3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyanyikan “Bagimu Negeri”: Maaf, Kami Lupa Bagian yang Satu itu…

Gede Gita WiastrabyGede Gita Wiastra
February 2, 2018
inOpini
230
SHARES

NEGERI, dengarkanlah curhatan kami. Akhir-akhir ini kami merasakan sesuatu yang aneh dalam diri kami. Ini benar-benar aneh. Seken-seken aneh! Mengapa tiap bernyanyi lagu wajib nasional “Padamu Negeri (Bagimu Negeri)”, kami selalu lupa lirik ketiga?

Ah, situ memangnya ingat? Coba nyanyi!

//Padamu negeri kami berjanji/Padamu negeri kami berbakti/ Padamu negeri kami mengabdi/ Bagimu Negeri jiwa raga kami…//

Eh, ingat? Jadi, Anda benar-benar ingat? Yah, kalau Anda ingat, tak jadi dong saya cerita. Ah, jangan dengarkan dia, Negeri! Cukup dengarkan curhatan kami!

***

Suatu kali dalam upacara, dinyanyikanlah lagu “Padamu Negeri (Bagimu Negeri)”. Kami (para peserta) bersiap. Tatapan mata lurus ke depan, tak lupa dada dibusungkan dan tangan memeras santan (bukan susu). Napas dalam dada telah siap menjelma nada.

Setelah aba-aba diisyaratkan, maka bernyanyilah kami: “Padamu negeri kami berjanji. Lirik itu tentu diucapkan dengan pasti dan tegas. Pun pada lirik kedua: Padamu negeri kami berbakti. Rasanya bulu kuduk mulai merinding, mata mulai berbinar, langit berubah nyala merah, kami merasa hanyut dalam suasana patriotik. Tentu, nada dan lirik yang kami ucapkan benar.

Nah, giliran lirik ketiga dilantunkan: Padamu negeri kami meng…, tiba-tiba kami mengubah notasi menjadi ritardando. Suara melemah dan hampir hilang. Kami tak bisa mengucapkan lirik itu. Kami lupa. Tetapi, sampai pada lirik terakhir, tiba-tiba kami kembali ke jalan yang benar, dengan yakin, keras, dan membahana mengucapkan: Bagimu negeri jiwa raga kami…

Begitulah, Negeri. Begitulah ilustrasi yang bisa kami gambarkan tentang fenomena menyanyikan lagu sakral karya Pak Khusbini, yang sejak kecil telah kami dengar dan nyanyikan itu. Semestinya, karena begitu akrab di telinga, kami tak melupakannya. Namun, pada kenyataannya kami benar-benar lupa. Sekian kali bernyanyi, sekian kali lupa. Lupa lirik ketiga: Padamu negeri kami mengabdi.

Di sanalah kadang kami merasa aneh. Ya, memang soal lupa lirik saat bernyanyi adalah hal yang biasa. Tapi, tiap nyanyi lagu itu kok selalu lupa lirik yang itu. Sekali lagi lirik yang itu: Padamu Negeri kami mengabdi. Lupa yang terjadi secara kolektif, bukankah itu hal yang aneh, Negeri?

Kami jadi curiga. Jangan-jangan, ini bukan lupa biasa, tetapi lupa yang telah mendarah daging, mungkin sampai ke tulang. Kami sengaja tidak mengingat itu. Kami sengaja melupakan “Padamu negeri kami mengabdi”.

Ah, jangan-jangan ini cerminan kami, Negeri. Iya, cerminan kami. Kami menemukan pola yang sama antara cara kami menyanyikan lagu “Padamu Negeri (Bagimu Negeri)” dengan cara kami menjadi anakmu (baca: Anak Negeri)”

Padamu Negeri Kami Berjanji

Seperti ilustrasi di atas, “padamu negeri kami berjanji”” diucapkan seterang janji-janji yang ditebarkan. Yang terang dan tegas hanya janjinya, soal menepatinya biarkan diterbangkan angin lalu. Mungkin jumlah janji yang (hanya) diucapkan melebihi jumlah hutang yang dibuat atas namaku, negeri yang katanya tanah surga ini. Munculnya, istilah “obral janji”, menandakan betapa mudahnya kami berjanji. Nasib janji di negeri ini, layaknya lapak baju di pasar, diobral murah-meriah-menanah, membusuk (Selain membuat program seribu rumah bersubsidi, tampaknya pemerintah juga perlu membuat toko-toko yang khusus mengobral janji. Kalau yang ini bukan tokonya yang disubsidi, tapi janjinya. Hohoho). Begitulah, Negeri. Namanya juga usaha!

