21 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: Mursal Buyung

Foto: Mursal Buyung

Bukan Salah Sejarah, jika Takut pada “Hantu” dalam Sejarah

Gusti Ayu Ratna Sari by Gusti Ayu Ratna Sari
February 2, 2018
in Opini
61
SHARES

SUDAHKAH baca berita terbaru di negeri ini? Saat sebuah ormas demo di depan Mabes Polri, bendera merah putih yang kita banggakan ditulisi kata-kata yang saya sendiri tidak bisa baca dan artikan maknanya, apalagi ditambah gambar dua pedang menyilang.

Sempat terpikir bahwa orang Indonesia seperti mereka ternyata memiliki jiwa seni berlebih, saking berlebihnya mereka menuangkan karya seni bukan pada tempatnya. Jangan-jangan mereka pikir bendera sederhana yang hanya terdiri dari dua warna, merah dan putih, itu terlalu biasa sehingga mereka ingin berinovasi di atasnya.

Tapi mari kita doakan saja bakat seni berlebih mereka itu bisa tersalurkan dengan baik, mungkin mereka bisa membuat mural di tembok lapas agar penjara di Indonesia bisa lebih indah. Atas izin Kapolri tentunya.

Sebenarnya saya tidak ingin ngomongin bendera merah putih dalam peristiwa itu. Ada yang lebih menarik perhatian saya. Lagi-lagi nama PKI disebut-sebut dalam demo itu, seperti banyak demo sebelumnya.

Harus saya akui dengan jujur, sampai detik ini saya sedikit gagal paham ketika banyak orang begitu takut kepada PKI yang sudah dilenyapkan lebih dari 50 tahun yang lalu. Saya bisa paham bahwa negara ini memiliki ideologi sendiri yaitu Pancasila yang kita akui dan sepakati bersama sebagai dasar negara yang tidak akan pernah kita ubah. Saya juga paham bahwa TAP MPRS no 25 tahun 1966 masih berlaku  Tapi apa hanya karena itu?

Sejak zaman Orde Baru, kebencian terhadap PKI selalu dihubungkan dengan sebuah peristiwa berdarah paling mengerikan yang merenggut nyawa jenderal-jenderal AD saat itu. Peristiwa itu diberi nama G30S dan pemerintah menunjuk PKI sebagai otaknya.

Yang penasaran, skenario peristiwa itu bisa ditonton dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI karya Arifin C. Noer. Tapi apakah yang digambarkan dalam film itu benar? Tidak ada yang bisa menjamin 100%. Karena sebuah peristiwa masa lalu tidak pernah bisa digambarkan kembali 100%.

Ketika saya membaca sebuah artikel opini yang mengatakan bahwa hampir tidak mungkin penulis sejarah benar-benar jujur,  saya tidak mendebat opini itu karena memang demikian adanya. Jujur dalam konteks ini adalah mengungkap sebuah peristiwa di masa lalu sebagaimana adanya saat itu.

Saya sendiri berkeyakinan hanya Tuhan dengan keajaibannya yang bisa memperlihatkan peristiwa semacam itu. Bahkan saat ada dua orang menjadi saksi mata peristiwa yang sama, tidak jarang mereka melihatnya dengan cara yang sangat berbeda.

Dalam tahapan orang ingin menulis sejarah, sebelum data diolah menjadi sebuah tulisan maka ada tahap interpretasi, pemaknaan. Pemaknaan tentunya adalah hasil dari pemikiran dan pengetahuan pribadi penulis tentang apa yang dia temukan. Ini sama seperti sudut pandang saat kita melihat sebuah kasus, dengan sudut pandang tersebut kita akan bisa berkomentar atas kasus tersebut.

Dan saya pikir, subjektivitas yang ditunjukkan dalam proses interpretasi inilah yang membuat banyak orang men-judge dan menurunkan derajat sejarah sebagai ilmu menjadi cerita karangan bahkan dongeng semata.

Mungkin ada andil guru sejarah, tapi jelas ini bukan salah sejarah. Saya rasa kasus PKI bisa dijadikan contoh yang cukup bagus. Jika saya tanya, apa yang kita ketahui tentang PKI atau  sejarahnya? Apa yang sebenarnya kita pahami tentang komunisme?

Saya cukup ragu jika kita akan bisa menjelaskan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan lancar. Saya tidak berharap bahwa jawaban atas dua pertanyaan tersebut lagi-lagi akan dijawab dengan menyebut tanggal 30 September 1965 atau kudeta atau tujuh jenderal yang diculik yang kita hormati sebagai pahlawan revolusi.

Hal-hal tersebut mungkin berhubungan, tapi terlalu berlebihan rasanya jika kita membenci setengah mati sebuah ideologi atau kelompok (yang sudah dilenyapkan) berdasarkan satu peristiwa saja.

