26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Jappy Sanger, keynote speaker re/AKSI Vol. 01: Festival dan Pengembangan Ekosistem Kreatif, di Rompyok Kopi Komunitas Kertas Budaya, Jembrana, Bali

Jappy Sanger, keynote speaker re/AKSI Vol. 01: Festival dan Pengembangan Ekosistem Kreatif, di Rompyok Kopi Komunitas Kertas Budaya, Jembrana, Bali

Festival dan Hal-Hal yang Tak Tampak

Wendra Wijaya by Wendra Wijaya
January 20, 2020
in Khas
29
SHARES

Rompyok Kopi Komunitas Kertas Budaya nampak sepi. Kursi meja masih kosong saat gelap mulai lahir. Jappy Sanger, keynote speaker re/AKSI Vol. 01: Festival dan Pengembangan Ekosistem Kreatif, asyik bercengkrama mengenang berbagai peristiwa. Keberadaannya di Jembrana adalah “ziarah, menengok kembali masa remajanya 35 tahun silam. Sekitar pukul 20.00 Wita, orang-orang mulai berdatangan, termasuk narasumber lainnya, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana, Nengah Alit. Tak perlu waktu lama, halaman belakang rompyok telah ramai bersama kopi dan jaja bendu tersaji di atas meja.

Festival merupakan perayaan potensi. Sebab itu ideal sebuah festival sebisa mungkin mencakup berbagai potensi dan sumber daya yang ada. Di luar jangkauan tersebut, festival menjadi salah satu media komunikasi efektif untuk menegaskan sebuah brand, baik yang dikelola secara independen maupun yang menjadi inisiatif atau gagasan pemerintah.

Bali, khususnya Jembrana memiliki kebudayaan yang unik. Sebutlah itu jegog, adalah produk budaya yang luar biasa. Namun disamping upaya pelestarian, memberi pemaknaan dengan melihat kembali potensi yang dimiliki mesti dilakukan untuk memberi nilai yang berbeda. “Jegog dibenturkan dengan Krakatau (band), misalnya, akan menghasilkan nilai kapital (yang lebih besar),” tutur Jappy

Bagi co-founder Jazz Market by the Sea tersebut, kreativitas harus mampu memberi nilai tambah bagi produk budaya yang telah ada, tanpa mengusik esensi yang mendasarinya. Dalam gelar wacana yang dipantik Nanoq da Kansas, ia memberi gambaran bagaimana festival menjadi perayaan segala usia dengan mengedepankan edukasi dan selebrasi yang berujung pada perputaran ekonomi di dalam pengelolaannya, melalui tayangan video Jazz Market by the Sea 2014 yang diselenggarakannya.


Para peserta acara re/AKSI Vol. 01: Festival dan Pengembangan Ekosistem Kreatif di Rompyok Kopi Kertas Budaya, Jembrana

Sebuah festival harus melalui perencanaan yang matang pada tataran konsep, utamanya melakukan kurasi dari setiap potensi yang akan ditampilkan. Sementara pada tahap eksekusi, penting dilakukan kolaborasi agar segalanya berjalan sesuai rencana. Sebutlah itu edukasi yang ingin disuguhkan pada anak-anak adalah pengenalan terhadap binatang, maka penjajakan dan bekerja sama dengan pihak terkait bisa dilakukan. Setiap orang memiliki keterbatasan. Sebab itulah, sangat penting untuk merangkul pihak-pihak yang lebih berkompeten untuk meng-handle aktivitas yang menjadi bagian dari gagasan besar festival. “Bali Zoo, misalnya, pasti lebih berpengalaman. Kenapa kita tidak kolaborasi saja?,” ucapnya.

Selain untuk memuluskan pengelolaan, kolaborasi juga mampu mengurai kompleksitas kebutuhan festival. Kondisi ini pun berlaku untuk pengelolaan dana penyelenggaraan yang dimiliki. Dengan modal jejaring, kita bisa melakukan tawar-menawar dengan penampil yang diinginkan, setelah melalui tahap kurasi yang ketat. Kurasi ini tentu saja berkaitan dengan kemampuan si penampil untuk mendatangkan pengunjung. “Proses kurasi ini yang memakan waktu cukup lama agar acara yang kita suguhkan menjadi unik dan menarik untuk dikunjungi dengan pelibatan berbagai potensi yang ada. Jembrana pun bisa melakukannya,” jelasnya.

