SELASA Umanis Klurut, 5 November 2024 perjalanan widya wisata SMA Negeri 2 Kuta memasuki hari ketiga mengunjungi Museum Sejarah Jakarta. Kunjungan museum ini erat kaitannnya dengan pembelajaran Sejarah di kelas sekolah yang kebetulan dilaksanakan pada bulan November. Sejarah mencatat Hari Pahlawan jatuh pada 10 November. November juga ditetapkan oleh Mendikdasnas Prof. Dr. Abdul Mu’ti sebagai Bulan Guru Nasional (BGN) sejak 1 November 2024.
Ada relasi kesejarahan yang intim antara kunjungan rombongan widya wisata SMA Negeri 2 Kuta ke Museum Jakarta dengan penetapan BGN dan Hari Pahlawan. Penetapan BGN mengambil momentum kelahiran organisasi PGRI pada 25 November 1945, seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan. Aura hari ke-100 setelah Proklamasi Kemerdekaan RI dapat dipastikan dengan semangat patriotik para pahlawan menyentuh hati yang paling dalam. Namun, pemerintah baru menetapkan Hari Guru Nasional pada 1994, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tanggal 24 November 1994 oleh Presiden Soeharto, 30 tahun silam. Persisnya 4 tahun menjelang Reformasi yang melengserkan Soeharto.
Sementara itu, Hari Pahlawan ditetapkan Presiden Soekarno berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Tiga puluh lima tahun lebih dulu dibandingkan penetapan Hari Guru Nasional. Penetapan Hari Pahlawan itu berdasarkan kejuangan arek-arek Suroboyo melawan Pasukan Sekutu (NICA) yang terdiri atas Inggris dan Belanda yang ingin merebut kembali Kemerdekaan RI yang baru diproklamasikan 85 hari. Perbedaan penetapan waktu yang cukup panjang, antara Hari Pahlawan dan Hari Guru tampaknya tidak penting untuk diperdebatkan. Ibarat mendebatkan ayam dan telor, mana duluan. Begitu pula, antara guru dan pahlawan. Mana duluan ? Guru melahirkan pahlawan atau pahlawan melahirkan guru. Atau kedua-duanya guru, kedua-duanya juga pahlawan.
Dalam konteks widya wisata ke Museum Sejarah Jakarta, dalam cuaca Jakarta yang kontradiktif panas membara siang hari dan hujan lebat sore hari, ada pembelajaran yang pantas dicatat dan direfleksikan. Pertama, ketuaan gedung menyimpan harta karun peradaban yang mesti diingat dan diteladani generasi kini. Bukan saja isinya yang menggambarkan peradaban masa silam yang jitu, tetapi juga fisik gedungnya yang tua bertuah dengan keaslian bahan-bahan yang digunakan. Bahan-bahan itu juga mencitrakan kekuatan dan daya tahan dalam waktu lama. Berbeda dengan proyek pembangunan kini, belum lima tahun sudah bocor sepertinya bahan yang dipakai kurang berkualitas dan orang yang mengerjakan tergesa-gesa pula. Persis generasi strawberry yang ingin serba instan tak tahan lama.
Kedua, para siswa dan guru dapat berkolaborasi bukan saja dengan teman satu sekolah melainkan juga dengan sekolah lain dari daerah lain. Seperti saat kunjungan SMA Negeri 2 Kuta berkolaborasi dengan SMA Pelita IV Jakarta Barat. Selain menambah relasi pertemanan antarsekolah juga dapat ngobrol tentang pembelajaran secara umum atau ngobrol tentang Pelajaran Sejarah yang sering membosankan karena keringnya asupan literasi kesejarahan. Kunjungan ke Museum dapat menjadi jempatan komunikasi antara guru dan siswa untuk membangun hubungan empati yang saling memahami dan menghargai seraya memasukkan gizi lterasi sejarah masa lampau untuk melawan lupa. Guru juga dapat memahami kebutuhan siswa melalui komunikasi secara informal di meja makan atau saat-saat kunjungan ke objek kunjungan. Pemahaman demikian dapat membangn empati dan tumbuhnya saling pengertian antara kedua belah pihak.
