3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Ngayah” adalah “Game” untuk Menunjukkan Kehebatan Orang Tua?

Satia GunabySatia Guna
February 2, 2018
inOpini

Foto: Istimewa

22
SHARES

MENJELANG Hari Galungan biasanya banyak warga adat menggelar karya gede di Pura. Karya Gede di sebuah Pura merupakan hari yang ditunggu-tunggu warga. Di situ banyak orang akan memainkan game. Bukan game Pokemon, tapi game untuk menunjukkan kehebatan warga adat, terutama para orang tua.

Karena karya gede juga membutuhkan dana besar, maka para donatur pun berseliweran datang dan pergi untuk memainkan game kedermawanan mereka. Mereka sudah pasti “menyumbang” (point pentingnya). Banyak dari donator yang dari partai ini, itu, di sana, di situ, merah, kuning, hijau di langit yang biru.

Beralih dari cerita sumbang menyumbang yang sudah mainstream diketahui masyarakat. Mari kita menelusuri lebih ke dalam lagi. Misalnya tentang ngayah banjar yang bagi kebanyakan orang Bali merupakan suatu arena di mana mereka bisa menunjukkan kehebatan dan keunggulan mereka masing-masing.

Misalkan ada juru tanding yang bertugas mengatur sesajen yang akan dihaturkan (ini sangat rumit butuh keterampilan khusus agar sesajen terbagi rata dan ditata secara apik). Itu kesulitan level 1.

Ada pula yang berada pada game katagori daging. Pada katagori daging ini para warga akan berlomba-lomba menunjukkan kehebatan mereka dalam misalkan menangkap bangkung atau celeng. Yang berpotensi menangkap celeng adalah orang-orang yang berbadan seperti Bima. Kalau badan seperti Arjuna alangkah baiknya jangan ngejuk celeng mending jadi artis saja.

Itu masalah ngejuk celeng yang level kesulitannya sangat tinggi. Jadi, yang kurus dianjurkan untuk menonton saja.

Setelah celeng ditangkap lalu digotong. Adapun selanjutnya celeng di gorok atau disembelih. Nah, untuk urusan penyebelihan ini sudah disediakan tukang jagal yang menggorok celeng dengan brutal. Lalu selanjutnya ada pemotongan daging. Ini level yang lumayan tinggi kalau diambil oleh pemuda mungkin akan game over.

Itu masalah daging, belum lagi masalah yang lain-lain seperti mengaduk lawar yang sangat melegenda. Mengaduk lawar merupakan adegan di mana orang mengaduk-ngaduk adonan daging, sayur, dan lain-lain, dengan tangan sembari tak ragu untuk memasukkan berbagai jenis bumbu tanpa melihat takarannya. Sungguh menakjubkan.

Karena kalau ada bumbu yang kurang maka lawar akan asin atau bisa juga hambar maka tukang aduk lawar harus memiliki skill yang mumpuni agar lawar terasa nikmat. Itu seputar ngayah mebat.

Berbeda lagi dengan ngayah yang lain seperti halnya membuat katik sate yang memiliki berbagai jenis, macam, julukan, dan filosofi. Bukan hanya katik sate, lho. Kita tahu masih banyak yang lainnya seperti membuat klakat. Dulu sewaktu SD saya pernah diajari mengulat klakat dan itu sangat mudah.

Tapi klakat juga memiliki banyak jenis dan banyak tipe. Ada yang berisi bingkai ada yang berbentuk segitiga, berbentuk segi empat dan masih banyak lagi. Yang paling membuat saya jengkel waktu di Sekolah Dasar adalah klakat sudamala yang pembuatannya membutuhkan kesabaran ekstra josss.

Nah itu klakat, belum lagi klabang, yakni suatu sulaman dari daun kelapa tua yang fungsinya untung membuat atap. Ini level kesulitannya hampir mendekati level kesulitan membuat kise (tempat menaruh ayam atau bebek) yang dipergunakan untuk ber-yadnya.

Mungkin hanya sedikit yang saya ketahui tentang ngayah. Haruskah saya sebutkan semua level tertinggi dari game ngayah ini? Mending main game pokemon, saja lebih greget gess.

Mengapa saya tak menyebutkan semua sub-sub dari prosesi ngayah tersebut. Karena hanya sebegitu ilmu yang saya ketahui tentang ngayah. Inti dari artikel ini bukan level-level yang ada pada game ngayah. Tapi saya selaku pemuda merasa belum menguasai tetek bengek tentang ngayah tersebut.

Mungkin karena saya kurang bertanya atau bersosialisasi dengan orang tua tapi dari kenyataan yang saya alami bahwa orang tua katanya memiliki gaya tersendiri untuk mendidik pemudanya. Misalkan seperti menyulam kelabang akan ada banyak orang tua yang lebih memilih untuk mencaci-maki pemudanya saat mereka mulai belajar.

