2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Singaraja Sebagai Kota Pendidikan Reborn

Radinna NandakitabyRadinna Nandakita
October 9, 2023
inEsai
Singaraja Sebagai Kota Pendidikan Reborn

Radina Nandakita

SINGARAJA memiliki beberapa cerita historis, yang bisa dikatakan, membuat bangga masyarakatnya. Sebut saja, Singaraja sebagai kota kelahiran ibu dari putra sang fajar (sebutan untuk Ir. Soekarno).

Kemudian setelah era kemerdekaan, Singaraja pernah menjadi pusat pemerintahan di Bali, hingga kemudian secara resmi dipindahkan ke Denpasar pada 23 Juni 1960. Dan yang terpenting menurut saya, Singaraja pernah mendapat julukan sebagai Kota Pendidikan karena di sekitar tahun 1980, berdiri Fakultas Keguruan pertama di Bali yang mana saat itu, masih menjadi salah satu bagian dari Universitas Udayana.

Dua sejarah terakhir yang saya sebutkan, sudah tidak lagi melekat pada kota kelahiran saya ini. Saya tidak yakin betul, kapan tepatnya brand image sebagai kota pendidikan ini mulai menghilang. Namun, ketika Singaraja Literary Festival membuat workshop untuk menulis gagasan apa yang bisa saya berikan untuk memajukan kota ini kedepannya, saya rasa ini kesempatan terbaik saya untuk bisa menyampaikan segala kegundahan, pendapat, saran serta keinginan saya untuk mengembalikan branding Singaraja sebagai Kota Pendidikan, dalam versi modern.

Tahun 2011, saya menamatkan pendidikan terakhir saya di SMA N 1 Singaraja. Seperti yang kita ketahui, SMA 1 Singaraja terkenal akan siswa-siswinya yang berprestasi dan cemerlang. Saya sangat jumawa saat itu, karena saya, orangtua saya, bahkan keluarga saya di desa, bisa dengan bangga menyebut dimana putri semata wayangnya bersekolah.

“Dije panake masuk?”

“Di SMANSA, nak kemula dueg ye.”

Ya, saat itu, nilai akademik dan prestasi saya cukup baik. Dan saya pikir, itu semua sudah cukup. Setelah menamatkan bangku SMA, saya akan kuliah dan memiliki karir yang cemerlang. Tapi ternyata, dunia nyata tidak bekerja sesederhana itu.

Dunia nyata, tidak cukup dengan orang-orang pintar yang memiliki sederet nilai A+. Dari pengalaman hidup yang saya jalani, pendidikan karakter dan pola pikir yang solutif jauh lebih penting, melampaui nilai akademik itu sendiri. Berapa banyak dari para siswa di sini, yang harus menyontek hanya agar bisa melampaui passing grade yang ditetapkan? Syukurnya sudah ada Kurikulum Merdeka yang sedang ditahap uji coba, tapi bagaimana jika kita mencoba berpikir jauh ke depan, mengenai sistem pendidikan kita?

Seberapa banyak teknologi sudah masuk kekehidupan kita  dalam 10 tahun terakhir? Lalu, sudah seberapa banyak perkembangan dunia pendidikan kita untuk beradaptasi dengan teknologi itu selama 10 tahun terakhir? Yes. Ada masalah dengan dunia pendidikan kita di Indonesia, karena kita hingga saat ini, belum menemukan formula yang tepat untuk bisa dikategorikan sebagai Negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

Jadi, gagasan saya untuk Kota Singaraja yang begitu saya cintai, salah satunya untuk berkonsentrasi pada dunia pendidikan dan mengembalikan julukan lamanya. Singaraja harus dikenal sebagai kota dimana banyak para orang-orang kreatif, cerdas dan terdidik tercipta. Kota yang menelurkan begitu banyak tokoh intelektual, budayawan dan juga seniman. Baik dulu, saat ini dan hingga ribuan masa mendatang.

Jika memungkinkan, suatu saat nanti, saya ingin mendirikan lembaga pendidikan formal dengan konsep boarding school mulai dari tingkat SD hingga SMA. Di sini, saya tidak mencari anak-anak pintar yang ingin nilainya sempurna. Saya mencari anak-anak yang ingin memberi dampak dan bermanfaat, bukan hanya untuk diri merek sendiri, tapi untuk orang-orang di sekitarnya. Anak-anak yang ingin saya didik untuk memiliki integritas, komitmen dan tentunya kecintaan untuk membangun negeri.

Metode pembelajaran yang akan saya gunakan adalah kombinasi Waldorf (metode pendidikan yang dirintis oleh Rudolf Steiner dari Austria)  dan Sariswara (metode pendidikan yang digagas oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara). Kedua metode ini mengedepankan aspek kesenian dalam proses pembelajarannya dan menumbuhkan rasa cinta belajar dari dalam diri anak-anak itu sendiri, bukan dari iming-iming hadiah liburan ke luar negeri.  

Penggabungan dua metode ini penting menurut saya untuk ditanamkan sejak dini untuk mengasah imajinasi, kreativitas dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Selain itu, saya meyakini bahwa Buleleng sangat berpotensi melahirkan generasi-generasi kreatif yang berdedikasi pada dunia seni.