Ketiga, sebagai sebuah metode pembelajaran, widya wisata memberikan kesan belajar yang menyenangkan bagi para siswa selaras dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang digagas oleh pasangan suami istri dari UGM Yogyakarta Muhammad Nur Rizal dan dan Novi Poespita Candra. GSM diterjemahkan oleh Ketua Widya Wisata SMA Negeri 2 Kuta Agus Suputrayasa yang memimpin rombongan hadir dengan yel-yel penyemangat yang diikuti seluruh peserta : SMANDUTA : gaskan ! Ke mana kita : bersenang-senang (sambal meliuk-liukkan tangan seperti gelombang air). Jadi, widya wisata memadukan ice breaking melalui perjalanan dan penjelajahan dengan pembelajaran sejarah real yang tersimpan di Museum Sejarah Jakarta.
Keempat, kesempatan guru dan murid berguru kepada pemandu perjalanan dan pemandu Museum yang kompeten di bidangnya. Banyak cerita dan juk yang diproduksi pemandu selama perjalanan di bus untuk mengusir kantuk. Kadang-kadang dengan tawa berderai spontanitas mendapat respon dari siswa. Sementara itu, pemandu Museum menjelaskan secara detail keberadaan Museum Sejarah Jakarta yang sering salah kaprah disebut Museum Fatahillah yang kini dipromosikan sebagai Objek Wisata Kota Tua sebagai heritage. Sebelumnya Museum Sejarah Jakarta disebut Gedung Balai Kota Jakarta diarsiteki oleh W.J. van de Velde. Dalam sejarah disebutkan Gedung Museum ini dibangun selama tiga tahun (1707 – 1710) dan diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta oleh Gubernur DKI Ali Sadikin 30 Maret 1971.
Menyusuri Gedung Museum Sejarah Jakarta, kita mendapatkan banyak tutur dari gedung-gedung tua. Gedung Museum Sejarah Jakarta misalnya, membawahi 4 museum : Museum Joeang 45, Museum Prasasti, Museum M.H. Thamrin, dan Museum Sejarah Kota Tua yang dijadikan objek wisata edukasi bagi siswa/mahasiswa/peneliti dan masyarakat umum. Sebagai heritage Kota Tua, berkunjung ke museum, kita diingatkan akan peradaban masa lampau sejak masa berburu zaman Pra Hindu. Perlu dicatat, di museum ini juga terdapat Sumur tua sebagai sumber air peradaban yang mengalir melampaui zamannya.
Museum Sejarah Kota Jakarta ini juga menerima siswa SMK untuk magang. Mereka juga berkolaborasi antarsiswa SMK yang berbeda di Museum. Pengalaman mereka berkomunikasi dan beretika dengan tetamu yang berkunjung adalah bagian dari upaya mengasah kemampuan soft skill yang kelak sangat dibutuhkan. Mereka juga fasih menjelaskan tatacara perawatan Gedung Museum Sejarah Jakarta dan isinya yang tampak bersih walaupun bahan-bahan lawas digunakan tampak masih kokoh. Kuat dan kekar.
Di seputar Gedung Museum Sejarah Jakarta juga terdapat Museum Wayang yang tidak dibuka karena dalam proses perbaikan. Selain itu juga terdapat Kantor Pos Kuno dengan kegiatan perposan masih berlangsung tetapi aktivitasnya tidak tampak. Yang tampak dominan justru kafe-nya. “Aktivitas kantor pos masih berlangsung di belakang. Di bagian ruang depan dimanfaatkan untuk kafe, daripada ruangannya nganggur dioptimalkan pemanfaatannya”, kata Wisnu petugas keamanan di wilayah kantor Pos.
Begitu pula di Kompleks Jasindo yang merupakan asuransi rintisan, yang tampak adalah Indomart tempat menjual makanan camilan dan minuman. Pengunjung juga tampak keluar masuk Indomart membeli minuman dan camilan sambil menuju ke Gedung Museum. Yang rada aneh, di seputar Museum juga ada diskotek yang tampaknya kontras dengan kondisi museum yang semestinya dengan sajian keheningan bukan dengan kebisingan.
Inovasi Pengelola Museum Sejarah Jakarta juga tampak dari penyewaan sepeda gayung dengan aneka warna yang banyak diminati para pengunjung umumnya para siswa. Ada yang nebeng dengan temannya, ada pula yang dikendarai sendiri dengan harga Rp 20.000,00 dapat untuk keliling di halaman museum. Mereka tampak bersenang-senang dan temannya mengabadikan dengan latar gedung-gedung tua peninggalan sejarah mau lampau. Sungguh kenangan yang indah menggali kejayaan masa lampau sebagai inspirasi kini untuk menatap peradaban masa depan yang lebih baik dan bermutu. Inilah momentum memuliakan sejarah masa lalu yang diperjuangkan para pahlawan sampai titik darah penghabisan. Selamat Hari Pahlawan. Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu! [T]
BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT