30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

ChusmerubyChusmeru
May 29, 2025
inFiksi
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Ilustrasi tatkala.co

MENJALANI hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR) tentu bukan sesuatu yang mendatangkan kenyamanan bagi seseorang. Banyak persoalan muncul karena LDR, mulai dari rasa rindu berkepanjangan hingga cemburu buta.

Meski demikian, banyak orang melakoni LDR dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah tempat kerja yang berbeda. Pihak laki-laki bekerja di satu kota, sedangkan yang perempuan di kota lain. Hal itu akan berpengaruh pada frekuensi bertemu di antara keduanya.

Bagi yang belum berkeluarga atau masih sendiri, LDR mungkin hanya sebatas menimbun rindu berdua. Namun tidak dengan mereka yang sudah menikah dan dikaruniai anak. Hubungan jarak jauh membuat kerinduan itu bertambah berat lantaran adanya anak-anak mereka.

Kemajuan teknologi komunikasi dianggap mampu mengurangi jarak rindu itu. Telepon pintar kini bisa digunakan untuk panggilan video, sehingga mereka yang LDR masih dapat berbagi kata, senyum, dan canda. Akan tetapi ada yang tak bisa diberikan telepon pintar itu. Belaian lembut suami pada rambut istrinya; atau sentuhan hangat sang ayah pada anak-anaknya.

Begitu pun yang dirasakan Asifa Furoda. Dosen muda di kota Purwokerto. Suaminya, Lintang Pratama juga seorang dosen di Kota Gudeg, Yogya. Mereka sudah hampir tujuh tahun menjalani rumah tangga. Kini mereka memiliki dua orang anak perempuan yang masih kecil; Bulan Dadari masih duduk di taman kanak-kanak, dan Mentari Suminar baru belajar berjalan.

Asifa dan Lintang terpaksa harus LDR. Setiap akhir pekan Lintang pulang ke Purwokerto atau Asifa dan kedua anaknya yang ke Yogya. Salah satu dari mereka belum bisa pindah tugas agar dapat tinggal bersama, karena mereka baru lima tahun mengabdi sebagai dosen. Kelak jika sudah mengabdi lebih dari sepuluh tahun, salah satu dari mereka dapat mengajukan pindah tugas.

Masing-masing kini tinggal di rumah kontrakan. Akibat LDR, mereka belum dapat menabung untuk membeli rumah. Mereka belum tahu nantinya akan menetap di Yogya atau di Purwokerto. Selain itu, keuangan mereka juga terganggu oleh LDR, karena setiap minggu mereka harus mengeluarkan biaya tiket perjalanan dari Purwokerto ke Yogya, dan sebaliknya. Asifa dan dua anaknya yang lebih sering berkunjung ke Yogya, karena pekerjaan suaminya begitu padat, sehingga sulit mencari waktu untuk ke Purwokerto.

                                         ***

Jumat siang Asifa Furoda bersama dua orang anaknya sudah berada di atas kereta api menuju Yogya. Mereka menggunakan kereta kelas ekonomi untuk efisiensi biaya. Lama perjalanan dari stasiun Purwokerto hingga Lempuyangan, Yogya berkisar 2 jam 30 menit.

Sebetulnya tidak nyaman menggunakan kereta kelas ekonomi. Tempat duduknya tidak dapat disetel. Selain itu kursinya juga berhadap-hadapan dengan penumpang lain. Hampir di setiap stasiun yang terlewati, kereta akan berhenti.  Namun bagaimana lagi, kereta kelas eksekutif yang nyaman harga tiketnya jauh lebih mahal.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, kereta berhenti di stasiun Kebumen. Stasiunnya tidak terlalu besar, tetapi selalu banyak penumpang yang naik. Kereta hanya berhenti sekitar lima menit. Para penumpang bergegas mencari nomor tempat duduknya.

Seorang penumpang wanita tua duduk di hadapan Asifa dan anaknya. Dari cara berjalan, diperkirakan usia wanita itu sekitar 70 tahun. Mengenakan kebaya coklat dan kerudung hitam, wanita tua itu langsung duduk. Tak banyak bicara. Bahkan ia tidak melempar senyum kepada Asifa dan anaknya.

Sepanjang perjalanan wanita itu terdiam. Matanya memandang ke luar jendela kereta. Asifa ingin menyapa dan bertanya, tapi ia urungkan. Anaknya Bulan Dadari sempat mencolek Asifa, memberi isyarat tentang penumpang wanita itu. Pada saat bersamaan, wanita itu menatap mereka. Namun tatapannya kosong. Menyeramkan. Bulan Dadari kembali mencolek Asifa sambil membuat gerakan tanda ketakutan.

