7 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Foto: dari beberapa sumber

Foto: dari beberapa sumber

Sudarmaja, Sukrawan, Suradnyana, dan Nasib Apes Ketua DPC PDIP di Pilkada

Made Adnyana Ole by Made Adnyana Ole
February 2, 2018
in Ulasan
74
SHARES

ADA semacam mitos yang tampaknya bisa menghantui keluarga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Buleleng dalam Pilkada, Februari 2017. Yakni, kenyataan bahwa sejak era reformasi, sejak partai itu bernama PDI Perjuangan, Ketua DPC di Buleleng yang dicalonkan menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah tak pernah menang Pilkada. Baik Pilkada Bupati di Buleleng maupun Pilkada Gubernur.

Tengoklah Pilkada pertama di Buleleng setelah zaman reformasi, tahun 2002. Calon Bupati Nyoman Sudarmaja Duniaji saat itu yang notabene adalah Ketua DPC PDIP Buleleng kalah secara dramatis bin tragis. Padahal peluang Sudarmaja untuk menang saat itu sangat besar.

Saat itu, pilkada belum dilaksanakan secara langsung. Pilkada saat itu hanya dilakukan oleh anggota DPRD. Sudarmaja dicalonkan oleh Fraksi PDIP menjadi Bupati berpasangan dengan Nyoman Sudiana, dosen yang kemudian menjadi Rektor Undiksha Singaraja.

Peluang menang PDIP saat itu memang sangat besar. Dari 45 anggota DPRD Buleleng hasil pemilu legislatif (pileg) tahun 1999, PDIP menduduki 31 kursi. Artinya, ditinggal tidur pun, calon kepala daerah dari PDIP pasti menang.

Tapi kenyataan dalam politik tak segampang hitung-hitungan jumlah kursi. Nasib Sudarmaja ternyata apes. Sejumlah anggota Fraksi PDIP membelot dan memilih calon lain yang bukan dicalonkan oleh Fraksi PDIP. Sehingga, saat kartu suara dihitung, kalahlah Sudarmaja. Pemenangnya adalah pasangan calon bupati dan wakil bupati, Putu Bagiada dan Gede Wardana, yang dicalonkan oleh fraksi lain.

Nasib Dewa Sukrawan

Setelah mengalami gejolak politik, PDIP Buleleng kemudian dipimpin Dewa Astawa, lalu Nyomang Muliarta. Nama dua tokoh PDIP itu tak pernah disebut-sebut masuk bursa bakal calon atau calon kepala daerah. Untuk itu, kita abaikan dua nama itu.

Kita lihat nama Dewa Nyoman Sukrawan. Lelaki asal Desa Bungkulan ini menjadi Ketua DPC PDIP Buleleng menggantikan Nyoman Muliarta. Beberapa kali nama Dewa Sukrawan muncul dalam bursa calon kepala daerah di Buleleng.

Pada Pilkada Buleleng 2007, nama Sukrawan sempat muncul pada masa-masa penjaringan calon. Namun apa boleh buat, DPP PDIP mengeluarkan rekomendasi untuk Putu Bagiada, orang yang mengalahkan calon dari PDIP pada Pilkada 2002. Putu Bagiada sebagai incumbent saat itu dipasangkan dengan kader PDIP, Arga Pynatih.

Seperti diketahui, pasangan Bagiada-Arga menang. Pasangan itu mengumpulkan suara 36,18 persen dan mengalahkan calon lain, yakni Jro Nyuman Ray Yusha-Ni Putu Febri Antari, Nyoman Sugawa Korry-Luh Kerthianing, dan pasangan Made Westra-Ketut Englan.

Pada Pilkada 2012, Dewa Sukrawan kembali memiliki peluang untuk menjadi calon bupati. Sebagai ketua DPC ia dianggap layak mendapatkan rekomendasi dari DPP. Namanya pun kembali beredar pada masa-masa penyaringan dan penjaringan calon. Namun Sukrawan mengalami nasib yang sama seperti lima tahun sebelumnya. Nasib baik tak memihaknya. DPP PDIP kemudian memilih Putu Agus Suradnyana dan Nyoman Sutjidra menjadi calon bupati dan wakil bupati. Dan Sukrawan harus puas menjadi ketua tim pemenangan.

