18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Rumput Laut Delod Ceking, Nasibmu Kini

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
September 14, 2024
inEsai
Rumput Laut Delod Ceking, Nasibmu Kini 

Pantai Pandawa tempat budaya rumput laut berubah jadi objek wisata (Foto : I Made Letra)

PADA mulanya, narasi Gumi Delod Ceking adalah narasi agraris dan maratim. Kawasan Kuta Selatan dan sekitarnya, sebelum 1980-an adalah abian bangkuang terkenal. Juwet, bekul, dan kem yang bikin kesemsem. Padi gaga yang membuat petani berjaga mengusir burung, pala bungkah (tanamanan berumbi) yang membuat senyum petani merekah dan palagantung (tanamann berbuah) yang membuat petani ingin untung. Muaranya kebutuhan pangan terpenuhi secara mandiri, ketika program ketahanan pangan belum dikenal.

Petani Delod Ceking tidak menggembar-gemborkan narasi, tetapi tetap makan nasi walaupun dengan campuran aneka produk agraris. Maka nasi jagung, nasi ubi, nasi sela pun dilahap. Bahkan di Desa Kutuh, orang-orang biasa makan nasi cacah, nasi bongkol biu, nasi bongkol gedang. Bahan makanan itu semua dari produk berkearifan lokal melalui pemujaan tiada henti : mencangkul tanah. Tanah dipuja, disayang, dan dirangkul. Berbeda dengan kini, tanah ditendang berbuah sengketa.

Di sela-sela bertani, mereka juga menjadi nelayan tradisional dengan jukung sebagai sarana pemujaan menuju laut. Belakangan jukung berubah menjadi kano yang digunakan sebagai alat transportasi membudidayakan rumput laut. Pada tahun 1980-an hingga 2010-an, nyaris 30 tahun lamanya, kawasan Pantai Geger di Banjar Sawangan Desa Adat Peminge sampai Dauh Sawang Desa Adat Kutuh adalah pantai yang terkenal dengan hasil rumput lautnya. Pantai Dauh Sawang adalah Pantai di sebelah Barat Sawang Melang yang kini lebih dikenal dengan nama Pantai Pandawa. Secara berkelakar Pantai Pandawa diakronimkan dengan Pantai Dauh Sawang, sebuah akronim berkearifan lokal. Okey juga, selain merujuk kepada kisah heroik peperangan keluarga Pandu melawan Korawa dalam kisah Mahabrata yang terkenal itu.

Begitulah nama pantai berubah telah mengubah pandangan masyarakatnya terhadap pekerjaan yang digeluti. Terjadinya perubahan drastis mata pencaharian penduduk dari petani rumput laut ke sektor jasa pariwisata berdampak pada makin kencangnya wacana pemberdayaan kepada petani rumput laut, kala itu. Apakah itu wacana basa-basi, entahlah. Ditengarai pihak pengusaha (investor) memang menginginkan laut bebas dari rumput laut karena dianggap mengganggu para wisatawan yang mandi dilaut. Apalagi petani rumput laut menanam rumput laut dengan menggunakan patok dari besi yang menimbulkan ranjau. Membahayakan, pasti.

Di tengah cibiran itu, wacana pun dibangun dan dimenangkan oleh pengusaha. Petani dikalahkan. Rumput laut tinggal kenangan. Inilah yang disebut relasi kuasa dalam Kajian Budaya. Gramscy menyebut hegemoni kekuasaan. Dalam hal ini investor sebagai penguasa, pemilik modal berhadapan dengan petani rumput laut yang tiada berdaya : menyerah.

Beralihnya petani rumput laut ke sektor jasa pariwisata telah membuat perubahan pekerjaan dari budi daya rumput laut yang memilik ekapramana (bayu) ke budaya pariwisata yang berhubungan dengan manusia yang memiliki tripramana (sabda, bayu, idep). Bekerja membudidayakan rumput laut tiadalah protes. Petani bekerja tenang sambil mengisap rokok dan minum kopi. Disela-sela pekerjaan mereka berkelompok masih bisa bersiul dan bergurau. Mereka senang dalam guyub, tenang pula dengan hasil panen, walaupun kadang-kadang gagal panen karena ulah ikan-ikan nakal.

Hal sebaliknya terjadi ketika petani rumput laut beralih ke sektor jasa pariwisata menjadi pedagang. Bekerja melayani manusia yang memiliki tripramana (sabda, bayu,idep) yang beragam karakternya tidaklah mudah, Apalagi di antara mereka juga ada yang baik dan tidak baik. Bila tidak arif bijakasana melayani, pasti akan terjadi disharmoni akibat komunikasi yang destruktif. Mereka sering saling sindir bin nyinyir. Ini membuat pelaku pariwisata sering stres karena protes bertubi-tubi. Paradok di tengah wacana Tri hita Karana. Begitulah pariwisata tampak gemilang di permukaan tetapi keropos di kedalaman.