Pencatatan

Di luar berbagai kendala yang dimiliki, seperti waktu tempuh akses yang panjang, sesungguhnya Jembrana memiliki potensi yang lebih dari cukup untuk menyelenggarakan festival yang berdampak, baik itu secara kultural maupun ekonomi. Langkah pertama dan utama yang harus dilakukan adalah pencatatan terhadap berbagai potensi yang ada, baik itu kuliner, kriya, tempat wisata, dan sebagainya, termasuk komunitas kreatifnya. Dengan merangkul dan pelibatan berbagai ekosistem kreatif yang dimiliki, festival yang diselenggarakan akan menjadi milik siapa saja.

Bagi Jappy, ketika pencatatan sudah dilakukan, upaya yang bisa dilakukan untuk memastikan kesiapan penyelenggara adalah dengan menggelar pra event, baik melalui workshop maupun dialog dengan warga lokal. Goal-nya adalah meyakinkan warga bahwa festival yang akan digelar adalah milik mereka sehingga tanggung jawab atas keberhasilannya ada di tangan mereka. Kemudian, kegiatan ini wajib dikabarkan kepada masyarakat yang lebih luas. “Apalagi di zaman digital seperti ini, promosi menjadi mudah dan murah. Gunakan media sosial masing-masing agar penyebaran informasi semakin luas,” tambah Jappy.

Pria Jembrana yang konsisten berada di belakang layar berbagai pertunjukan lokal, nasional hingga internasional ini membayangkan, betapa Jembrana akan lebih menggeliat apabila setiap desa atau wilayah bisa merayakan potensinya, termasuk memaksimalkan unikum yang (barangkali) terlupakan. Sebagai muaranya, tentu saja adalah Jembrana Festival yang dilakukan setiap tahun oleh Pemkab Jembrana.

Jappy optimis –jika langkah ini berhasil, kerja Pemkab akan lebih ringan. Festival-festival yang ada di desa bisa digabungkan dalam satu festival besar. Maka bisa dipastikan, warga yang datang akan membludak, sekaligus menumbuhkan kebanggaan mereka karena dilibatkan penuh. Geliat ini juga (pada akhirnya) akan memunculkan keinginan warga yang merantau di luar untuk pulang dan berbuat untuk Jembrana.


Para peserta acara re/AKSI Vol. 01: Festival dan Pengembangan Ekosistem Kreatif di Rompyok Kopi Kertas Budaya, Jembrana

Jembrana memang memiliki banyak festival. Dan Pemkab Jembrana, seperti disampaikan Kadisparbud, Nengah Alit, berusaha memfasilitasi berbagai potensi yang ada. Sebab itulah, Pemkab Jembrana cukup banyak melakukan kegiatan, sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata Jembrana. “Sesungguhnya kami adalah sebagai fasilitator juga marketing, dengan mengakomodir kegiatan yang diinisiasi komunitas. Tapi kami sadari, festival yang ada di Jembrana baru pada tahap pengenalan,” ungkapnya.

Selain sebagai perayaan potensi, keberadaan sebuah festival harus menghasilkan kemaslahatan bersama, utamanya masyarakat yang berada di wilayah penyelenggaraan festival. Tidak melulu menyoal peningkatan ekonomi semata, tetapi juga dari sisi psikologi warga. Alit memberi contoh Festival Loloan Jaman Lame dan Festival Teluk Gilimanuk yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir, selalu menekankan sisi edukasi dan rekreasi dengan merangkul segala potensi yang ada di wilayah masing-masing.

“Festival Jaman Lame mendapat dukungan penuh karena edukasi dan misi budaya yang dibawanya. Kita bisa lihat pencak silat Loloan, sangat berbeda dengan pencak silat di daerah lainnya di Indonesia,” katanya.

