5 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Ertic Relief -- Drawing WOJ Nieuwenkamp 1918 dan Relief di Bale Kukul Desa Takmung Klungkung

Ertic Relief -- Drawing WOJ Nieuwenkamp 1918 dan Relief di Bale Kukul Desa Takmung Klungkung

Merevisi Nukilan Sejarah Visual | “Erotic Relief” Karya Nieuwenkamp & Relief Bale Kulkul di Klungkung

Dewa Purwita Sukahet by Dewa Purwita Sukahet
February 5, 2021
in Esai

Bagi saya, sangat menyenangkan untuk mengerjakan sesuatu yang berkenaan dengan sejarah visual, sebab pada tiap lembarannya tidak hanya tulisan melainkan juga ada visual atau rupa yang ditampilkan, baik tulisan dan visual saya menyukai keduanya.

Manusia selain meninggalkan nama tentu juga meninggalkan artefak, ketika arterfak tersebut didokumentasikan melalui sketsa atau gambar pada masa lalu, yang mendokumentasikannya pun meninggalkan artefaknya, artefak itu kemudian di tulis dalam sebuah buku oleh orang lainnya, tentu ia kemudian meninggalkan buku sebagai artefak, dan begitu kemudian terus-menerus.

Berbeda dengan pencuri yang harus menghilangkan jejak dengan sengaja, di dalam dunia visual, jejak tersebut harus bertahan agar generasi selanjutnya mampu menyerap apa yang ditinggalkan oleh pendahulunya, mengapresiasinya, memuji, menyalahkan, maupun merevisi.

Merevisi saya pilih sebagai kata utama dalam judul bukan tanpa alasan, sebab ketika kita menyalahkan sesuatu (kotradiktif) seolah kita tidak terima dengan adanya kebenaran di dalamnya, dengan kata lain, menolak. Revisi dalam pengertian kamus bahasa Indonesia memiliki arti peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan (kata benda), dalam kata kerja istilah merevisi berarti memperbaiki; memperbaharui. Dengan merevisi maka akan ada lapisan atau susunan-susunan data dan analisa baru sebagai perbandingan dan pada tahap ini justru lebih memperkaya nilai sesuatu yang direvisi.

Ketika saya membuka pertama kali buku dengan judul “W.O.J Nieuwenkamp Fisrt European Artist in Bali” (1997) di tulis oleh Bruce W. Carpenter saya menjumpai sebuah relief yang menarik perhatian saya.

Alasan ingin sekali membaca buku tersebut, pertama, karena penasaran dengan nama I Ketut Gede Singaraja yang menggambar ratusan karya untuk Van der Tuuk di Singaraja, sebab W.O.J Nieuwenkamp tercatat pernah berjumpa dengan I Ketut Gede Singaraja secara langsung dan dirinya sungguh gembira luar biasa dapat berjumpa dengan pelukis yang banyak membantu Van der Tuuk dalam hal membuat ilustrasi pada akhir abad-19.

Alasan kedua, karena cukup susah untuk mendapatkan buku tersebut selain memang harganya lumayan menguras kantong untuk buku baru, jadi beruntung tahun lalu atau dua tahun lalu saya berhasil mendapatkan buku tersebut secara online dengan status barang second. Sebelumnya, saya membuka, membaca dan memfoto buku ini pertama kali di rumah seorang sahabat di Sanggulan, Tabanan, Bli Nengah Januarta yang juga ternyata meminjam buku teman baiknya. Di buku tersebut kemudian saya berjumpa dengan karya W.O.J Nieuwenkamp, tentang sebuah relief yang menarik perhatian saya itu.

Mundur sedikit ke belakang, bahwa W.O.J Nieuwenkamp lahir pada 1874 adalah seorang seniman rupa yang pertama kali berkunjung ke Bali pada tahun 1904, dan pada tahun-tahun berikutnya bolak-balik antara Belanda, Pulau Jawa, Pulau Bali, Lombok, dan beberapa pulau lainnya di Hindia-Belanda kala itu. Kunjungannya ke berbagai daerah banyak menghasilkan karya lukisan juga gambar. Saya kira aktivitasnya dalam seni rupa sebagai catatan perjalanannya, terlebih di Bali ia tidak segan-segan untuk berguru kepada seniman-seniman lokal seperti pelukis, dalang maupun undagi. Figur W.O.J Nieuwenkamp juga yang sosoknya terpahatkan pada relief orang asing naik sepeda di Pura Meduwekarang, Kubutambahan, Buleleng.

Di dalam buku yang saya bicarakan ini banyak dimuat karya lukis maupun gambar-gambar, pun ada beberapa tulisan surat-suratnya yang ditampilkan ketika di Bali, salah satunya adalah gambar sebuah relief erotis yang mencuri perhatian saya dan ia rekam dengan gambar di wilayah Klungkung.

Relief yang digambarnya menarasikan tentang seorang pria sedang telanjang bulat sedang diikat pada batang pohon, di hadapan pria tersebut ada dua orang wanita yang juga telanjang meski dibuat mempergunakan kain kamben namun justru disingkapkan yang menjadikan citranya erotis.

Drawing WOJ Nieuwenkamp 1918 – erotic relief.jpg

Pada bagian bawah gambar terdapat informasi mengenai gambar dengan judul “Erotic Relief”, medium gambarnya “pencil, pen, and ink, 22x18cm”, lokasinya ditulis “Bali” dan tahunnya ditulis “1906”, lebih dari itu pada bagian bawah informasi karya tersebut ditulis oleh Bruce W. Carpenter sebuah narasi “this erotic relief was discovered by Nieuwenkamp in the vicinity of Klungkung Palace”. Gambar dan narasi ini terdapat pada halaman 194.

