“A historis!” demikian penilaian seorang dosen penguji terhadap tulisan mahasiswa sejarah dalam suatu ujian skripsi pada perguruan tinggi negeri di Bali di ujung senja era Orde baru. Penilaian itu tidak luput sasaran karena sang mahasiwa tidak menulis sejarah layaknya historiografi yang kronologis dan tentunya bersifat prosesual yang terlanjur menjadi pakem penulisan sejarah di Indonesia.
Kecerobohan mahasiswa di mata dosen penguji adalah abai terhadap pentingnya urutan waktu apalagi dalam rentangan waktu yang cukup lama. Sejarah yang konvensional memang disandarkan untuk dikenang sebagai peristiwa yang teruntai dari masa lampau pada waktu (zaman) tertentu. Alhasil skripsi yang agak ambisius itu direparasi hingga lebih santun untuk dikonsumsi untuk lingkungan terbatas.
Pada saat yang hampir bersamaan, sebenarnya karya Denys Lombard telah diterbitkan dengan judul Nusa Jawa Silang Budaya: Kajian Sejarah Terpadu (1996) dari tulisan aslinya Le Carrefour Javanais: Essai d’histoire globale dalam 3 jilid telah terbit tahun 1990.
Sang mahasiswa baru sadar bahwa skripsinya ada beberapa kemiripan bentuk penulisan -walaupun tidak bisa dibilang percis dan menandingi- dengan karya Denys Lombard. Sebuah pledoi yang terlambat!
***
Denys Lombard dalam mengeksplanasikan penulisannya pada tataran temporal bersifat acak, namun mempunyai kekuatan urutan waktu berdasarkan tematis yang sangat digandrungi di belahan Eropa. Penulisan tersebut lebih dikenal dengan sejarah total atau l’histoire totale. Sejarah total lebih agresif didengungkan para sejarawan Prancis yang tergabung dalam wadah mazab Annales yang didirikan oleh Marc Bloch dan Lucian Febre tahun 1929.
Gaungnya lebih semakin nyaring dengan penerbitan junal jurnal Annales d’Histoire Economique et Sociale (“Annals Sejarah Ekonomi dan Sosial”), dan semakin populer ketika Fernand Braudel menulis La Mediterrane et le monde mediterraneen a l’epoque de philippe II (Mediterania da Dunia Mediterania pada masa Philip II). Pada era kontemporer, selain Denys Lombard berhasil dengan Sejarah Jawa a la sejarah total, sementara dari kalangan akademisi non-Madzab Annales, yakni Antony Reid bereksperimen dengan sejarah total dalam melihat kurun niaga di Asia Tenggara dengan label tulisannya, Shoutheast Asia in the Age of Commerce 1450-1680 vol. I & II (1988 dan 1993).
Ruh penulisan sejarah total terletak pada kekuatan dan kekayaan data untuk memberi tekanan eksplanasi, terutama pada sudut struktural. Umumnya warna yang mendominasi bersifat monografis, yang telah ditentukan dengan kerangka yang sistematis. Penulisan sejarah total merupakan karya akbar yang –benar-benar total- selalu tidak cukup ditulis dalam satu jilid dan tidak jarang hasil akhirnya seperti karya “ensiklopedis,” tetapi bukan ensiklopedia. Karena semua aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, etnik dan agama terkaver dalam stigma historisitas. Kekayaan data yang melimpah ruah untuk menopang bangunan sebuah rekonstruksi sejarah total yang terkadang sebuah jebakan yang menggiring penulisnya memasuki wilayah narrative history daripada yang diharapkan sebagai tulisan analityc history.
Beberapa hal yang seharusnya mendukung penulisan sejarah total justru menjadi tikungan yang menjatuhkan. Misalnya, tradisi penulisan sejarah di Indonesia memperlakukan ilmu geografi melulu sebagai latar belakang historis yang bersifat pasif. Padahal mazab Annales sangat mengandalkan pentingnya pendekatan ruang atau geografis. Celakanya, di Indonesia juga masih sumbang untuk memadukan proses diakronis dengan sinkronis, dengan kata lain sangat muskil untuk mempertautkan tulisan sejarah yang bersifat prosesual dengan struktural. Dan memang sejarawan Indonesia belum ada (sepanjang yang penulis ketahui) yang mencoba untuk menulis dengan “pena” sejarah total.
***
Bali tak ubahnya Pulau Jawa yang secara geografis merupakan pemadatan teritorial yang dibatasi oleh lautan tanpa dikurangi sejengkalpun untuk daerah lain. Sebagai satu kesatuan wilayah dalam ukuran kecil, dengan segala potensinya, seperti sosial, ekonomi, bahasa, budaya, dan agama sangat mendukung penggarapan tulisan yang bernuansa sejarah total. Jika Denys Lombard bisa menoreh karya agung (bukunya sudah cetak ulang kelima tahun 2018) dengan mengekploitasi dan mengekplorasi dari kekuatan yang dalam pada sejarah Jawa. Kenapa Bali tidak?
Tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas historiografi tentang Bali yang telah dilakukan oleh penulis asing hingga sejarawan nasional ataupun lokal -sampai kini- belum terbingkai dalam sejarah total. Penulisan sejarah total untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau sebuah pilihan bukan suatu keharusan untuk memperlakukan histosisitas Bali sebagai aset dan bahan riset akademis.
Buku Sejarah Bali: Dari Prasejarah Hingga Modern (2015) karya berbersama yang dieditori oleh I Wayan Ardika dan I Gde Parimartha. Buku dengan ketebalan 700-an halaman merupakan proyek ambisius dari penerbit Udayana University Press. Sayangnya, buku tersebut bukan karya utuh, namun karya kompilasi. Sehingga ada beberapa tema atau sudut sejarah Bali yang tidak terekam dalam buku tersebut. Terlepas dari kekurangannya, buku ini masih satu-satunya saat ini yang terpublikasi dengan “semangat” sejarah total dalam melihat sejarah Bali dalam rentang waktu yang panjang.
Kegamangan setiap sejarawan dalam mencoba menulis secara utuh adalah keandalan data yang dimiliki. Bukti keras memang penting, tetapi lebih penting adalah mengungkap sebuah peristiwa dengan bukti yang ada. Penulisan sejarah tidak pernah final dan terus menjadi bagian dari proses perubahan yang memungkinkan bisa diperbaiki jika ditemukan bukti-bukti baru yang lebih valid. Dukungan sumber literer tradisonal dan sumbangan tradisi lisan yang masih terekam dalam ingatan kolektif masyarakat merupakan bagian dari sumber-sumber berserakan, yang cukup untuk membangun peristiwa sejarah.
Merintis sebuah penulisan baru bukan berarti menjustikasi secara absolut terhadap penemuan (sejarah) baru. Yang terpenting dalam penulisan sejarah total Pulau Dewata memberikan landasan esprite de suite untuk membuka ruang diskusi bagi publik agar intens terlibat dalam wacana kritis dan akademis, sehingga cepat atau lambat akan menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk menggarap secara utuh buku babon sejarah Bali. [T]