Asifa mencoba menenangkan Bulan. Sedangkan Mentari Suminar tertidur pulas sejak kereta baru berangkat tadi. Wanita itu kembali memandang ke luar jendela kereta. Asifa sempat melihat sekilas ujung bibir wanita itu yang tampak merah. Sepertinya wanita itu baru saja menginang, yaitu mengunyah campuran daun sirih, pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau. Biasanyamenginang dilakukan oleh wanita zaman dahulu atau wanita di pedesaan.

Kereta berhenti di stasiun Wates. Wanita itu berdiri dan berjalan menuju pintu kereta. Tidak permisi kepada Asifa, tidak menyapa, senyum pun tidak. Asifa hanya mencium aroma kinang sepeninggal wanita tua tersebut. Dari atas kereta Asifa mengamati lewat jendela kaca langkah wanita itu menuju pintu ke luar stasiun. Betapa terkejut Asifa saat persis di depan pintu keluar, wanita itu menghilang.

“Jangan-jangan… Jangan-jangan.. penumpang wanita itu hantu,” kata Asifa dalam hati.

“Nenek tadi seram ya, Bu,” ucap Bulan saat melihat Asifa seperti melamun.

Asifa tak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepala. Masih penasaran ia pada hilangnya wanita itu di pintu keluar stasiun. Asifa juga heran atas sikap wanita itu di atas kereta. Tak sepatah kata pun diucapkan. Hanya pandangan matanya yang agak menyeramkan.

Kejadian serupa terulang pada hari Jumat berikutnya. Asifa bersama dua anaknya menuju Yogya untuk berkumpul bersama suaminya. Saat kereta berhenti di stasiun Kebumen, wanita tua berkebaya coklat naik dan kembali duduk di hadapan Asifa.

Wajah wanita itu tampak pucat. Asifa merasa takut melihatnya. Begitu pula Bulan. Ia menyembunyikan wajahnya di balik kerudungnya agar tak melihat wanita itu. Sedangkan adiknya, Mentari sempat menangis ketakutan ketika wanita itu baru saja duduk.

Sama seperti minggu yang lalu, wanita itu duduk tanpa ekspresi, tanpa suara. Matanya selalu menatap ke luar jendela kereta. Begitu pandangan matanya tertuju pada Asifa dan dua anaknya, Mentari menjerit ketakutan. Ia menagis keras.

Asifa mencoba menenangkannya. Penumpang di kursi lain menoleh ke tempat duduk Asifa, seolah terganggu oleh tangisan keras Mentari.. Sedangkan wanita tua itu mengalihkan pandangannya ke jendela kereta.

Tiba di stasiun Wates, wanita itu beranjak turun. Asifa kembali memperhatikan sosok wanita itu. Tepat di pintu keluar stasiun, wanita itu menghilang. Asifa kembali terkejut. Mengapa wanita itu bisa menghilang, pikirnya. Asifa dan dua anaknya masih diliputi ketakutan. Mentari sesekali terisak, menahan tangis keras dari tadi.

“Kenapa putrinya, Bu?” tanya penumpang sebelah yang merasa penasaran atas tangisan Mentari.

“Takut sama nenek tadi,” jawab Asifa sambil menunjuk bekas tempat duduk wanita itu.

“Nenek yang mana..?” tanya penumpang itu kembali.

“Nenek yang duduk di depan kami tadi,“ jelas Asifa.

“Nggak ada penumpang yang duduk di depan kursi Ibu,” kata penumpang itu.

“Hahh..?!” Asifa kaget. Begitu pun Bulan.

“Dari tadi kursi di depan Ibu kosong, nggak ada yang menempati,” tambah penumpang itu.

Asifa terdiam. Ia merinding. Bulu kuduknya berdiri. Wanita itu ternyata bukan penumpang biasa. Wanita tua itu hantu yang ada di dalam kereta. Tapi mengapa wanita itu selalu naik dan turun di jalur yang sama? Naik dari Kebumen dan turun di Wates.

***

Perasaan mencekam menghantui Asifa Furoda dan anaknya. Dua kali naik kereta api selalu menjumpai penumpang wanita tua misterius. Asifa tak habis pikir, mengapa ia selalu duduk di hadapannya. Kenapa tidak duduk di kursi yang lain.

