21 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Gde Aryantha Soethama (duduk paling kanan) saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Internasional Sastra Indonesia di Bali 10-13 Oktober 2019

Gde Aryantha Soethama (duduk paling kanan) saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Internasional Sastra Indonesia di Bali 10-13 Oktober 2019

Konflik Kasta dan Adat Dalam Kesusastraan Bali Modern

Gde Aryantha Soethama by Gde Aryantha Soethama
October 13, 2019
in Opini
71
SHARES

Kritikus sastra Bali modern, Nyoman Darma Putra, mengungkapkan kegundahan sastrawan Bali menghadapi kenyataan sekitar, banyak yang dikembangkan menjadi karya fiksi dengan latar belakang konflik kasta dan adat. Darma mencatat, kegalauan itu sudah muncul sejak tahun 1926, tatkala majalah Surya Kanta yang terbit di Bali Utara memuat drama berjudul “Kesetiaan Perempuan”. Sejalan dengan makin banyaknya lahir pengarang Bali, karya- karya yang menggarap masalah kasta dan adat pun kian ramai. Majalah Surya Kanta dikenal kukuh menentang feodalisme dan menyajikan pemikiran reformis, terbit dari Oktober 1925 sampai September 1927.

Mengapa pengarang Bali getol menggarap masalah adat dan kasta? Mengapa mereka seperti memiliki kesepakatan atau keterikatan untuk terus menerus mengungkap masalah-masalah tradisi itu tanpa khawatir terjadi kejenuhan? Apa yang mereka cari dari tema-tema yang monoton itu? Mengapa tema adat dan kasta memiliki daya pikat luar biasa bagi pengarang Bali?

Bali sering dipuji karena memiliki masyarakat dengan komunitas saling menghargai, penuh tenggang rasa, hidup dalam pola keseimbangan antara alam, pribadi-pribadi dan Tuhan. Namun sejak lama pula orang-orang tahu kehidupan adat dan kasta di Bali adalah sumber konflik di tengah masyarakat. Konflik-konflik adat itu bentuknya beraneka ragam, sangat kompleks, berlarut-larut, dan sering tergelincir menjadi dendam atau pertentangan sangat tajam antar-kelompok. Banyak warga desa adat yang terjebak dalam perselisihan ruwet yang sangat peka, yang kalau dirunut awal penyebabnya hanyalah masalah sepele, seperti perselisihan anak muda yang kemudian membawa-bawa nama desa adat.

Kehidupan adat dan kasta di Bali memang kaya ketenteraman, namun juga kaya konflik. Seorang pengarang sangat membutuhkan konflik agar cerita tampil memikat. Dalam pelajaran mengarang prosa paling dasar pun sudah diketengahkan, cerita yang datar, tanpa konflik, tak akan pernah menarik, pasti menjemukan. Sebaliknya, cerpen, novel, roman, yang sangat kaya konflik, memiliki peluang besar menjadi masterpiece. Konflik dianggap esensi sebuah cerita. Jika si pengarang lihai, ia bisa mengolah konflik itu menjadi bermacam sumber pertentangan, bermacam gaya pertikaian, yang kalau diramu dengan penokohan, akan menjadi cerita penuh pesona yang sangat menggairahkan untuk dikunyah pembaca sampai habis. Kisah Mahabharata atau perang mahadahsyat Bharatayudha, adalah contohnya.

Sungguh tak mudah mencari tema cerita yang kaya konflik. Banyak pengarang berhari- hari mencari inspirasi untuk mendapatkan konflik itu, namun tak kunjung memperolehnya. Sementara masalah adat dan kasta di Bali justru menyuguhkan konflik yang kompleks itu, yang memiliki peluang lebar untuk dimekarkan dalam cerpen atau novel.

Konflik-konflik adat dan kasta itu tidak terpaku sebagai pertentangan antar-individu, atau antar-kelompok, namun juga menjadi konflik terbuka dengan konflik batin tokoh-tokoh cerita. Keberhasilan meramu konflik-konflik adat dengan konflik batin ini tentu menghasilkan cerita yang khas daya tariknya. Seperti itulah antara lain keunggulan yang dimiliki cerpen “Ketika Kentongan Dipukul di Balai Banjar” karya Nyoman Rastha Sindu yang dinobatkan sebagai cerpen terbaik majalah sastra Horison tahun 1969.

