16 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
http://etabloidgalangkangin2.blogspot.co.id/2013/01/main-ceki-tanpa-judi-edisi-12013.html

http://etabloidgalangkangin2.blogspot.co.id/2013/01/main-ceki-tanpa-judi-edisi-12013.html

Bali: Pulau Seribu Pura, Seribu Hotel, dan Seribu Meja Ceki

Made Nurbawa by Made Nurbawa
February 2, 2018
in Opini
32
SHARES

PULAU Bali memang unik, destinasi pariwisata dunia yang memberi penghidupan bagi banyak orang di tanah negeri, anugerah Tuhan yang patut kita syukuri. Karena keunikan budaya dan tradisinya, orang menyebut Pulau Bali dengan banyak istilah, seperti Pulau Dewata, Pulau Sorga, Pulau Seribu Pura. Dan belakangan, dengan penuh seloroh, ada juga yang menyebut Bali Pulau Seribu Hotel. Dan lebih berseloroh lagi, Bali juga disebut Pulau Seribu Meja Ceki.

Bagaimana Bali bisa disebut Pulau Seribu Meja Ceki?

Permainan kartu yang paling populer di kalangan masyarakat Bali adalah kartu ceki. Sepertinya permainan ini sudah mentradisi, tidak bisa lepas dari kehidupan krama Bali baik di desa maupun di perkotaan. Permainan ceki biasanya dimainkan oleh warga saat ada hajatan, hari raya, dan terutama saat megebagan (begadang di rumah keluarga/tetangga yang sedang berduka karena ada yang meninggal dunia). Tetapi permain ceki juga sering dimainkan oleh warga mengisi waktu luang sebagai hiburan dan dimainkan antar tetangga terdekat.

Kartu ceki yang ada saat ini terbuat dari kertas yang terdiri beberapa corak dengan empat warna dominan yaitu dibagian depan corak/gambar terdiri dari kombinasi warna putih, hitam dan merah disesuaikan dengan penamaan kartunya dan dibagian belakang hanya satu warna yaitu hijau polos tanpa gambar atau corak.

Permainan ceki dimainkan oleh  lima orang dalam satu meja. Satu kali putaran bisa membutuhkan waktu antara 20-30 menit. Banyak warga memilih bermain ceki  karena memiliki aturan yang lebih banyak dan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Justru karena itulah permainan ceki mampu menciptakan sensasi dan nilai hiburan yang lebih dibandingkan permainan kartu lain. Sensasi yang dimaksud seperti adanya unsur kompetisi, ketrampilan, kecermatan, intuisi, mental, karakter, seni, ketahanan tubuh, komunikasi, sosial budaya  dan sebagainya.

Antara Judi dan Rekreasi

Dalam bermain ceki sering pemain menggunakan taruhan uang, maka permainan ceki sempat diidentikkan dengan judi. Hingga akhirnya pada tahun 2012 atas inisiatif Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Bali permaian ceki dikaji dengan melibatkan kalangan budayawan, akademisi, ahli sejarah, tokoh agama dan para cendikiawan lainnya untuk merancang metode permainan ceki yang mengedepankan sisi sportifitas, rekreasi, pendidikan dan sosial budaya.

FORMI sendiri adalah Induk Organisasi yang dibentuk atas mandat UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahrgaan Nasional di bawah koordinasi Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Disimpulkan oleh para cendikiawan saat itu bahwa permainan ceki perlu dilestarikan karena tidak selalu identik dengan judi.

Ada banyak sisi lain dari peramainan ceki yang diyakini dapat memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat di Bali. FORMI kemudian menetapkan permainan ceki sebagai salah satu olahraga rekreasi. Sejak tahun 2012 FORMI Bali terus mensosialisasikan permainan ceki ke berbagai kalangan dan komunitas sebagai salah satu olahraga rekreasi dengan sistem permaianan menggunakan nilai, bukan uang.

Sejarah Permainan Ceki

Sejak kapan permainan ceki dimainkan di Indonesia? Dan sejak kapan kartu ceki diproduksi di Indonesia? Tidak banyak refrensi yang menyebutkan angka tahun tentang kartu dan permainan ceki ini. Mengungkap sejarah ceki di Indonesia bisa mengungkapkan jejak peradaban, teknologi dan budaya di Indonesia terutama akulturasi budaya nusantara dengan dunia barat dan negeri timur khususnya Cina.

Beberapa sumber menyebutkan di beberapa negara di Asia Tenggara ceki atau cekian juga disebut “koa” atau “pei” yaitu sejenis permainan kartu yang merupakan kegiatan berjudi tradisional yang dilakukan turun temurun. Permainan kartu ceki dikatakan bersumber dari permainan kartu purba yang pernah dibuat di negara Cina kuno dan permainan kartu ceki merupakan sumber dari permainan mahjong/mahyong yang sekarang menjadi tren bagi kaum chinese di beberapa negara di dunia.