Suasana mencekam bukan hanya dirasakan Asifa saat naik kereta api. Ketika menjelang magrib di rumah kontrakannya, Asifa dikagetkan dengan sosok wanita tua yang ia temui di kereta tiba-tiba muncul di ruang tamu. Asifa nyaris berteriak. Namun ia segera menyadari bahwa yang ia lihat adalah hantu wanita tua. Cepat-cepat ia membaca doa. Seketika wanita itu hilang dari pandangannya.

Bukan hanya di rumah muncul penampakan wanita tua. Ketika Asifa sedang mengajar mata kuliah Komunikasi Persuasif, sosok wanita tua muncul duduk di kursi paling belakang. Tak satu pun mahasiswa yang melihatnya. Hanya Asifa yang dengan jelas melihat wanita itu duduk dengan tatapan tajam tertuju padanya.

Asifa merinding. Mengapa hantu wanita tua yang ia temui di kereta muncul juga di kampus? Asifa tak habis pikir. Berkali-kali ia mengusap lengan tangan dan lehernya yang terasa dingin dan merinding. Ini sudah keterlaluan, pikirnya.

Asifa memutuskan untuk mendatangi seorang kiai yang dipercaya dapat mengatasi gangguan makhluk halus. Berkat karomah yang dimiliki kiai tersebut, misteri wanita tua itu dapat terungkap. Menurut sang kiai, wanita tua itu tinggal di Kebumen, namun berdagang kain di pasar Wates. Jadi dia sering mondar-mandir naik kereta api dengan jalur yang sama. Namun naas, pada suatu malam wanita itu menjadi korban perampokan dan pembunuhan. Wanita itu tewas di tangan perampok di rumahnya.

“Tapi mengapa arwah wanita itu selalu mengikuti saya?” tanya Asifa penasaran pada sang kiai.

“Mungkin karena kamu mirip dengan anak perempuannya,” jelas sang kiai.

Asifa justru menjadi merinding ketakutan. Ia takut akan selalu didatangi hantu wanita tua itu.

“Bagaimana biar dia tidak mengikuti saya terus?” tanya Asifa.

“Coba kamu selalu membawa perlengkapan menginang selama satu minggu, ke mana pun kamu pergi. Mudah-mudahan ia tidak lagi mengikutimu,” ujar sang kiai.

Asifa tak mengerti apa alasan sang kiai menyarankan hal semacam itu. Ia menuruti saja. Asifa percaya sang kiai pasti memiliki mata batin untuk menolak gangguan makhluk halus. Tak masalah bagi Asifa untuk selalu membawa perlengkapan menginang.

Saat ke kampus, Asifa membawa bungkusan daun sirih, pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau. Bungkusan itu dia bawa juga saat mengajar di kelas. Asifa menjadi lebih tenang mengajar, karena arwah wanita tua itu tidak lagi muncul di kelas.

Begitu pun ketika naik kereta api bersama kedua anaknya, Asifa membawa bungkusan perlengakapan menginang. Asifa dapat menikmati tidur nyenyak selama perjalanan. Wanita tua itu tak lagi tampak. Namun ia tetap berdebar-debar setiap kereta berhenti di jalur yang biasa dinaiki wanita tua itu. [T]

  • Ini adalah cerita fiksi misteri bersambung. Jika terdapat kesamaan nama, tempat, dan peristiwa hanyalah kebetulan dan rekaan penulis semata

Penulis: Chusmeru
Editor: Adnyana Ole

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus
Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah
Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah
Kampusku Sarang Hantu [13]: Cek Khodam Muncul Pocong
Kampusku Sarang Hantu [12]: Anak-Anak Bermain di Sungai Kecil
Kampusku Sarang Hantu [11]: Dosen Tak Kasat Mata
Kampusku Sarang Hantu [10]: Cemburu pada Khodam Perempuan
Kampusku Sarang Hantu [9]: Mahasiswi yang Duduk di Pojok Kantin
Kampusku Sarang Hantu [8]: Mobil Bergoyang Tengah Malam
Tags: Cerbung Kampusku Sarang Hantucerita misterihoror
Previous Post

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

Next Post

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

Chusmeru

Chusmeru

Purnatugas dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP, Anggota Formatur Pendirian Program Studi Pariwisata, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Penulis bidang komunikasi dan pariwisata. Sejak kecil menyukai hal-hal yang berbau mistis.

Next Post
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co