Padamu Negeri Kami Berbakti

Lirik “padamu negeri kami berbakti” juga diucapkan dengan benar dan tepat. Begitu juga dengan kami yang juga benar-benar berbakti padamu, yang disebut negeri yang bisa menyulap tongkat kayu dan batu menjadi tanaman. Tak boleh ada satu orang pun yang menghinamu (padahal mengkritik). Lihatlah! Betapa gemasnya kami mengejek dan menghukum orang yang telah melakukan kesalahan sekecil apapun terhadapmu. Betapa marahnya kami, terhadap tetangga yang mengklaim milik kami. Betapa berangnya kami ketika kau diobrak-abrik oleh segelintir orang. Bukankah itu mencerminkan bahwa kami telah berbakti?

Padamu Negeri Kami Lupa yang Satu ini

Waduh, untuk yang satu ini, begini Negeri. Ini sungguh-sungguh Negeri, dalam diri kami masih ada kok rasa ingin mengabdi itu, hanya saja kami lupa (untuk tidak menyebut sengaja). Seperti kata Teori Interferensi, “Memori yang disimpan dalam jangka panjang masih tersimpan dalam gudang memori. Proses lupa terjadi karena memori yang satu mengganggu proses mengingat memori yang lainnya. Barangkali itu yang terjadi pada kami, ada satu hal baru yang mengganggu kami untuk mengingat “mengabdi””itu.

Dulu kami memang punya memori bersama Eyang John F. Kennedy. Saat itu, kami duduk bersama di bawah pohon yang rindang, belajar bersama Eyang. Sebelum kami berpisah, Eyang berkata, “”Jangan tanyakan apa yang diberikan negeri kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negerimu!”. Memori itu masih tersimpan, hanya saja diganggu memori baru yang diberikan si Hedonis kepada kami. “Jangan tanyakan apa yang diberikan negeri kepadamu, cukup tanyakan berapa yang diberikan negeri kepadamu!”, begitu katanya.

Tapi memori yang diberikan si Hedonis itu, benar adanya. Gara-gara itu, kami punya harapan baru yang membuat kami senang. Omong kosong kata si Eyang itu, Tapi, tenang saja negeri, jiwa raga kami tetap dirimu kok!”

Sekian, Negeri. Terima kasih telah mendengarkan! Da da…

***

Setelah mendengar curhatanku, Negeri pun berbisik dalam hati:

“Memang benar kata George Orwell, “Manusia hanya mengabdi pada dirinya sendiri”. Hohohoho. Seperti ilustrasi di atas setelah kalian lupa mengabdi, lagi-lagi dengan yakin, keras, dan membahana kalian mengucapkan: BAGIMU NEGERI JIWA RAGA KAMI! Ambil smartphone, berswafoto berlatar merah-putih-buka media sosial-unggah foto. Tak lupa dengan #SayaIndonesiaSayaPancasila.” (T)”

 

Tags: Indonesialagulagu wajibNegeri
Previous Post

Kambali Zutas# Camar-Camar di Teluk Benoa, Kepada Gadis Seksi Kolong Underpass

Next Post

Pada Bagian itu, Yo Terbunuh

Gede Gita Wiastra

Gede Gita Wiastra

Suka bercerita, suka melucu, suka tertawa. Pernah menulis puisi, tapi lebih jago memusikkan atau melagukan puisi. Status menikah dengan (baru) satu anak

Next Post

Pada Bagian itu, Yo Terbunuh

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co