Buktinya, kita tidak sebenci itu terhadap kelompok-kelompok lain yang juga pernah memberontak kepada negeri ini bahkan secara jelas ingin membangun negara atas dasar ideologi selain Pancasila. Jika kita belajar sejarah, tentu kita tahu itu.

Kenapa juga kita tidak marah saat kurang lebih tiga juta (pengakuan Sarwo Edhie) anak bangsa dibinasakan dan banyak di antaranya tanpa proses hukum karena dituduh PKI? Dengan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada pahlawan, perlakuan itu seikit tidak adil karena toh mereka sama-sama manusia Indonesia.

Dan jika kita yakin bahwa seorang sejarawan hampir tidak mungkin mengungkapkan kebenaran 100%, maka bukan sebuah dosa jika kita mulai meragukan isi buku sejarah yang pernah kita baca saat SMA dulu.

Ragukanlah, lalu cari tahu dari sumber lain, maka kita sesungguhnya sedang dalam proses belajar menjadi kritis. Jika ini terjadi di dalam kelas saya, maka ini sesungguhnya adalah tantangan yang menyenangkan bagi seorang guru sejarah.  Sayangnya kebanyakan orang saat mulai meragukan sejarah malah berhenti bertanya dan akhirnya tidak akan pernah menemukan jawaban yang cukup meyakinkan.

Seringkali dalam aktivitas di media sosial, beberapa teman begitu mudah membagikan sebuah berita dengan judul yang sangat provokatif dan menarik, namun ketika dibaca isinya tidak sesuai judul. Fenomena itu membuat saya berasumsi bahwa jika ada orang yang sering terjebak dengan hal-hal remeh seperti ini, bukan tidak mungkin kita juga sedang terjebak untuk membenci sesuatu yang sesungguhnya isinya tidak kita ketahui secara pasti.

Kita sebenarnya jarang mau tahu apa yang dicap sebagai musuh kita itu. Bagaimana kita tahu ideologi itu jahat jika kita tidak pernah memahami isi ideologi itu? Itu sama seperti kita bersikeras bahwa jeruk itu pasti asam padahal kita tidak pernah makan jeruk, sehingga kita tidak pernah tahu bahwa ada jeruk yang manis.

Jika kita tak tahu dan tak mau tahu tentang “sesuatu” dalam sejarah, itu sama juga dengan kita menciptakan “hantu” dalam sejarah, lalu kita takut sendiri. Jika begitu, jika kita tidak tahu, jika tidak mau tahu, tentu ini bukan salah sejarah toh. (T)

Tags: Komunismerah putihPendidikansejarah
Gusti Ayu Ratna Sari

Gusti Ayu Ratna Sari

Lahir di Kaliasem, 16 Desember 1994. Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha. Senang belajar sejarah, bicara politik dan beroganisasi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi dari penulis
Dongeng

Si Manusia Kodok

by I Ketut Suar Adnyana
April 17, 2021
Jean Paul Sartre/theparisreview.org [diambil dari IDN Times]
Esai

Pernikahan, Sartre dan Berang-berang Pacarnya

Seorang teman yang nasib hidupnya tak lebih baik setelah menikah, bertanya kepada saya yang memang mempunyai rencana menikah dalam waktu ...

February 14, 2021
Danjen Kopassus Mayjen TNI Nyoman Cantiasa dan bapaknya Sastrawan Nengah Tinggen (Foto:Ist)
Esai

Cantiasa jadi Danjen Kopassus – Mari Ingat Bapaknya; Sastrawan Nengah Tinggen

Saya senang membaca berita tentang putra bangsa kelahiran Bali, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI I Nyoman Cantiasa diangkat menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus. ...

January 27, 2019
Esai

Biaya Kesehatan Harus Dibikin Semahal-mahalnya

Biaya kesehatan harus dibikin semahal-mahalnya. Hanyadengan strategi seperti inilah, mungkin kita akan bersemangat untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan kita. ...

April 22, 2019
Laklak daun kelor di Desa Dencarik, Bukeleng. (Foto-foto: Dian Suryantini)
Khas

Kelor untuk Kesehatan: Dari Mistis hingga Bisnis, Dari “Jukut” hingga “Laklak”

Mendengar kata kelor, sepintas yang ada di pikiran pastilah sayur. Atau orang Bali menyebut Jukut Kelor. Rasanya enak. Apalagi dicampur ...

July 5, 2019
Puja Astawa dalam acara talk show yang digelar STAH Mpu Kuturan Singaraja
Kilas

Puja Astawa: Jangan Terpaku Ingin jadi PNS, Youtuber itu Peluang Besar

Kadek Puja Astawa, seorang conten creator yang video-video pendeknya selalu menajdi perhatian publik di media sosial menjadi bintang tamu dalam ...

March 8, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Dok Minikino | Begadang
Acara

[Kabar Minikino] – Indonesia Raja 2021 Resmi Diluncurkan Untuk Distribusi Nasional

by tatkala
April 17, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (69) Cerpen (163) Dongeng (14) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (353) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In