Kini popularitas permaianan ceki di Malaysia dan Singapura mulai menurun, namun masih tetap populer di Indonesia. Melihat ceki bersumber dari permainan kuno maka mengungkap sejarah permaian ceki secara tidak langsung bisa memberi petunjuk tentang perkembangan peradaban dan budaya suatu suku bangsa.

Tekhnologi Cetak

Sangat mungkin permaian dan kartu ceki terus mengalami perkembangan sesuai perkembangan jaman. Hal itu tidak lepas dari perkembangan pengetahuan khususnya teknologi gambar dan tulis diatas suatu benda sebagai cikal bakal dibuatnya kartu Ceki seperti sekarang ini. Bebebarapa literatur menyebutkan, budaya menuliskan atau menggambar di atas benda sudah ditemukan di Cina sekitar 150 SM.

Begitu juga kertas mulai ditemukan di Cina pada abad awal. Sedangkan teknik cetak sudah mulai dilakukan oleh bangsa Cina dan Korea sejak 1000 tahun silam yaitu membuat gambar atau tulisan di atas benda lain seperti lempengan tanah liat, daun lontar atau lempengan kayu seperti teknik stempel yang ada sekarang.

Sedangkan mesin cetak ditemukan pertama kali oleh Johann Gutenberg di Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 masehi. Pada era Revolusi Industri di Eropa tahun 1800 an perkembangan mesin cetak mengalami perkembangan pesat. Era industrialisasi memungkinkan mesin cetak dibuat dengan tenaga uap dan otomatis.

Di Indonesia penggunaan kertas mulai digunakan untuk membuat uang kertas yang diberlakukan oleh VOC antara tahun 1783-1811 masehi. Sedangkan pabrik kertas pertama di Indonesia dibangun Belanda di Padalarang Jawa Barat pada 22 Mei 1922 yaitu PT Kertas Padalarang (Persero). Pada awalnya pabrik ini bernama Naamloze Vennootschaap (NV) Papierfabrieken Padalarang dengan Direktur pertamanya Ir. C. W.J. Hoyer.

Perusahaan ini merupakan cabang dari NV. Papierfabriken Nijmegen yang ada di negeri Belanda. Sejak awal berdiri perusahaan ini mengalami perkembangan pesat, terbukti tahun 1935 dibuka cabang di Leces, Probolinggo Jawa Timur. Setelah Indonesia merdeka tahun 1958 seluruh perusahaan milik Belanda di ambil alaih oleh pemerintah Indonesia salah satunya termasuk (NV) Papierfabrieken Padalarang.

Kembali ke permainan kartu ceki, pengaruh budaya Tionghoa sangat kental. Permainan kartu ceki juga disebut “péh-pai” atau kartu putih, adalah contoh yang menarik. Kartu ini terdiri dari enam puluh kartu yang terdiri dari tiga puluh gambar berbeda. Kartu itu dicetak hitam putih pada karton kecil berukuran 5,7 x 2,8 cm; pada beberapa kartu diberi penekanan dengan warna merah. Karena kartu ini populer di Jawa, maka masyarakat juga menyebutnya dengan nama kartu Jawa.

Sangat mungkin model kartu ceki yang ada sekarang sudah muncul pada tahun 1925 sehubungan sejak tahun 1922 di Indonesia sudah berdiri pabrik kertas di Padalarang Jawa Barat dan kartu ceki terus dimodivikasi baik dari segi bahan maupun coraknya (visual).

Informasi yang kami kumpulkan di lapangan, seorang kakek kelahiran tahun 1920-an mengaku melihat kartu ceki dengan jenis dan corak yang ada seperti sekarang ini “Sampun napet” (maksudnya bentuk dan coraknya sudah sama seperti yang ada sekarang). Jika kartu ceki sudah ada jauh sebelum tahun 1925-an sangat mungkin kartu ceki didatangkan dari luar negeri.

Seribu Meja Ceki

Di tengah kemajuan kepariwisataan Bali terbukti permainan ceki tetap eksis menjadi permainan rakyat dan turun temurun. Maceki atau bermain ceki sepertinya sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Dengan demikian tidak berlebihan jika ada yang berseloroh, “Bali itu  Pulau Seribu Pura, Seribu Hotel dan Seribu Meja Ceki”.

Bali disebut seribu meja ceki, hitung-hitungannya, di Bali terdapat 1488 Desa Adat. Sangat mungkin di masing-masing desa adat setiap harinya ada saja orang main ceki dan memiliki meja ceki. Apalagi belakangan banyak digelar Turnamen Ceki dengan sistem yang diperkenalkan oleh FORMI (seperti permainan kartu Remi atau Bridge).