Tak banyak dari orang tua yang mengajari dengan bimbingan melainkan dengan bentakan dan ejekan. Menurut mereka ejekan dan bentakan merupakan suatu pemecut bagi pemuda agar ia belajar mandiri dengan hanya melihat hasil dari pekerjaan orang tua. Maka, jadilah para orang tua itu menunjukkan kelihaiannya membuat sarana yadnya seperti main game antarmereka.

Pernahkan kita merenung sejenak, bukan bertapa, hanya merenung, bukan juga tidur, tapi duduk sambil jongkok-jongkok di WC bahwa mengingat budaya Bali kita perlu lestarikan bukan hanya dari tarian-tarian, gamelan-gamenalan, dan seni pertunjukan lainnya.

Tapi ketika orang tua sudah habis lalu kita selaku pemuda yang kemudian menjadi orang tua apa yang akan kita ajarkan kepada pemuda kita apakah bentakan dan ejekan yang kita ajarkan? Mungkin saja iya, karena sistem balas dendam sudah mendarah daging di tubuh kita.

Pasraman. Pernah mendengar kata pasraman? Ya di waktu SD mungkin kita pernah merasakan yang namanya pasraman. Saya selaku orang Bali sangat berhutang budi kepada pasraman. Karena berkat pasraman saya bisa menyulam kise, klabang, klakat dan juga membuat katik sate.

Tapi itu dulu. Waktu SD sekarang boro-boro mau bikin, katik sate saja dibeli di pasar-pasar terdekat (tegulan dijual terpisah). Bukan hanya katik sate, segala jenis perlengkapan yadnya sudah tersedia. Jadi apa yang pemuda harus khawatirkan? Ingin ber-nyadnya tinggal ke pasar semua sudah ada. Gampang. Jadi tak perlu belajar semua sudah ada tinggal siapkan uang seperangkat alat yadnya sudah bisa didapatkan.

Dan kalau ditelisik lebih mendalam ternyata penjual seperangkat alat yadnya tersebut merupakan orang tua juga. Jadi kalau orang tua penjual seperangkat alat yadnya itu tiada, lalu ber-yadnya dengan apa?

Memiliki keterampilan dalam membuat seperangkat alat yadnya sebenarnya merupakan sebuah kebanggan yang mendalam di level desa. Sama seperti main game Pokemon yang kerap juga memamerkan rasa bangganya kepada teman-teman karena sudah mendapatkan banyak koleksi Pokemon.

Kalau mau bangga untuk level se-Bali ikut lomba saja, atau adakan lomba untuk pembuatan seperangkat alat yadnya. Menarik sih, biayanya tak akan mahal. Tak perlu mewah pula karena seperangkat alat yadnya dari alam juga. Kise dari daun kepala, klabang juga dari daun kelapa, katik sate dari bambu, tak usah beli kita masih punya tegalan kan? Atau tegalan sudah jadi vila? Oh sayang pohon kelapa dan bambu tempat memedi beranak pinak sudah kita tebang dan jual. Ya, pemuda hendaknya mengerti akan hal ini.

Kembali ke pengajar pembuatan seperangkat alat yadnya bagi pemuda. Haruskah orang tua masih berusaha menyombongkan diri untuk mengambil segala pekerjaan dan memainkan game sendirian saat ngayah berlangsung?

Saya pernah melihat saat ngayah di Pura, saat orang tua sibuk dengan pekerjaannya. Saya melihat pemudanya tak selaras dengan itu, pemuda yang ikut ngayah malah ngopi dan merokok di warung dekat Pura. Ada sesuatu yang janggal sebenarnya? Atau terbalik? Coba kalau bisa dibalik, pemuda diberi kesempatan untuk belajar ngayah sedangkan orang tua duduk santai melihat pemudanya bekerja keras. Bukankah lebih enak terlihat.

Pemuda yang memiliki tenaga lebih besar mengambil pekerjaan yang berat. Sedangkan para orang tua bisa bersantai dan mengatur pekerjaan dari pemuda tersebut. Namun ego berkata lain. Orang tua lebih memilih menunjukkan kehebatannya kepada para pemuda dan menghabiskan seluruh pekerjaan tanpa memberi tahu bagaimana caranya membuat.

Tapi ngayah memiliki keunikan tersendiri yang baru saya jumpai bahwasanya ngayah bisa menjadi ajang mengadu kehebatan (yang pertama), dan (yang kedua) tempat bergosip paling ciamik baik dari kalangan Bapak-Bapak maupun Ibu-Ibu. Ah, itu bisa dibahas lain kali saja. (T)

Tags: baligamengayahupacara
Previous Post

Sudarmaja, Sukrawan, Suradnyana, dan Nasib Apes Ketua DPC PDIP di Pilkada

Next Post

“De Ngon”, ini Buleleng! – Tentang Gerak Jalan Warga’S dan Lain-lain…

Satia Guna

Satia Guna

Lelaki pendiam yang selalu bikin kangen, terutama dikangeni teman-temannya di Komunitas Mahima. Suka main teater, suka menulis puisi, esai dan cerpen. Kini juga melukis.

Next Post

“De Ngon”, ini Buleleng! – Tentang Gerak Jalan Warga’S dan Lain-lain…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co