Hal demikian diakui oleh petani rumput laut di Desa Adat Kutuh yang sebelumnya dikenal sebagai penghasil Rumput Laut terbaik kini tinggal kenangan. Bahkan Desa Adat Kutuh yang pada 2002 dimekarkan menjadi Desa Dinas berpisah dengan Desa Ungasan menjadikan rumput laut sebagai ikon yang membawanya menjadi Desa Juara Nasional (2009, 2011). Paduan rumput laut dan atraksi Paragliding yang mulai dikenal sejak 1990-an membuat Tim Penilai Lomba Desa Tingkat Nasional menggolkan Desa Kutuh sebagai bayi ajaib dengan kecepatan prestasi tinggi. Dengan kalimat lain, Desa Kutuh berhutang budi pada rumput laut. Jejakmu masih terlacak tetapi pantaimu kini makin teracak membuat kera-kera yang setia menjadi penghunimu migrasi memasuki rumah-rumah penduduk. Inilah dampak membelah tebing untuk mengais dolar.

Pantai Pandawa yang makin dikenal sebagai objek wisata yang dikelola dengan model Pariwisata Berbasis Masyarakat, kini telah meninggalkan budi daya rumput laut yang terkenal itu. Padahal, saat lomba Desa Tingkat Nasional, para petani juga diajarkan mengolah rumput laut menjadi makanan (pudding, agar-agar) selain menjadi kosmetik. Hasilnya pun menjanjikan dan tetamu serta tim penilai memujinya sebagai inovasi dan kreativitas petani rumput laut tidak hanya sebagai pembudidaya, tetapi juga mengolah pascapanen. Hasilnya nyata bagi kemajuan desa dan bagi kesejahteraan masyarakat petani.

Pada 2014 – 2019 ketika menjadi Panyarikan Desa Adat Kutuh, sekaligus menjadi Pembina Kawasan Pantai Pandawa, saya berkesempatan ngobrol dengan para pedagang di Pantai Pandawa. Katanya, pada masa jayanya rumput laut, petani rumput laut masih bisa menabung setiap bulan untuk menyekolahkan anak-anaknya, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk untuk manyama braya dan melaksanakan ritual keagamaan. Setelah berubah profesi menjadi pedagang, masa jaya itu kini tinggal kenangan dengan tatapan mata kosong. Begitulah pariwisata, gemerlap di permukaan, keropos di kedalaman.

Nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin kembali dinasikan. Padahal awal Pantai Pandawa dijadikan objek wisata, Prajuru Desa Adat Kutuh (2014 – 2019) dengan Bandesa I Made Wena sudah menawarkan program pemberdayaan petani rumput laut dengan menjadi warga binaan dibiayai desa adat. Tawaran itu tidak mendapat respon masyarakat petani. Ide besarnya, adalah petani rumput laut penjadi pemanis bagi wisatawan yang berkunjung. Ibarat vila yang menyajikan keseruan petani di sawah menghijau. Begitu pula, nelayan menjadi etalase laut bagi wisatawan menikmati panorama pantai. Jika itu berhasil dikembangkan, selain menjadi ciri pemerlain kawasan wisata, juga merawat peradaban maritim secara hakiki. Inilah sesungguhnya pariwisata berkelanjutan yang mutualistik.

Begitulah nasib petani rumput laut. Dulu berjaya, kini mati tiada berdaya dimakan gaya. Rumput laut tinggal kenangan. Itulah nasibmu kini! [T]

BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT

Di Puncak Tegeh Buhu
Desa Adat Kutuh Sebagai Desa Pemancar
Di Puncak Tegeh Kaman
Sumur Peradaban Itu Bernama “Suukan”
Bak Inpres dan Cubang Air di Gumi Delod Ceking
“Bangbang” di Gumi Delod Ceking
Gumi Delod Ceking dan Dadu yang Terbalik
Berguru ke “Ngampan” Delod Ceking
Antara Pura Gunung Payung dan Pura Batu Pageh

Tags: Gumi Delod Cekingkuta selatanNusa DuaPantai Pandawarumput laut
Previous Post

Ada Ratusan Film Pendek dari Berbagai Negara di Minikino Film Week 2024

Next Post

Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Kelahiran Joko Tole

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Kelahiran Joko Tole

Puisi-puisi Fathurrozi Nuril Furqon | Kelahiran Joko Tole

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more

“Study Tour”, Bukan Remah-Remah dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 18, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KONTROVERSI seputar pelarangan study tour sempat ramai menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah dan sekolah melarang siswa, mulai dari TK hingga...

Read more

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co