27 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: FB/Wiartana

Foto: FB/Wiartana

Membayangkan Denpasar Seperti London

Angga Wijaya by Angga Wijaya
February 2, 2018
in Opini
30
SHARES

 

LONDONISTAN adalah julukan terbaru bagi London. Yang menciptakan julukan tersebut adalah jurnalis terkemuka Melanie Phillips yang melukiskan betapa besar pengaruh Islam terhadap ibukota Inggris di masa kini.

Jaya Suprana dalam sebuah tulisannya dengan bernas mencermati fenomena Londonistan tersebut. Disebutkan Suprana, Sejak 2001 sampai dengan 2016, di London telah didirikan 423 mesjid baru sementara sekitar 500 gereja telah ditutup. The Hyatt United Chuch dibeli oleh umat Islam dari Mesir dan diubah menjadi masjid. Sama halnya dengan gereja Santo Peter diubah menjadi masjid Madina. Masjid Brick Lane semula adalah sebuah gereja Methodist. Bukan hanya bangunan yang berubah sebab pada tahun 2016 jumlah kaum mualaf di kota Londonistan meningkat dua kali lipat.

Suprana juga menulis gejala Londonistan sekadar ekspresi perubahan peta demografik keagamaan di Inggris di mana kebetulan agama Nasrani sedang mengalami masa pasca kematangan sementara Islam sedang mengalami masa pertumbuhan dan hal tersebut adalah wajar sebagai bentuk perubahan peradaban yang tak perlu dianggap sebagai mimpi buruk di malam hari.

Membaca tulisan Suprana saya teringat Denpasar. Ibukota provinsi Bali ini juga mengalami perubahan demografik keagamaan sejak beberapa dasawarsa terakhir. Penduduk Denpasar kini tak hanya orang Bali yang beragama Hindu namun juga pendatang dari Jawa, NTB dan NTT yang notabena beragama Islam dan Kristen. Menurut data statistik, jumlah penduduk pendatang di Denpasar lebih dari 31 persen dari 840.000 penduduk Denpasar, termasuk yang berasal dari berbagai kabupaten di Bali.

Meski tak sama persis dengan yang terjadi London yakni tumbuh pesatnya tempat ibadah suatu agama, hadirnya kaum pendatang di Denpasar direspon dengan sikap kontradiktif oleh orang Bali. Di satu sisi pendatang diterima dengan ramah atas nama toleransi dan di sisi lain ada sikap resistensi, dibuktikan dengan adanya wacana Ajeg Bali yakni penguatan identitas lokal atas kaum pendatang yang disinyalir mengamcam eksistensi penduduk lokal.

Pertumbuhan penduduk pendatang yang kian pesat dan nyaris tanpa batasan membuat Denpasar kini menjadi kota yang sangat heterogen. Bisa dibayangkan, sepuluh atau dua puluh lagi jumlah penduduk pendatang bisa menyamai atau bahkan melebihi penduduk lokal. Hal ini tentu menimbulkan berbagai perubahan. Bukan hal yang mustahil di masa depan  walikota Denpasar bukan orang Bali yang beragama Hindu melainkan warga pendatang yang non-Hindu, seperti halnya London kini yang memiliki walikota Muslim.

Kasus penuntupan tempat ibadah oleh kelompok yang mengatasnamakan suatu agama di beberapa wilayah di Indonesia atau pertumbuhan tempat ibadah suatu agama di London menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah penganut sebuah agama bisa menjadi ancaman bagi umat agama lain. Semoga hal itu tak terjadi di Bali yang masyarakatnya dikenal damai sejak dahulu kala.

Meski belum ada gejala ke arah Islamophobia, resistensi terhadap warga pendatang patut dicermati bersama agar tidak menjadi api dalam sekam. Perlu ada kebijakan pemerintah yang membatasi pertumbuhan penduduk pendatang walau hal itu sulit dilakukan mengingat Bali adalah wilayah NKRI dan setiap warga negara berhak menempatinya. Membangun kesadaran hidup bersama juga perlu ditumbuhkan, sebagaimana pepatah “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.”

Resistensi terhadap penduduk pendatang juga bisa menjadi komoditas politik, terutama bagi politikus rasis yang pandai menggunakan isu rasial untuk meraih dukungan. Kasus penolakan pembangunan padmasana di kantor kelurahan Loloan Barat, Negara-Jembrana beberapa waktu lalu yang ramai diperbincangkan di media sosial dan menimbulkan keributan bisa dijadikan contoh isu rasial merupakan hal sensitif  dan dijadikan komoditas politik yang bisa menimbukan perpecahan.

Denpasar memang bukan London. Perubahan peta demografik keagamaan bisa terjadi dimana saja, Hal ini perlu didiskusikan bersama sehingga bisa ditemukan jalan keluar. Jangan karena atas nama SARA kita menutup diri terhadap masalah yang kenyataannnya benar-benar ada di sekitar kita. Jangan pula setelah ada masalah kita lalu terperangah dan baru sadar bahwa ada yang tak beres dengan keberagaman kita lalu mencari pembenaran atas apa yang terjadi. (T)

Denpasar, 1 September 2017

Tags: agamabalidenpasartoleransi
Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Lukisan Nyoman Erawan
Puisi

Rai Sri Artini# Cara Mengenangmu, Pohon Puisi, Sungai di Belakang Rumah

SABDA PALON /1/ Udara malam berdesir Membelai perut buncitmu Sepotong cahaya lahir Seusai ketuban pecah dari rahim mulut Selarik kidung ...

February 2, 2018
Pentas Drama Musikal dari Palawara Musik Company
Kilas

Pentas Palawara: Tragedi Karma Bumi – Drama Musikal yang Beda

  PERTUNJUKAN drama musikal ‘Tragedi Karma Bumi’, memberi warna penampilan yang berbeda. Pesannya pas, musiknya kuat. Yah, Minggu malam di ...

February 2, 2018
Ilustrasi foto: Mursal Buyung
Opini

Dari (Praktik) Upacara Menuju (Nilai) Teologis dan Diakhiri Penghayatan Diri

Belum lama saya menggeluti studi tentang peradaban masyarakat di pegunungan Bali, utamanya adalah kawasan Cintamani Mmal (perbukitan Kintamani), dimana Batur, ...

July 10, 2019
Foto: Mursal Buyung
Esai

Sekar Sumawur: Dialog Kosong tentang Tunjung Tutur Danau Tamblingan

  TUBUH duduk di atas perahu, dayung sudah di tangan, dan danau sudah dalam ketika penyeberangan akan dimulai. Kepada diri ...

February 2, 2018
Ulasan

“Bakat Menggonggong”, Cerpen-Cerpen yang Mengonggong di Kepala

Luar biasa. Dua kata itu yang bisa menggambarkan secara general bagaimana perasaan saya setelah membaca sebuah buku bersampul biru tua ...

January 15, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Hilangnya Peran Notaris Dalam Pendirian PT UMKM

by I Made Pria Dharsana
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In