Saya mengingat betul dengan gambar relief ini sehingga ketika saya mengunjungi sahabat di Griya Gde Lelandep Kemenuh, Ida Bagus Komang Sindu Putra di Desa Takmung, Klungkung yang posisi rumahnya berseberangan dengan sebuah tempat suci yaitu Pura Desa dan Bale Agung Takmung. Perhatian saya tertuju pada bale kulkulnya, setiap saya lewat di jalur tersebut hampir selalu mencuri pandangan ke arah balai kulkul hingga memastikan bahwa relief yang terpahatkan di dinding bagian barat balai kulkul adalah relief yang sama dengan gambar W.O.J Nieuwenkamp.

Bale Kulkul Pura Desa Takmung, Klungkung, Bali
 Relief erotic – Bale Kukul Pura Desa Takmung, Klungkung, Bali

Namun muncul beberapa pertanyaan, sebab narasi yang diberikan oleh Bruce W. Carpenter bahwa relief tersebut ditemukan oleh W.O.J Nieuwenkamp di daerah sekitar Puri Klungkung setelah peristiwa Puputan Klungkung berakhir dan juga pertanyaan pada penanggalannya di buku setelah saya melakukan pengecekan ulang.

Yang pertama adalah, bayangan saya tentang daerah sekitar puri yang dimaksud mungkin di sekitar pasar Klungkung sekarang, atau di sekitar Banjar Pameregan, mungkin di sekitar Pekandelan, atau di wilayah Bendul juga Lebah yang memang posisinya berada di sekitar puri, sejauh-jauhnya saya bayangkan mungkin di wilayah Desa Kemoning atau Budaga. Namun ternyata relief ini terdapat di Desa Takmung yang kurang lebih terpisahkan oleh dua sungai dari areal Puri Klungkung.

Selanjutnya adalah mengenai angka tahun, di dalam buku ditulis tahun dibuat gambarnya adalah tahun 1906 namun jika diteliti kembali pada gambar yang dibuat W.O.J Nieuwenkamp maka pada bagian bawah gambar jelas tertera nama pembuat gambar dan angka tahun dibuatnya. Dalam gambar tersebut tertulis “W.O.J.N. 27.9.1918”, tulisan berupa singkatan paling depan tentu merujuk kepada nama seniman sedangkan angkanya merujuk kepada tanggal 27 bulan September tahun 1918.

Jadi kesimpulan saya tentu ada sedikit kekeliruan terutama pada penulisan penanggalan yang dibuat oleh penulis buku, namun sebagaimana makna merevisi itu, sedikit tidaknya saya berhasil berjumpa sekaligus mendokumentasikannya dan lebih bahagianya mengetahui dimana posisi aktual relief yang digambarkan pada tahun 1918 tersebut kemudian ditampilkan pada buku yang terbit tahun 1997 dan saya merevisinya pada tahun 2021. [T]

Pohmanis, Denpasar / 5 Februari 2021

Tags: Erotic RelieferotisRelief BaliRelief ErotisSeni Rupa
Dewa Purwita Sukahet

Dewa Purwita Sukahet

Perupa, suka ngukur jalan, dan CaLis tanpa Tung

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Foto: Mursal Buyung
Esai

Bukan Caka, tapi Saka – Selamat Tahun Baru Saka, Selamat Nyepi…

NYEPI merupakan hari raya umat Hindu yang diperingati setiap tahun.  Menjelang tahun baru Saka, berbagai ucapan sudah dipasang dan dipajang ...

March 4, 2019
Foto Jayen Komang || JAYEN photography
Esai

Belajar dari Covid-19, Bangkit dengan Optomisme Normal Baru – [Refleksi Hardiknas dan Harkitnas 2020]

Hari ini tanggal 20 Mei 2020 adalah Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) yang dapat dikatakan  spesial. Harkitnas tahun 2020, mungkin di ...

May 20, 2020
Esai

Gravitasi Pasca Newton

“Plato adalah teman saya, Aristoteles adalah teman saya – tapi teman saya yang terbesar adalah kebenaran” (Isaac Newton 1642-1726) ____ ...

November 22, 2019
Ulasan

Kekerasan dan Kepiluan dalam Realita Sosial – Ulasan Buku Kumpulan Cerpen “Begal”

Sastra menurut Mursal Esten merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan mayarakat melalui bahasa sebagai ...

January 30, 2020
Foto Sugi Lanus
Esai

Sulitkah Membaca Lontar? – Catatan Harian Sugi Lanus

Saya sering berjumpa orang yang menanyakan hal yang sama: Sulitkah membaca lontar? Jawabannya: Tidak. Membaca itu gampang. Menjadi tidak gampang ...

October 19, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ketua Tim Literasi SMAK Harapan, Ni Putu Nuratni, M.Pd. dan Kepala Sekolah SMAK Harapan, Drs. I Gusti Putu Karibawa, M.Pd.
Kilas

Kupetik Puisi di Langit | Buku Puisi dari SMAK Harapan

by tatkala
March 5, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

Saṃpradāya Kuno Sampaikah ke Nusantara?*

by Sugi Lanus
March 4, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1422) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (198) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In