menulis identitasnya sebagai pencipta karya. Atau, jika pun ingin menulis, menggunakan nama samaran. Mereka sadar dan sangat “tahu diri”, bahwa yang menulis bukan mereka, melainkan “semesta”. Dari “mereka” yang tidak benar-benar pergi. Mereka terus memberi taksu. [T]


BACA artikel lain dari penulisANGGA WIJAYA

Ibu Menemaniku Saat Skizofrenia Mendera
Pekerja Anak Dalam Kenangan
“Galbay” di Negeri “Wakanda”: Sebuah Renungan
Setelah Suami Berpulang
Enam Bulan Kerinduan

Tags: sastrasastrawantaksuUmbu Landu Paranggi
Previous Post

Mengintip Pembuatan Slerek Pengambengan, Kapal Kayu Warisan Maritim Nusantara

Next Post

Menerima Tantangan Rasi Bintang: Dari Denfest 2024 Mengenang Aguk

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Menerima Tantangan Rasi Bintang: Dari Denfest 2024 Mengenang Aguk

Menerima Tantangan Rasi Bintang: Dari Denfest 2024 Mengenang Aguk

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Manusia Tikus”, Gen Z yang Terjebak di Kolong Kasur

by Petrus Imam Prawoto Jati
June 17, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

ADA satu istilah yang lagi rame di China sana, shǔ rén alias “manusia tikus”. Bagi sidang pembaca yang belum tahu,...

Read more

Kriteria dan Syarat Sosok Pemimpin di Suku Baduy

by Asep Kurnia
June 17, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

KRISIS kualitas kepemimpinan nasional sedang terjadi dan melanda secara dahsyat, moralitas dan tingkat keamanahan seorang pemimpin yang terpilih menunjukan kurva...

Read more

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

by Lintang Pramudia Swara
June 16, 2025
0
Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

BEGITU enigmatik dan diabolis, saya rasa Han Kang memberi tawaran segar di kancah sastra dunia. Sejak diumumkan sebagai pemenang Nobel...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng
Khas

Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng

MENJAGA hutan desa, tidak cukup dengan hanya berkoar—atau mengajak sesama mari menjaga hutan dan air; untuk hidup yang sedang berlangsung,...

by Sonhaji Abdullah
June 17, 2025
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co