Pada Pilkada 2012, Agus Suradnyana-Sutjidra memang dengan perolehan suara sekitar 54 persen, mengalahkan pasangan Gede Ariadi-Wayan Artha, Tutik Kusuma Wardani- Komang Nova Sewi Putra, dan pasangan Gede Wenten Suparlan-Ida Bagus Djodhi.

Dewa Sukrawan seakan-akan mendapatkan kembali nasib baiknya sebagai Ketua DPC PDIP, ketika dicalonkan sebagai Wakil Gubernur Bali berpasangan dengan AA Ngurah Puspayoga pada Pilkada Gubernur Bali 2013. Banyak orang kaget ketika tiba-tiba nama Sukrawan muncul setelah pihak PDIP terkesan kebingungan menentukan nama untuk dipasangkan dengan Puspayoga. Namun saat itu memilih Sukrawan tampaknya cukup tepat. Meski namanya tidak begitu populer di luar Buleleng, ia dianggap bisa mengumpulkan suara di Buleleng. Apalagi Buleleng memiliki jumlah pemilih terbesar di Bali.

Seperti diketahui, nasib baik belum memihak Sukrawan. Pasangan Puspayoga-Sukrawan dikalahkan dengan selisih suara yang tipis oleh pasangan Mangku Pastika-Sudikerta.

Setelah tak menjabat sebagai Ketua DPC, pada Pilkada 2017 rupanya Sukrawan mencoba kembali keberuntungan politiknya dengan mencalonkan diri lewat jalur perseorangan alias jalur independen. Dengan menggandeng Dharma Wijaya (mantan Ketua DPC Partai Demokrat), Sukrawan sudah mendaftar ke KPU Buleleng dan melalui rapat pleno KPU, 12 Agustus 2016, pasangan itu dinyatakan lolos dalam verifikasi pemenuhan jumlah minimal dan sebaran dukungan.

Apakah Sukrawan-Dharma Wijaya akan lolos verifikasi dalam tahapan pencalonan berikutnya, lalu ditetapkan menjadi calon resmi, lalu menang pada Pilkada Buleleng 2017? Dalam politik, apa pun bisa terjadi.

Agus Suradnyana sebagai Incumbent

Pertanyaan yang muncul pada masa-masa maraknya obrolan politik tahun ini adalah: apakah Putu Agus Suradnyana akan mengalami nasib apes seperti dua Ketua DPC PDIP, Sudarmaja Duniaji dan Dewa Sukrawan, dalam Pilkada 2017 ini? Jawabannya sama dengan jawaban untuk pertanyaan tentang Dewa Sukrawan: dalam politik apa pun bisa terjadi.

Tapi pertanyaan tanpa dasar ilmu politik itu sah-sah saja muncul, karena Putu Agus Suradnyana saat ini menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Buleleng menggantikan Dewa Sukrawan. Di sisi lain PDIP sudah memastikan Putu Agus Suradnyana dan Nyoman Sutjidra tetap dipasangkan untuk menjadi calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada 2017. Jika melihat nasib apes Ketua DPC sebelumnya yang bertarung dalam Pilkada, wajar jika ada kecemasan jika Agus Suradnyana bernasib sama.

Seperti dalam sepakbola, mitos atau hitung-hitungan sejarah, kadang selalu dijadikan dasar-dasar prediksi meskipun tak memiliki dasar teori yang bisa dipercaya. Demikian juga dalam politik. Bumbu-bumbu irasional kadang menjadi penyedap rasa agar pembicaraan politik menjadi tetap asyik.