Untuk menuju semua itu, saya akan mulai dengan membangun karakter dan rasa cinta mereka terhadap sekolah, di mulai dari tingkat Sekolah Dasar. Karena tidak jarang, anak-anak kelewat dimanja oleh orangtua mereka karena para orangtua tidak tahan pada rengekan. Mereka berlindung di balik kata ‘sayang’, tapi jika itu menjadi boomerang, bukankah kata ‘sayang’ tersebut pantas untuk dipertanyakan? Untuk bisa mengurangi rasa ‘sayang’ yang berlebihan dari orangtua, maka saya pikir konsep asrama adalah yang terbaik untuk dilakukan.

Selama 6 tahun di Sekolah Dasar, anak-anak akan fokus, bukan pada hitung-hitungan 1+1=2, melainkan pada pendidikan budi pekerti, empati, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan bukan untuk citra diri, tapi menumbuhkan rasa bahagia dalam diri mereka sejak dini. Mereka akan belajar untuk menjawab : Kenapa 1+1=2 dengan segala imajinasi yang mereka bayangkan. Itu salah satu contoh idenya.

Lanjut ke tingkat Sekolah Menengah Pertama, anak-anak ini akan memasuki usia remaja dimana secara naluriah dan hormonal, mereka memang akan memiliki hasrat dan ketertarikan pada remaja lainnya.  And this is so normal!  Kita hanya harus mengarahkan mereka tentang konsep konsensual, mengajari mereka bagaimana cara untuk membagi waktu untuk diri mereka sendiri sebagai pelajar dan sebagai remaja. Membimbing mereka, untuk menjadi versi terbaik yang mereka bisa. Di tahap ini, akan ada banyak kegiatan extrakurikuler yang bisa mereka coba untuk lebih memahami potensi diri mereka di masa mendatang.

Berikutnya, tingkat Sekolah Menengah Akhir, dimana mereka akan dipersiapkan untuk menjadi orang dewasa sebelum pada akhirnya siap dilepas ke dunia nyata. Di fase ini, mereka sudah tidak lagi menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari teori di ruang kelas,  namun akan lebih banyak berkegiatan di luar sekolah. Mengerjakan proyek berkelompok ataupun secara individu, membuat riset atau karya ilmiah, membuat kegiatan hiburan rakyat untuk mengasah mental dan keterampilan dan masih banyak lagi.

Di tahun terakhir, mereka akan mendapat kesempatan magang di profesi yang mereka cita-citakan, untuk melihat langsung realita dunia kerja di lapangan, sebelum benar-benar memutuskan untuk lanjut kuliah di jurusan yang sebelumnya ingin mereka tuju.

Sebagai contoh, sebut saja Niluh, ingin menjadi dokter kandungan. Saat kelas 3 SMA, dia akan magang di klinik bersalin sebagai staff administrasi atau sekedar asisten bidan atau doula untuk para ibu yang akan melahirkan. Tentu sebelumnya mereka akan diberikan kesempatan untuk belajar dasar-dasar teorinya.

Namun, setelah melihat aksi dokter kandungan dalam jarak yang begitu dekat, Niluh baru menyadari kalau proses melahirkan membuatnya begitu ketakutan. Jerit histeris para ibu yang melawan sakit membuatnya merinding sepanjang hari. Setelah menyadari bahwa menjadi dokter kandungan mungkin bukanlah profesi yang tepat untuknya, ia masih berkesempatan untuk mengubah tujuan karirnya. Tentu saja dengan dibekali konseling oleh psikolog remaja yang ahli di bidangnya.

Akhir kata, sebagai orangtua, saya menyadari bahwa fondasi awal untuk pembentukan karakter anak-anak adalah melalui keluarganya. Namun, realitanya saya sadar bahwa berkarir sambil mendidik anak itu bukan tugas yang mudah dan jika ada lembaga pendidikan yang lebih kompeten untuk melakukannya, saya rasa tidak ada yang salah untuk menyerahkan pendidikan awal kepada orang yang ahli di bidang tersebut. [T]

  • Esai ini adalah salah satu hasil dari workshop menulis gagasan tentang Kota Singaraja pada acara Singaraja Literary Festival 2023
Kata Kembali Merumah di Singaraja
Opini Masyarakat Mengenai “Singaraja Literary Festival” : Wadah Mengenal Seni yang Dinanti
Singaraja Literary Festival: Ruang Intelektual Baru dan Jembatan Penghubung Pengetahuan
Filosofi Teras, Way of Life, dan Kendali Emosi Manusia ala Henry Manampiring
Upaya Perempuan Mempercantik Diri: Lontar, Rempah, dan Konstruksi Patriarki
Tags: PendidikanSingarajaSingaraja Literary Festival
Previous Post

Sehat Ketawa ala Dokter Arya: Humoris, Kritis, dan Mencerahkan

Next Post

Tirta dari 5 Gunung di Jawa dan Lombok Tiba di Pura Ulun Danu Batur

Radinna Nandakita

Radinna Nandakita

Lahir di Singaraja, Bali, sempat mukim di Jakarta, kini kembali tinggal di Singaraja. Mantan pramugari yang gila menulis. Tulisannya tentang "pramugalau" - kehidupan dirinya sebagai pramugari dan sebagai ibu yang super, digemari ribuan penggemar di radinnanandakita.blogspot.co.id

Next Post
Tirta dari 5 Gunung di Jawa dan Lombok Tiba di Pura Ulun Danu Batur

Tirta dari 5 Gunung di Jawa dan Lombok Tiba di Pura Ulun Danu Batur

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co