Turnamen Ceki  bisa diikuti oleh 300 – 500 orang atau sekitar 60-100 meja. Belum lagi permainan yang dilakukan ditengah komunitas pakraman, maka sangat mungkin di Bali sudah dibuat ribuan meja ceki dan setiap hari/minggu/bulan/tahun ada hari ribuan orang yang bermain ceki.

Permainan Ceki di Ruang Tradisi

Bagaimana ceki di ruang-ruang tradisi Bali? Permaian ceki di ruang-ruang tradisi banyak dilakukan saat megebagan (bergadang di rumah warga atau tetanga yang sedang kedukaan atau ada orang meninggal). Atau waktu lowong di sela-sela persiapan yadnya besar dengan rentang waktu persiapan yang panjang, ada juga maceki dilakukan saat “mekemit” (saat jaga malam di Pura).

Tidak ada sastra yang menyebutkan permaian ceki adalah bagian dari prosesi upacara yadnya, permaian ceki hanya dilakukan di sela-sela pelaksanaan tugas dan tentunya di tempat yang pantas dengan tujuan untuk menghibur diri sehingga bisa mengembalikan inspirasi serta dapat menghilangkan rasa lelah dalam tubuh (refreshing). Dengan demikian tidak ada yang mempersoalkan. Mengapa?

Pada umumnya dalam sebuah komunitas adat di Bali sudah terbangun etika dan norma-norma tidak tertulis dan sudah disadari oleh krama. Maceki di ruang tradisi dan budaya bukanlah hal sembarangan,  walau menggunakan uang hal itu semata-mata agar ada rasa persaingan bukan mengutamakan mencari uang (judi). Jika ada yang mengarah ke perjudian dalam arti mencari keuntungan uang biasanya secara alami sulit dilakukan, lawan pasti tidak semua sepakat atau memilih untuk berhenti bermain.

Namun harus diakui di tengah masyarakat Bali permainan ceki yang mengandung unsur perjudian atau motif mencari keuntungan pasti ada. Biasanya banyak dilakukan saat hari raya atau menjelang digelarnya sebuah pertunjukan/keramaian. Permainan dengan kartu ceki pun bisa beragam, ada dengan pola biasa atau ada juga permainan Cap Beki dengan peserta yang lebih banyak dan aturan yang lebih rumit.

Tentu permainan ceki dengan motif judi memiliki latarbelakang, teknis dan peserta yang berbeda dengan permainan ceki yang dilakukan di sela-sela prosesi yadnya. Berdasarkan pemahaman tatanan budaya yang ada akan sangat mudah dibedakan antara permainan ceki yang mermotif  hiburan (rekreatif) dengan permaian ceki yang bermotif judi.

Ada pandangan bahwa permainan ceki di sela-sela persiapan yadnya sangat penting sebagai ajang hiburan dan keakraban antar warga. Pendapat ini tentu tidak salah. Jika kita perhatikan permainan ceki yang dilakoni oleh 5 orang pasti akan menciptakan sebuah kerumunan, belum lagi warga lain yang ikut menonton, maka jumlah orang yang berkumpul di satu meja ceki akan lebih banyak.

Dengan demikian pasti diantara mereka ada saja yang megesah (ngobrol) dengan beragam topik. Biasanya obrolan akan terasa lebih ringan walau sejatinya topik yang dibahas cukup berat. Artinya permainan ceki menciptakan ruang-ruang berkumpul bagi warga untuk mendiskusikan beragam penomena sosial dengan cara yang santai, ringan dan penuh humor.

Dari sini sangat jelas sesungguhnya bukan permaian ceki yang dibutuhkan warga tetapi adanya kebutuhan untuk berkumpul atau berdialog dalam ruang-ruang akrab dengan rasa persaudaraan. Saat menonton orang meceki orang yang belum saling kenal bisa berkenalan.

Kerumunan orang maceki  sering kali menjadi “terminal” awal bagi warga yang baru pertama kali datang ke rumah duka. Saat datang, sebelum bertemu tuan rumah atau orang yang dikenal, seseorang sering menuju kerumunan orang main ceki sambil melihat situasi sekitar, baru pelan-pelan menyesuaikan dengan keadaan.

Tentu dalam ruang-ruang tradisi ada sarana lain yang bisa dimanfaatkan agar orang berkumpul dan saling mengenal, misalnya dengan pementasan pertunjukan seni seni tari dan gita/kidung. Belakangan ada juga yang mulai memutar film/vedio wayang kulit atau lawak tradisional. Tentu aspek teknis akan menentukan apakah  media lain akan membuat warga nyaman untuk berkumpul dan berdialog.

