MATAKU masih terantuk pada beberapa judul lagu yang ringan, pada malam yang ranum berpendar cahaya bulan sekaligus sebal. Menghela kantuk yang tak berkesudahan juga hati yang penuh dengan kesepian. Sungguh ini coretan yang begitu absurd, seberapa dewasa manusia tidak akan terlepas juga dari sifat kanaknya.
Tiga tahun bukan waktu yang sebentar tuk menyusuri lengkung jalan dan bertualang sendirian, sembari berbenah diri dan menunggu waktu berpihak padamu. Seringkali langkahku terhenti di persimpangan melewati kerikil tajam penuh keraguan. Namun aku selalu percaya dan selalu kutanamkan pada benakku, jalan hanya ditemukan oleh mereka yang mau berjalan.
Tiba di satu malam yang dinantikan, nampaknya semesta juga sedang bermurah hati. Ponsel itu tetiba menampakkan namamu, lalu aku terburu-buru membuka pesan singkatmu, isinya soal pelangi. Ya aku teringat cuaca tadi sore yang mengantarkan bulir lembut juga rasa manis seusai hujan. Ada dua lengkung pelangi di kaki gunung, yang kami tertawakan juga guyonan kami soal apa yang ada pada ujung pelangi. Entah itu bidadari atau harta karun, dua hal yang membuat kami penuh tanya.
Bertanya membuat kami saling mencari dan saling menemukan. Yang tampak dekat tak juga tampak, pertemuan itu seperti membuka sekotak harta karun, betapa manisnya racikan sebuah perjalanan. Kau takkan pernah menduga siapa yang akan kau temui dan siapa yang akan berdampak pada hidupmu. Isi sebagian kepala tak pernah beranjak dari memori itu-itu saja. Bagaimana tidak? Lelaki itu menarik rasa penasaranku.
Pertemuan pertama dengan penuh tatap juga senyum malu yang membuncah, juga irama jantung yang mulai tak beraturan dan agak berdebar, menjerat kami pada semacam siklus yang melengkapi, selalu saja ada pengait yang membawa kami pada perkenalan dalam lingkaran ini. Begitu tidak tahu kalau kami ternyata sedang jatuh cinta, maka sungguh kitalah teka-teki itu.
Ada cemas yang reda, ini tentang hidup dari sebuah pertemuan ke pertemuan lain. Mencari, menemukan lalu berbagi senyuman. Seperti menemukan rumah yang tepat, berteduh dan bernaung di sana dari gerak-gerik cuaca yang takkan pernah habis dibaca.
Seperti lelaki yang menawarkan keteduhan dan kehangatan, lelaki melankolis yang kegemarannya memburu mentari pagi, lelaki yang teramat sungguh bagi yang begitu kukuh. Meski seringkali nyaman menjadi skeptis. Jejalin pikirannya sederas ombak, seringkali kami habiskan waktu dengan obrolan bergizi soal isu kemanusiaan, mengamati manusia lain bereaksi termasuk mempelajari masing-masing dari kami.
Lelaki yang selalu bergegas dan tak pernah main-main untuk hidup yang terlewat serius ini. Lebih daripada itu, ada sisi lain yang sering kau tunjukkan berupa beberapa ketakutan ketika kau merasa disayang, kadang juga ada rasa ketidakpercayaan, juga gambaran-gambaran masa depan yang mempertanyakan perihal tujuan hidup.
Aku tahu kamu sudah melalui banyak hal, dan lucunya lagi semua kerumitan perasaan menjadi bagian utama dari keseluruhan cinta. Semakin kubaca semakin kutemukan. Mengenalmu semakin membuatku ingin menemanimu. Aku harap hebatmu selalu membuat dirimu tetap rendah hati. Sungguh hanya orang-orang yang mengerti, paham betapa terjal dan kerasnya jalan yang sudah kau tempuh. Tumbuh dan merdekalah sepenuhnya menjadi diri sendiri. Sebab, kamu tak perlu mengikuti kebanyakan.
Hidup harus tetap dirayakan, meski terbatas tapi masih bisa dirayakan dengan kebersamaan. Kita memang sedang berjarak, tapi karena jarak juga yang membuat kita saling merindu. Kalau boleh aku diagnosis rasa-rasanya rindu ini sedang akut. Seperti pelukan yang tak berjangkau. Ada setangkup haru dalam rindu yang tak berkesudahan. Letupan-letupan perasaan yang bergiliran mencuat, dan kamu membuatku berpikir lebih sering.
Perkara-perkara rindu, kaulah yang paling paham sebenarnya rindu itu kau tujukan pada siapa. Rindu memang selalu menyihir, tak mampu dilumat oleh kata-kata. Sulit rasanya menahan rindu, tapi sekali lagi ada kamu yang menguatkan. Ternyata kita diam-diam saling mengagumi lalu sama-sama berjalan.
Mari bersama-sama belajar soal mencintai dan dicintai, bukan sesuatu yang sembunyi-sembunyi juga rahasia, karena itu memuakkan. Sepasang untuk saling menyembuhkan segala luka dan larut dalam romansa. Tentang September dan hari-hari yang akan datang, aku masih menunggumu menyelesaikan misi perjalananmu berkeliling dunia. Lalu siap membagi cerita di kartika masa. Salam hangat selalu dari perempuan yang menyimpan rindu. [T]
BACA tulisan lain dari penulis MEISA WULANDARI