24 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Literasi di atas dan di bawah pohon jamblang di Bukit Gulinten, Karangasem, Bali

Literasi di atas dan di bawah pohon jamblang di Bukit Gulinten, Karangasem, Bali

Menerawang Literasi Mengambang di Pohon Jamblang

Wayan Paing by Wayan Paing
November 24, 2019
in Khas
75
SHARES

Di Banjar Gulinten, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem, terdapat gerakan literasi sederhana untuk anak-anak, yakni menulis dan membaca buku sembari memanjat pohon jamblang. Ini kegiatan sederhana, di sebuah lokasi perbukitan yang indah, dengan pemandangan yang menarik. Bagaimana kegiatan itu terjadi?


Membaca buku di perbukitan di bawah pohon-pohon, di Gulinten, Bunutan, Abang, Karangasem, Bali

Pohon Jamblang

Pohon  jamblang. Pohon yang  mempunyai buah dengan rasa  asam sepat ini, di Bali dikenal dengan nama juwet. Tumbuhan yang bisa berkembang biak dengan biji atau pun cangkok ini, semakin lama semakin langka.

Setidaknya ada dua penyebabnya menjadi langka. Pertama, terkenal sebagai tanaman liar dan kurang produktif, menjadikannya kurang mendapat perhatian dan kurang populer untuk dikembangbiakkan. Kedua, kayunya lebih banyak digunakan sebagai kayu bakar karena kurang baik dijadikan bahan bangunan.

Pada saat kekurangan kayu bakar, jamblang dijadikan sasaran pertama. Kalau tidak ditebang, dahan dan rantingnya dipangkas dan menunggu tumbuh di tahun berikutnya. Tujuannya sama: dipangkas lagi dan dijadikan kayu bakar. Begitu seterusnya, sehingga pertumbuhannya kurang baik untuk menghasilkan buah yang bagus.

Padahal di Filipina, pohon yang buahnya kaya vitamin A dan C ini dijadikan anggur dan dibudidayakan untuk tujuan komersial. Sedangkan bagian-bagian dari pohonnya, dari kulit, daun, dan buah, banyak digunakan sebagai bahan obat. Baik secara tradisional maupun ekstaksi.

Buah jamblang biasa dimakan segar, kadang ditambahkan garam dan gula, lalu dikocok dalam wadah tertutup agar menjadi lunak dan sepatnya berkurang.

Buah yang diistilahkan dengan tahi ayam yang tergantung itu, tidak pernah kehilangan masa untuk tetap digemari. Bukan hanya anak-anak, tapi juga semua lapisan umur. Tentu saja takarannya adalah tempat-tempat di pedesaan maupun di pegunungan atau lebih rendah, di perbukitan.

Buahnya yang mulai lebat di ujung kemarau membuat jamblang menjadi penawar dahaga bagi masyarakat yang sedang mencari runmput atau kayu bakar di lereng-lereng perbukitan yang jarang terdapat sumber mata air. Rasanya yang beragam, manis dan sedikit asem, bahkan ada beberapa yang sangat asem, dan selalu meninggalkan warna ungu di lidah sehabis menyantapnya, menjadi penawar haus dan lapar di tengah aktivitas yang jauh meningggalkan rumah tanpa membawa perbekalan.

Memanjat pohon dan memilih buah yang benar-benar matang, menjadi sensasi tersendiri. Terutama bagi anak-anak dan remaja. Semilir angin yang membuai, seakan menyuruh kita untuk berlama-lama berada di tempat itu. Tapi, bagi masyarakat yang sudah terbiasa menjalani aktivitas itu di sela pekerjaan pokok mencari rumput atau kayu bakar, sudah paham betul. Mencari jamblang dengan rayuan angin semilir, jangan sampai mengeringkan keringat. Keringat yang mengucur saat bekerja, lalu istirahat sampai keringat itu kering, akan menyisakan satu hal yang seakan sudah pasti:mengantuk.


Membaca di lapak pohon, asyiknya….

Literasi

Untuk mengingat kembali masa-masa “kejayaan” jamblang yang mulai pudar, tidak ada salahnya mengajak anak-anak untuk berteduh di bawah pohonnya sambil membawa beberapa koleksi buku yang ada atau dimiliki oleh anak-anak yang kita ajak.

Kegiatan yang kemudian dipadukan dengan kegiatan lain, seperti: bercerita, melukis, atau menulis dan membaca puisi boleh jadi menjadi kegiatan yang akan “memanggil” mereka untuk melakukannya di musim-musim mendatang. Menggali cerita-cerita yang menghiasi jamblang seperti kejadian orang terjatuh dari pohonnya atau kisah penjual jamblang di sekolah, tentu akan membangkitkan memori untuk mengungkapkan kisah-kisah masa kecil lainnya. Masa kecil yang seakan tidak akan bisa terulang pada generasi selanjutnya akibat tergerus jaman saat ini.