Misalnya saat megebagan, jika menonton wayang melalui media elektonik tentu tidak mungkin bisa berdialog dengan nyaman, bisa-bisa konsentrasi warga lainnya bisa terganggu. Begitu juga dengan mekekidung,  tentu tidak bisa dilakukan sambil becakap-cakap, karena melantunkan kidung tidak bisa dengan sembarangan karena mengandung unsur tattwa dan filsafat keagamaan, sehingga permaian ceki tetap menjadi solusi yang murah dan praktis.

Bisa dikatakan eksisnya permainan ceki di Bali karena mampu menjadi media rekreatif (penyegaran dan hiburan). Jangan salah, prosesi upacara yadnya persiapannya bisa berhari-hari bahkan dilakukan hingga tengah malam. Hanya permainan ceki-lah yang bisa menjadi media yang murah meriah untuk “ngibur” agar pikiran dan stamina tetap segar.  Melalui permainan ceki ruang rekreasi dan keakraban tercipta sehingga semuanya dapat berjalan harmonis. Kodisi yang harmonis inilah sesungguhnya sebuah  “energi budaya” ala Bali menciptakan rasa persatuan dan kesatuan, gotong royong dan keakraban. Tanpa adanya keakraban dan saling kenal saat bekerja pasti akan terasa beban fisik maupun pikiran.

Belakangan turnamen ceki banyak digelar sebagai ajang penggalian dana untuk pelaksanaan upacara yadnya besar atau pembangunan balai desa. Jadi permainan ceki, disebut judi atau tidak tergantung motif awal pelaku dan memberi dampak apa? Dalam ruang tradisi ceki dilakukan justru bertujuan untuk melancarkan pelaksanaan upacara yadnya. Belum pernah ada kasus sebuah upacara yadnya batal karena warganya maceki.

Memahami permainan ceki di Indonesia dan Bali khususnya, tanpa sadar kita belajar sejarah, tradisi dan sosial budaya masyarakat nusantara. Ada banyak sisi dan dampak positif dari permaian ceki yang perlu kita maknai kembali.  (T)

Tags: balijudiolahragapermainanTradisi
Made Nurbawa

Made Nurbawa

Tinggal di Tabanan dan punya kecintaan yang besar terhadap tetek-bengek budaya pertanian. Tulisan-tulisannya bisa dilihat di madenurbawa.com

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co || Satia Guna
Cerpen

Jalan Kehilangan || Cerpen Ozik Ole-olang

by Ozik Ole-olang
January 9, 2021
Megibung olahan rebung di Desa Pedawa, Buleleng, Bali
Khas

Megibung Rebung di Desa Pedawa

Jika kau ke Desa Pedawa di Kecamatan Banjar, Buleleng, kau menemukan banyak hal masih asli dan original. Tak usah sebut ...

March 1, 2019
Ilustrasi: Dek Omo
Opini

Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum: Modernisasi vs Industrialisasi

DUNIA pendidikan, modal utama dalam perkembangan peradaban manusia. Inovasi-inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir terlahir di dalamnya.  Sejarah perubahan ...

February 2, 2018
Karya Ida Bagus Tugur yang tersimpan di rumah I Gusti Made Deblog
Arsip Komunitas Gurat Institute
Esai

Lukisan Kacang Goreng || Mengenang Ida Bagus Tugur melalui I Gusti Made Deblog

Awal dekade 70-an, sebuah proyek ambisius mulai dikerjakan di Taman Werdhi Budaya Art Centre yang berlokasi di Jalan Nusa Indah, ...

December 22, 2020
Esai

Kenapa Dinosaurus Punah, Virus Tidak?

Dinosaurus hidup di Bumi pada zaman yang disebut sebagai Era Mesozoic yang berlangsung pata 252 sampai 66 juta tahun yang ...

May 14, 2020
Direktur Program Minikino Film Week 5 Fransiska Prihadi (Foto: Dok Minikino)
Acara

Minikino Film Week 5: Bali International Short Film Festival, Memperkuat Jaringan Nusantara dan Internasional

Minikino Film Week (MFW)-Bali International Short Film Festival kembali digelar seminggu penuh, 5-12 Oktober 2019 mendatang. Di tahun kelima festival film ...

September 30, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Cokorda Gde Bayu Putra || Ilustrasi tatkala.co/Nana Partha
Khas

Sosok Alm. Prof. Dr. Tjokorda Rai Sudharta M.A || Pembuka URW Media Tahun 2021

by Cokorda Gde Bayu Putra
January 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

RĀGA: MEMUJA KESADARAN UNIVERSAL SIWA DI KEMULAN

by Sugi Lanus
January 15, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (148) Dongeng (10) Esai (1346) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (307) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (95) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In