Dengan rendah hati, mantan Guru Bahasa Inggris dan Kepala SMK Negeri 1 Negara juga mengakui bahwa meski festival di Jembrana relatif banyak, namun benang merah penyelenggaraan belum benar-benar jelas. Kendati demikian, Alit menegaskan tetap mengupayakan agar festival-festival ini bisa jalan bersama. Ia pun menyatakan kesiapan berkolaborasi dengan festival lain untuk mewujudkan festival yang berdampak dan bisa menjadi kebanggaan Jembrana. Sebagai langkah awal, Festival Teluk Gilimanuk akan menjadi pilot project. Selain sarana dan prasarana yang cukup memadai, pangsa pasar Festival Teluk Gilimanuk juga sudah mulai terbentuk utamanya di wilayah Jawa Timur. “Targetnya bukan sekedar jumlah kunjungan, tetapi juga meningkatnya kepuasan warga terhadap festival yang diselenggarakan,” tutup Alit.

Memertemukan pekerja kreatif dan praktisi festival, Jappy, dengan Alit yang berada di wilayah birokrasi menjadi upaya untuk menjembatani kolaborasi aktif-efektif antara pemerintah dengan komunitas kreatif. Setidaknya, gelar wicara tersebut mampu memunculkan kesadaran akan berbagai peluang sekaligus keterbatasan dalam berbagai hal.

Budayawan Jembrana, Dharma Santika Putra, menyebut gelar wicara tersebut berhasil membangun kesepakatan moral berupa kerja kolaboratif antara komunitas kreatif dengan Pemkab Jembrana. Di sisi lain, pemantik diskusi Nanoq da Kansas dan JCCO (Jembrana Creative City Oriented) berhasil “mengadu domba” antara dua kutub itu. Kutub Jappy Sanger disebutnya sebagai kutub profesional dan praktisi, sementara Alit berada pada kubu pemerintah dan pelaku birokrasi yang salah satu tupoksinya bersentuhan dengan kerja kebudayaan dan dunia kreatif.

Dalam kuali magesah ala Jembrana, gelar wicara re/AKSI Vol. 01 berlangsung hangat dan begitu cair. Begitu pula antusiasme berbagai kalangan yang hadir mulai dari pelajar, birokrat, pengusaha, komunitas, pengusaha hingga awak media menerbitkan keyakinan, setiap orang memiliki keresahan dan keinginan yang sama untuk membangun tanah kelahirannya.

Bahwa, banyak pihak yang ingin dan siap berkontribusi bagi tanah Jembrana. [T]

Tags: festivaljembranaKomunitas Kertas BudayaPendidikan
Wendra Wijaya

Wendra Wijaya

pengamat musik pengamat puisi, main musik juga menulis puisi

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Rias Pengantin Puluhan Juta? Ah, Santai, MUA Punya Rincian…

Hai, para pemuja kecantikan, para calon pengantin, para single yang sedang rajin nongkrong di depan Instagram dan  sibuk  gerakin jari ...

January 14, 2020
Salah satu patung ikon Kota Tabanan [Foto Radar Bali]
Opini

Revolusi, Politik dan Dinasti di Tabanan

Pada 14 Oktober 1793 ratu Prancis terakhir Marie Antoinette dihukum pancung. Ini menjadi salah satu penanda revolusi di negeri yang ...

July 19, 2020
Ist
Esai

Lebih Baik “Maceki” daripada ke Alexis

KETIKA Alexis tiba-tiba jadi bahan debat pasangan calon (paslon) Pilkada DKI Jakarta yang disiarkan secara luas melalui jaringan TV nasional, ...

February 2, 2018
Novel Kunang-kunang Hitam
Ulasan

Kunang-kunang Hitam: Sebuah Narasi Tentang Perempuan dan Alam

Judul: Kunang-kunang HitamPenulis: Geg Ary SuharsaniPenerbit: Binsar Hiras, 2020ISBN: 978-623-92658-1-4Cetakan pertama, Januari 2020, 14x20cm,166 halaman Perkembangan industri pariwisata di Bali ...

December 20, 2020
Celekontongmas the Movie. Jumpaers di Warung Celaki, Kesiman Denpasar
Khas

Celekontongmas The Movie – Tunggu Banyolan Sengap, Sokir dan Tompel, di Film Layar Lebar!

Di Indonesia, grup lawak yang biasa main di panggung, lalu main juga di film layar lebar, adalah hal biasa. Dulu, ...

November 11, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In