Tatkala buku antologi cerpenis Bali dalam bahasa Inggris, Bali Behind the Scene, yang dikerjakan oleh penerjemah Vern Cork, diluncurkan di Ubud, Agustus 1996, seorang kolektor lukisan, pemilik museum dan galeri, Sutedja Neka, berbincang dengan pemerhati kebudayaan Bali, Putu Suasta, ketika rehat minum jus. Sutedja Neka berkata pada Suasta, bahwa peluncuran antologi pengarang Bali dalam bahasa Inggris itu merupakan peristiwa besar, karena baru kali itu diperkenalkan aneka karya fiksi tentang Bali oleh orang Bali atau mereka yang bermukim lama di Bali.

Putu Suasta melengkapi pendapat Sutedja Neka itu dengan mengatakan, bahwa karya-karya fiksi tentang Bali dalam bahasa asing (Inggris) sudah lumayan banyak, namun harus diakui tidak sebanyak karya nonfiksi. Banyak antropolog, sosiolog, dokter, ahli linguistik, penulis pariwisata, penari, sejarawan, koreografer, musisi, yang menulis kehidupan masyarakat Bali dalam bahasa asing. Banyak diantara buku itu yang dicetak ulang berkali-kali, menjadi best seller, bahkan menjadi buku klasik, tersebar luas, dicari-cari oleh mahasiswa, para pakar, dan pembaca umum dari berbagai bangsa.

Tapi, mengapa sedikit cerpenis, novelis asing yang menulis tentang Bali? Kesulitan apakah yang mereka hadapi? Padahal cukup banyak pengarang asing yang pernah tinggal lama di Bali. Mereka justru kemudian menulis catatan perjalanan atau tulisan yang mengarah pada pengkajian antropologi atau sosiologi yang cenderung menjadi tulisan populer.

Adat istiadat Bali, tentu termasuk hal ihwal kasta di dalamnya, punya keunikan sangat menarik untuk diamati, namun justru tidak gampang untuk ditulis dalam bentuk fiksi oleh orang luar. Dalam karya nonfiksi si penulis bisa berdiri bebas dengan kacamata objektivitas, menulis dengan kaidah yang sudah teruji, dengan teori-teori klasik atau modern yang sudah mereka kuasai. Mereka punya jarak dengan objek yang ditulis, karena mereka menggunakan pengamatan tanpa perlu melibatkan perasaan. Kalau ingin sukses menulis cerpen atau novel tentang komunitas di Bali, mereka mesti melibatkan perasaan.

Karena adat istiadat Bali kompleks dan ruwet, perlu waktu pendalaman cukup lama untuk bisa masuk memahaminya, agar bisa menghadirkan tokoh cerita yang terlibat dalam kemelut konflik adat dan kasta itu. Soal pematangan inilah yang menyebabkan karya-karya pengarang fiksi dari Barat tentang China atau Jepang tidak sanggup menyuguhkan irama seindah kalau ditulis sendiri oleh pengarang China atau Jepang. Karya-karya Pearl S. Buck tentang masyarakat Tiongkok tidak seindah karya pengarang China. Shogun karya James Clavel kalah indah dan kalah memikat tinimbang Musashi atau Oshin, tidak sekuat karya-karya Yasunari Kawabata dan Yukio Mishima.

Itulah kelebihan karya fiksi. Ia menjadi karya otentik, khas, karena tidak seperti karya ilmiah yang menggunakan metode sudah ada milik orang lain. Karena itu, karya-karya yang punya orientasi kultural tampaknya jauh lebih bagus kalau digarap oleh mereka yang mengalaminya langsung, oleh mereka yang lahir dan dibesarkan di lingkungan yang mereka tulis.

