26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto ilustrasi Google

Foto ilustrasi Google

Pendidikan Indonesia Naik Gojek, Ke Mana Arahnya?

Safitri Saraswati by Safitri Saraswati
November 22, 2019
in Esai
30
SHARES

Saya senang sekali mendengar kabar bahwa Nadiem Makarim diberi mandat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia. Keputusan Bapak Presiden Jokowi ada benarnya juga. Indonesia butuh pemimpin yang mampu berinovasi, keluar dari lingkup dan aturan lama, pemimpin yang segar dan sudah terbukti mampu menciptakan suatu perubahan besar bagi negeri ini.

Ketika kita mendengar nama Nadiem Makarim, tentu yang kita pikirkan adalah Gojek. Sebuah aplikasi yang kini mewabah dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat tak hanya di perkotaan namun juga mulai merambah ke daerah-daerah pelosok.

Teringat kemudian bagaimana saya memanfaatkan jasa Gojek untuk mengirim kerajinan tangan lontar dari Desa Bona, Gianyar ke sebuah artshop di Kerobokan, Badung. Gojek  luar biasa menghemat waktu, mempermudah dan mempersingkat segalanya, meski masih terdapat begitu banyak hal yang perlu dibenahi secara sistem namun menurut saya hal yang paling banyak perlu pembenahan adalah pada SDM alias sumber manusianya.

Tentu tidak jarang kita sebagai pengguna mendapat sikap yang kurang menyenangkan dari driver, driver yang sesungguhnya kedudukannya sebagai mitra namun kerap kali berperilaku seperti karyawan dengan melakukan demo dan beragam permasalahan lain yang tentu memberikan bumbu bagi khazanah per-digital-an di Indonesia.

Era saat ini adalah era yang baru bagi kita. Bahwa hampir seluruh rakyat Indonesia hari ini boleh dikatakan sudah melek teknologi meskipun masih bisa kita temui anak-anak yang buta huruf dan belum mampu mengenyam pendidikan namun presentasenya sudah amat jauh berkurang dibandingkan satu atau dua dekade silam.

Dan apabila saya boleh memikirkan, dalam alam pikiran saya, pendidikan di Indonesia bukannya jelek atau tidak efektif namun hanya kurang tepat guna. Sebagai contoh, dengan adanya silabus, RPP dan kawan-kawannya para siswa dan guru terkadang dibuat seperti berlomba untuk menuntaskan tiap materi ajar yang diberikan tenggat waktu hanya 1 tahun (2 semester).

Pernahkah terpikirkan oleh kita apakah para siswa benar-benar mengerti dengan segala yang diajarkan selama 2 semester tersebut? Apa makna pendidikan di negeri ini sebenarnya?

Apakah hanya mengejar selembar kertas yang disebut ijazah lalu ketika dilepas ke dunia kerja alih-alih mampu bersaing yang terjadi justru semua berlomba menghalalkan segala cara demi mendapat pekerjaan di pemerintahan hanya karena iming-iming kepastian kerja dan pengeluaran SK yang akhirnya nanti bisa digadaikan bila sewaktu-waktu nanti membutuhkan dana segar?

Alam pikiran saya kembali bergejolak, saya memikirkan bahwa sekolah seharusnya adalah tempat belajar, tempat mendidik. Tempat siswa memperoleh pengajaran dari hati oleh tenaga tenaga pendidik yang juga bekerja dari hati, tak perlu risau perihal uang dapur karena pemerintah akan mencukupkan semua asal tidak meninggikan standar hidup seperti mengharapkan gaji guru supaya bisa beli apartment mewah..kalau begitu tidak usah jadi guru lah, cari saja pekerjaan lain yang kiranya bisa memenuhi standar keinginan tersebut.

Juga semakin kesini semakin saya lihat degradasi moral yang menukik jauh ke bawah dari para generasi kekinian. Bila dulu menghormati guru kita lakukan dari hati (atau bisa juga karena takut) tapi setidaknya tertanam dalam benak para siswa bahwa guru adalah sosok yang wajib dihormati tapi apa yang terjadi saat ini, begitu banyak kasus-kasus kekerasan yang dilakukan murid pada guru dan juga sebaliknya. Hal tersebut tentu merupakan hal yang sangat darurat dan membutuhkan penanganan segera.

Kembali lagi pada alam pikiran saya, bagaimana jika putra – putri Indonesia diberikan healing atau penyembuhan dari akar, dari dasar. Orang tua diharapkan dapat mempercayakan putra-putrinya untuk dididik dan dibentuk di Lembaga sekolah. Sehingga tidak ada lagi orang tua – orang tua yang mencak-mencak bila anak-anaknya diberi sanksi oleh guru.