Tentang nasib apes Ketua DPC PDIP Buleleng tentu belum layak disebut mitos. Sejarahnya masih cukup pendek untuk bisa dikatakan sebagai mitos. Apalagi acuannya baru dua Ketua DPC. Mungkin nasib apes itu memang hanya kebetulan semata. Namun, lagi-lagi namun, hal-hal berbau niskala dan irasional semacam ini tetap harus diwaspadai.

Oh, ya, bicara mitos dan kebetulan-kebetulan, di Bali tak ada pasangan calon bupati dan wakil bupati incumbent dari PDIP yang kalah dalam Pilkada. Pada Pilkada serentak tahun 2015 lalu, semua calon incumbent PDIP menang Pilkada, bahkan sebagian besar menang secara mudah. Artinya, sebagai calon incumbent, Putu Agus Suradnyana punya kekuatan rasional sekaligus irasional untuk mematahkan anggapan bahwa Ketua DPC PDIP selalu apes.

Secara rasional, calon incumbent sudah memiliki kekuatan dukungan nyata, selain karena memiliki power sebagai kepala daerah, ia juga memiliki pengalaman bertarung pada Pilkada sebelumnya. Secara irasional, ya itu tadi, semua calon Bupati incumbent dari PDIP tak pernah kalah dalam Pilkada di Bali.

Namun, lagi-lagi namun, dalam politik apa pun bisa terjadi. (T)

Tags: mitosPartai PolitikPilkadaPolitik
Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi: salah satu karya dalam pameran seni rupa di Undiksha Singaraja, 7 Mei 2018
Puisi

Puisi-puisi Eny Sukreni | Lima Macam Kecemasan

by Eny Sukreni
March 6, 2021
Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha
Esai

Niat Baik Mahasiswa dan Pesan Orang Tua

Setelah pulang dari Singaraja, Grudug tiba-tiba tergelitik oleh perkataan, “Mahasiswa pulang kampung pasti lupa dengan idealismenya”. Istilah yang agak kasar ...

July 6, 2020
Wayan Redika, Magic Finger, 2008, Oil on Canvas, 90x150 cm
Puisi

Fatah Anshori# Diriku Adalah Sekarung Kata-Kata

  Diriku Adalah Sekarung Kata-Kata Kau suka warna biru karena warna biru adalah alas bagi puisi-puisi yang kau tulis setiap ...

February 2, 2018
Wulan Dewi Saraswati, pegang mik
Esai

Menghadapi Hiruk Pikuk Modernitas dalam Novel “Romansa Lagu” dan Antologi Cerpen “Ketika Hati Bersuara”

Hiruk pikuk modernitas menjadi isnpirasi bagi penulis-penulis muda Bali. Dampak dari tajamnya laju modernitas ini menimbulkan rasa cemas, khawatir, krisis ...

November 10, 2019
Nyoman Erawan #erACTion (2015)
Puisi

Muhamad Kusuma Gotansyah# Puisi: Kelabu, Warna, Hitam, Putih…

KELABU Di lorong masa lalu Ia menjelma abu Hilang dan kelabu Menjadi waktu Menjadi waktu adalah menu makan malam kegemarannya ...

February 2, 2018
Karya Seni digital yang dibuat oleh I Gusti Putu Adi Supardhi dengan judul As Seen On Tv yang sempat dipamerkan di Bentara Budaya Bali dari tanggal 22 Oktober sampai 10 November 2019
Esai

Dunia Alam yang Hanya Terlihat di Layar Kaca

Rusaknya hutan yang merupakan habitat alami bagi burung dan satwa liar merupakan hal yang buruk bagi ekosistem. Kelangkaan satwa liar ...

March 5, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ketua Tim Literasi SMAK Harapan, Ni Putu Nuratni, M.Pd. dan Kepala Sekolah SMAK Harapan, Drs. I Gusti Putu Karibawa, M.Pd.
Kilas

Kupetik Puisi di Langit | Buku Puisi dari SMAK Harapan

by tatkala
March 5, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

Saṃpradāya Kuno Sampaikah ke Nusantara?*

by Sugi Lanus
March 4, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (158) Dongeng (11) Esai (1422) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (198) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (104) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In