26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: Putik

Foto: Putik

Sandal yang Mengajarkan Kebenaran

Dudi Saputra by Dudi Saputra
February 2, 2018
in Opini
13
SHARES

PADA usia yang masih terbilang masih muda (kira-kira masih SMP-SMA), seorang guru ilmu tauhid  menerangkan kepada saya bahwa di dunia ini tidak ada pandangan yang salah, hanya keliru.

Analogi sederhananya begini: seperti manusia yang menggunakan sandal, hanya yang satunya tepat sebelah kanan dan kirinya, sedangkan yang satunya tertukar antara yang kiri dan kanan, sedangkan salah itu ketika sandal digunakan untuk kepala (rata-rata guru tauhid atau mungkin guru tarikat memberikan wejangan-wejangan yang sederhana tapi ngena begini).

Untuk masa seusia muda itu, saya masih memahaminya dengan sederhana. Namun seiring waktu, semenjak saya mendalami filsafat barat, filsafat islam dan tasawuf secara lebih serius (walau masih belum bisa dianggap mapan), saya tahu – kebenaran  itu tidak lagi berbentuk oposisi biner, bahwa selain benar adalah salah – melainkan bahwa kebenaran tak lebih dari gradasi kebenaran.

Yang dimaksud objektifitas adalah rangkaian relasi antara yang mengetahui dan diketahui secara berjenjang, bahwa mungkin saja dua hal berbeda, bukan berarti yang satunya benar dan satunya salah, melainkan bahwa satunya benar sedangkan yang lain juga benar tapi dengan kacamata (paradigma) yang berbeda.

Seperti obat batuk, antara ilmu kedokteran modern dan ilmu tradisional, dua-duanya memiliki efek dan mujarab, sehingga bentuknya bukan lagi negasi, bahwa pengobatan modern mutlak benar dan pengobatan tradisional mutlak salah. Melainkan kedua-duanya memiliki kemungkinan kebenaran yang memiliki dampak jika syarat-syaratnya terpenuhi.

Pemahaman ini saya dapatkan dari pandangan sufistik/tauhid Nusantara (para Wali Songo, termasuk Syekh Siti Jenar), Tasykik al-wujud dari Mulla Sadra, logika induksi Baqir Shadr, dan juga pandangan hermenetika-filosofis Barat (Heideggerian).

Bahwa pandangan ini tidak berarti menjadikan kebenaran itu nihilistik, relatif dan absurd, melainkan meyakini bahwa kebenaran itu ada, hanya sifatnya dinamis, terus bergerak dan selalu meniscayakan adanya kemungkinan-kemungkinan.

Dari titik ini, saya mendapati pemahaman yang inklusif, tenang melihat perbedaan dan kokoh dalam keimanan yang dilandasi argumentasi burhani dan ishraqi (penyaksian spiritual), bahkan dalam tataran saintis (progressifitas di level materialitas).

Dulu, selama di Bali, saya selalu menganggap pandangan agama Hindu itu keliru, namun kini saya tidak lagi berseloroh seperti itu, melainkan saya berpandangan bahwa: mungkin saja mereka benar, karena mereka memiliki pandangan dunia yang seperti ini dan seperti itu.

Yah, sama halnya LGBT, secara pandangan dunia saya, tentu menolaknya dan pasti tak akan melakukan praktik itu. Tapi, jika ada orang lain yang meyakini itu benar dengan paradigma mereka, yah itu hak mereka untuk memilih kehidupan demikian. Tapi bukan berarti saya bertindak pasif menerima begitu saja, kita bisa saja menolaknya, tapi dengan landasan argumentasi dan tanpa memaksa.

Bukankah Qur’an menjelaskan seperti ini: jelaskan kebenaran itu dengan hikmah dan cara yang baik, sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang benar. Dan saya bukan Allah, karenanya saya tidak bisa menganggap pandangan saya ini mutlak benar, hanya kemungkinan benar, itu saja. (T)

Tags: agamafilsafatPengetahuan
Dudi Saputra

Dudi Saputra

Nama lengkapnya M.Dudi Hari Saputra. Menyelesaikan pasca sarjana di jurusan Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada. Kini sekretaris eksekutif pada Indonesia Public Policy dan Business Development Network

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Marianta (sumber foto akun facebook Andy Karyasa Wayan)
Khas

Bocah Sekolah 6 Jam Jalan Kaki dan Terciptanya Wisata Alam di Gulinten, Karangasem…

Sudah baca tulisan tentang destinasi wisata Lahangan Sweet di kawasan di Banjar Dinas Gulinten, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali? Tulisan ...

September 19, 2019
Esai

Lock Down & Hari Raya Nyepi, Sebuah Pengakuan Sekaligus Peringatan?

Saat China atau Italia memutuskan negaranya lock down, dari kita ada yang mencibir, kami telah melakukannya sejak lama, setahun sekali, ...

March 18, 2020
Cerpen

Seloyang Pizza

PULUNG menatap sobekan koran di hadapannya. Entah koran tertanggal berapa. Entah dari mana Pulung mendapatkannya. Sepanjang hari selalu dia sempatkan ...

December 2, 2018
Sumber foto: muchlis/menpora.go.id
Esai

“Diserang 7 Hari 7 Malam”, Indonesia Harus Tetap Tegak

LEWAT di depan warung, di sebuah desa di Jembarana, orang-orang Indonesia yang sedang ngopi masih membicarakan semifinal Piala AFF 2016, ...

February 2, 2018
Foto: Mursal Buyung
Esai

Tidak Ada Alam, Tidak Ada Puisi Hari Ini

  AKU mengenal tulisan berupa sajak abad 7 masehi masa kerajaan Sriwijaya, aku biasa menulis kepada batu yang biasa kita ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In