Juga perihal sistem pendidikan, bagaimana jika anak umur 3 – 10 tahun bersekolah dimana dalam kurun waktu tersebut mereka diberikan pengajaran moral. Hanya pengajaran moral. Bisa dibuatkan juga silabus dan RPP-nya, seperti cara menghormati orang yang lebih tua, cara mengantri, cara berbicara di depan umum, cara memandang perbedaan dalam kehidupan kebhinekaan sehingga kelak tidak ada tercetak generasi yang menulis sumpah serapah di sosial media, dibaca jutaan orang dan ditujukan kepada seseorang yang mungkin tidak mereka kenal, atau tidak ada lagi putra-putri Indonesia yang mudah tercuci otak dan pikirannya sehingga melakukan suatu tindakan keji meledakkan bom dengan iming-iming surga.

Pendidikan moral yang kuat yang seharusnya menjadi dasar dari segala dasar bagi tiap putra-putri bangsa sehingga nanti ketika mereka telah menginjak usia 12 tahun mereka bisa memilih ilmu apa yang mereka sukai dan ingin kuasai dan mereka bisa belajar selama kurang lebih 8 tahun, sehingga tidak ada lagi kisah lulusan dokter yang menentang orang tua lalu kemudian menjadi pelukis atau lulusan sarjana hukum yang menjadi tukang parkir.

Yang pasti di usia 20 tahun mereka bisa menjadi ahli-ahli muda yang telah dibekali dengan Pendidikan moral dan juga keahlian akan sesuatu yang mereka pilih sendiri untuk kemudian keahlian tersebut dapat mereka gunakan untuk membangun bangsa ini. Sungguh saya teramat setuju dengan wacana Revolusi Mental yang didengung-dengungkan Bapak Presiden Jokowi, moral generasi penerus kita betul-betul memang perlu digembleng dan diubah total.

Melayang jauh alam pikiran saya, namun tiba-tiba saya tersentak. Rupanya itu suara anak saya, ia meminta bantuan saya untuk mengerjakan PR-nya, kelas 4 SD, materi Bangun Ruang dan Bangun Datar.

Namun kembali alam pikiran saya menyeret saya begitu jauh membayangkan seandainya anak saya yang baru berumur 9 tahun ini lebih banyak belajar tentang bagaimana cara ia seharusnya membangun mimpi, tanpa banyak memedulikan cemoohan cemoohan orang atau opini-opini miring di luar sana dan kelak bila ia sudah berusia 12 tahun ia bisa memilih ilmu apa yang hendak ia pelajari. Kira-kira ilmu apa yang akan ia pilih? Ilmu Bumi, Ilmu Hayat?

Kembali lamunan saya buyar, ia merengek meminta saya yang mengerjakan PR nya, sementara anak saya malah log in ke aplikasi Gojek. Mau pesan terang bulan keju, katanya. [T]

Tags: gojekPendidikan
Safitri Saraswati

Safitri Saraswati

Lahir di Denpasar, 17 Juni 1989. Menulis puisi yang dimuat di berbagai buku antologi puisi, antara lain Puisi “Cinta” diterbitkan dalam antologi Puisi Makna Dalam Kata. Juga menulis artikel/konten pada website seperti Kamantara, Hipwee, Babe.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Areal perkebunan di Mupubati Farm, Bangli, milik seorang seniman film. Foto: FB/Dwitra J Ariana
Opini

Aktivis, Petani, dan Pencarian Jati Diri Orang Bali

  SEORANG kawan bercerita saat kami bertemu tentang aktivitasnya kini menjadi petani di kampung halamannya. Ia sangat bersemangat dan antusias ...

February 2, 2018
Karya Nyoman Erawan
Puisi

Puisi-puisi GM Sukawidana: Upacara Muara Teluk Benoa

UPACARA MUARA TELUK BENOA (karena kau telah minum, putu satria kusuma) putu, apakah kau minum tuak, arak, atau …? mari ...

June 2, 2019
Foto-foto Dok Minikino
Khas

Empat Remaja Menjadi Juri Internasional di Minikino Film Week 5

Youth Jury Camp 2019 telah dilangsungkan selama 3 hari di Mash Denpasar, sejak Jumat (21/6) sampai Minggu (23/6/2019). Youth Jury ...

June 29, 2019
Dalang Wicaksandita. /Foto: Santana
Khas

Wicaksandita: Mendalang, Menjaga Marwah Leluhur

  SECARA esensial, kesenian wayang kulit adalah media pencerahan. Melalui cerita epos terkenal Mahabarata dan Ramayana, wayang memberi sesuluh, memberi ...

February 2, 2018
Pisang bali dan pisang susu dari Desa Siakin, Kintamani, Bangli
Khas

Pisang Susu dari Desa Siakin, Legenda Rasa yang Hampir Punah | Perlu Dibuatkan SE?

Hujan gerimis menjelang sore ketika kabut putih terlihat di atas bukit hutan kintamani. Di situ ada sebuah desa. Di desa ...

February 18, 2021

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In