Tugas kita yang sebenarnya adalah mengarahkan mereka dan diri kita sendiri untuk mau menuliskan itu semua sebagai suatu kegiatan literasi untuk “menyelamatkan” masa-masa yang tidak akan terulang tersebut. Disinilah peran sebagai pegiat literasi akan terlihat, apakah mampu dan mau mengambil bagian pada kegiatan-kegiatan “yang tidak keren” tersebut.

Jika dikreasikan dengan baik, musim jamblang tentu dapat dijadikan ajang kegiatan literasi agar lebih membumi. Begitu juga halnya, temapt-tempat lain yang jauh lebih keren dengan buah lokal yang lebih keren, tentu menyediakan wadah untuk kegiatan yang lebih keren pula.

Literasi di kebun durian, di kebun rambutan, atau mangga, tentu akan menumbuhkan kreasi yang semakin beragam. Begitu pula, kegiatan literasi sambil berburu kopi luwak, bisa jadi dapat dipadukan dengan berbagai materi pelajaran yang relevan, sehingga tidak mengurangi waktu efektif anak belajar di rumah.


Awas jatuh

Demikian halnya berbagai kegiatan seni dan olahraga yang rutin dilaksanakan, kegiatan literasi akan tampak elegan untuk disisipkan. Pengurus sanggar-sanggar tari, perkumpulan olahraga beladiri, dan sebagainya dapat menyediakan berbagai bahan literasi untuk disajikan pada saat-saat istirahat.

Kalaupun selama ini belum banyak yang mampu dan mau melakukannya pada kedua aktivitas di atas, setidaknya, kita, yang bersepakat untuk mengabdikan diri sebagai pegiat literasi, mulai mengarahkan pandangan mata dan sasaran kegiatan ke tempat-tempat tersebut.

Tergantung kesiapan insan penggerak untuk memulai dan melaksanakannya sekaligus menjaga keajegan pelaksanaannya. Sehingga literasi yang sudah digalakkan tidak menjadi gerakan hangat-hangat tahi ayam. Apalagi tahi ayam yang tergantung seperti istilah bagi buah jamblang. Dalam posisi tergantung, tahi ayam yang hangat pasti lebih cepat dingin dan tentu saja menjadi terkatung-katung. [T]

Tags: alamkarangasemLiterasi
Wayan Paing

Wayan Paing

Lahir di Gulinten, 6 April 1983. Menjadi guru di Ababi, Abang, Karangasem. Saat mahasiswa suka sastra dan teater yang kini ingin ditekuninya kembali

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Istimewa
Essay

Waste Management Solution for Better Tourism

Indonesia has been known as one of the world's tourist destinations with more than 900 tourist destinations. Based on data ...

March 4, 2019
Ilustrasi: tatkala
Opini

Level IV (Awas) Gunung Korupsi di Indonesia

  SAMA halnya dengan gunung yang tertinggi di Bali yakni Gunung Agung yang belakangan ini erupsi. Peningkatan status bencana menjadi ...

February 2, 2018
Foto-foto: repro/istimewa
Esai

12 Naskah Teater Karya Bung Karno: Soekarno, Frankenstein & Indonesia Tanpa Nyawa

Ada 12 naskah drama yang ditulis Bung Karno di Ende-Flores (serta seluruhnya pernah dipentaskan di Ende-Flores) dan beberapa naskah drama ...

April 4, 2019
Net
Esai

Abrakadabra! Apakah Soekarno Langsung jadi Hebat? – Mendidik Anak Lewat Rupiah Baru

ORANG Indonesia, khususnya para penghuni dunia maya, memang cerewetnya minta ampun. Segala hal dikomentari dengan kemampuan analisis seadanya. Kalau disuruh ...

February 2, 2018
Bagian dari lontar "Lelanang"
Peristiwa

Ada Lontar “Lelanang” & “Pangrapet”, Memperbesar & Mempersempit – Catatan Penyuluh Bahasa Bali 2017

  JIKA tidak ada Penyuluh Bahasa Bali di bawah naungan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, mungkin banyak “masa lalu” yang terkubur ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co [diolah dari sumber gambar di Google]
Esai

Skenario Besar di Balik Tambahan Lirik Lagu “Bintang Kecil” di Bali | Meli tipat sing ada dagang

by Gede Gita Wiastra
January 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1356) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In