Ditilik dari peluang untuk menghasilkan cerita yang bagus, sebenarnya bersyukurlah para pengarang Bali, karena mereka memiliki adat istiadat yang tak hanya terus menerus menjadi penyangga harmoni kehidupan, tetapi juga merupakan sebuah warisan yang memiliki banyak titik terciptanya konflik. Namun, kendati konflik-konflik itu sudah tersedia di depan hidung seorang pengarang, tetap saja dituntut keterampilan tinggi untuk menuliskannya untuk menjadi cerita memikat, tidak terjerembab menjadi cerita hasutan. Salah menuliskan, konflik adat dan kasta yang menarik dari kaca mata pengarang fiksi, bisa menjadi alat memperparah keadaan anti-kemapanan.

Sebaliknya, keberhasilan mengangkatnya menjadi cerita menarik, akan meluruskan kekeliruan pemahaman tentang nilai-nilai tradisi, dan memperjelas pengertian posisi dan peran kasta. Ia akan menjadi kisah-kisah kemanusiaan tentang masyarakat yang memperjuangkan harkat dan kebebasan mereka. Sebab, banyak adat istiadat ketinggalan zaman yang dipertahankan, tanpa diiringi kemampuan mengaktualisasikannya, yang justru memperkeruh keadaan, dan menyuburkan feodalisme. [T]

*Tulisan ini disampaikan Gde Aryantha Soethama dalam Seminar Internasional Sastra Indonesia di Bali yang diselenggarakan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar-Bali, 10-13 Oktober 2019

Tags: balikonflikkonflik adatsastrasastra bali modernSeminar Internasional Sastra Indonesia di Bali
Gde Aryantha Soethama

Gde Aryantha Soethama

Dikenal sebagai wartawan kawakan, penulis esai dan cerpen. Bukunya Bolak Balik Bali ditetapkan sebagai buku nonfiksi terbaik oleh Pusat Bahasa (2006). Kumpulan cerpennya Mandi Api meraih penghargaan Khatulistiwa Literary Award (2006). Tahun 2016 diberi penghargaan Kesetiaan Berkarya oleh Kompas.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi dari penulis
Dongeng

Si Manusia Kodok

by I Ketut Suar Adnyana
April 17, 2021
Esai

Tantangan “Ngayah”, Individualisme dan Era New Normal

Penulis: Putu Budi Juniantari Dewasa ini banyak krama desa yang tidak menjalankan kewajibannya untuk ngayah di pura. Alasannya adalah karena ...

December 22, 2020
Kredit foto: https://canestra.wordpress.com/
Esai

Surga Itu Bernama Bali – Tidak Ada Salahnya Orang Bali Liburan Dulu di Bali

  KEINDAHAN Pulau Bali tak perlu diragukan lagi. Banyak yang menghabiskan waktu liburannya di pulau yang juga dijuluki sebagai Surga ...

February 2, 2018
Salah satu karya dalam pameran seni rupa di Undiksha Singaraja [Foto: Mursal Buyung]
Puisi

Puisi-puisi Manik Sukadana # Nanti, Kau Ingin Nama Anak Kita Siapa?

KEDAI EMBARA Bayangkan setelah tutup mata, warna tiada, hitam putih, ketikan dan kertas, merah, bungkus renyah lidah, biru, tangkup alir ...

January 25, 2020
Lukisan: Ketut Kabul Suasana
Puisi

Angga Wijaya# Sajak-sajak Jakarta

SUBUH DI JAKARTA Adzan pagi ini membangunkanku Suaranya masuki keheningan hati Orang-orang terbangun dari tidur Berangkat mencari penghidupan Syahadat menggema ...

February 23, 2019
Putu Wisnu Nugraha
Esai

Curhat Singkat HUT Korpri dari Anak Petani yang Jadi PNS

SUATU ketika ada seseorang yang bertanya kepada saya, “Gimana kok bisa jadi PNS? Berapa nyuap? Siapa backing-nya?” Pertanyaan yang sering ...

November 29, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Dok Minikino | Begadang
Acara

[Kabar Minikino] – Indonesia Raja 2021 Resmi Diluncurkan Untuk Distribusi Nasional

by tatkala
April 17, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (69) Cerpen (163) Dongeng (14) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (353) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In