2 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: Ole

Foto: Ole

Padi, “Guremisasi Petani”, dan Mengembalikan Pertanian kepada Paradigma Budaya

Riki Dhamparan Putra by Riki Dhamparan Putra
February 2, 2018
in Opini
91
SHARES

TEKHNOLOGI pengilingan padi telah muncul di kepulauan Solomon 26.000 ( dua puluh enam ribu ) tahun lalu. Walaupun bukti pembudidayaan pertanian padi yang lebih maju baru ditemukan di Gua Sakai, Semenanjung Malaya berusia 7000 SM.

Orang-orang Asli seperti orang Jakun, Sakai, Temiar, Siamang dan Senoi yang sampai kini masih mendiami pedalaman dan wilayah pesisir Semenanjung Malaya ditenggarai telah mengembangkan pertanian padi semenjak 9000 tahun lalu dan mereka juga membawa pengetahuan sereal ini hingga ke Cina dan India bersamaan dengan terbukanya Selat Malaka akibat naiknya permukaan laut pada masa Holosin.

Sejak itu padi menjadi salah satu simbol terobosan budaya yang penting dan setara dengan pencapaian-pencapaian maritim yang dimulai di sekitar Sulawesi pada akhir zaman ES ketiga. Di pulau Jawa, budaya pertanian padi barangkali baru mengalami kemunduran semenjak kolonialisme Belanda memperkenalkan budaya pertanian komersial untuk memacu produk ekspor hasil pertanian ke Eropa.

Walaupun tanpa mengubah secara fundamental struktur pertanian dan ekonomi tradisional, pertanian komoditi yang diperkenalkan pemerintah Hindia Belanda telah semakin meningkatkan populasi petani yang berupaya melakukan kompensasi penghasilan uang untuk pertanian mereka.

Hal ini pada gilirannya mendorong perubahan-perubahan dalam budaya pertanian tradisional itu sendiri, dari yang mulanya agraris murni ke masyarakat petani urban atau pertanian komoditi.

Sumatra tentu lebih aman dari proses ini, karena kekuasaan penuh Belanda atas wilayah-wilayah Sumatra baru terjadi pada akhir abad 18. Oleh karena itu, budaya pertanian padi non komoditi pada banyak wilayah masih bertahan sampai Orde Baru melancarkan modernisasi pangan.

Ketika sejumlah ilmuan melakukan ekspedisi ilmiah ke dataran-dataran tinggi Sumatra pada akhir abad 19, mereka mencatat masih terdapat ratusan jenis padi, alat dan berbagai keahlian pertanian lokal yang dikembangkan  oleh masyarakat dataran tinggi Sumatra.

Jumlah itu kemudian menyusut secara drastis menjadi beberapa jenis padi saja pada era modernisasi pertanian. Dan pada masa sekarang, orang hanya mengenal pertanian padi sawah dan hanya mengetahui tak lebih dari enam atau lima jenis padi saja.

Tahun 1970, pemerintah memulai proyek modernisasi pertanian melalui program intensifikasi pertanian. Konsekwensinya, penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia menjadi faktor dominan dalam peningkatan proses produksi pertanian. Pabrik pupuk dan obat-obatan kimia pun gencar dibangun besar-besaran.

Sementara model-model produksi yang berbasis kearifan lokal (yang tidak tergantung pada harga obat) menjadi lenyap dan seluruh pranata budaya tani kita pun beralih pada ketergantungan terhadap kapitalisme obat dan pupuk. Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya “guremisasi petani”.

Produktifitas tanah pun cenderung menurun dari tahun ke tahun dan paradigma pertanian tidak lagi melibatkan kebudayaan sebagai “core” atau inti dari pertanian. Padahal, di dalam paradima ekologi budaya, sebagaimana yang diterangkan Geertz, budaya adalah inti dari budidaya pertanian.

Dijelaskan oleh seorang pakar IPB dalam sebuah artikelnya, bahwa kemunduran atau krisis pertanian sebagai akibat dari pembangunan pertanian rekayasa dapat dijelaskan dari dua fakta.

Pertama, produktifitas sesaat. Peningkatan produktifitas pertanian pada repelita III, menurun tajam pada repelita berikutnya dan secara pasti Indonesia pun menjadi importir beras sampai hari ini.

Kedua, distribusi peningkatan produksi padi semasa revolusi pupuk, ternyata bersifat diskriminatif dan hanya menguntungkan golongan minoritas petani besar. Terjadi proses guremisasi petani, polarisasi penguasaan tanah di pedesaan, dan transfer penguasaan lahan dari petani kecil ke petani besar akibat ketiadaan modal dari petani kecil.

Krisis yang dipicu paradigma pertanian rekayasa ini, menurut pakar ekologi budaya, hanya dapat ditawar dengan cara revitalisasi budaya tani kita. Pertanian harus kembali kepada bentuk “asli”nya yang menjadikan keseimbangan antara “benih, tanah, manusia dan Pencipta” sebagai pusat kearifannya. Itu berarti mengembalikan paradigma pertanian kepada paradigma budaya. (T)

Tags: Budayakebudayaanpertanianpetani
Riki Dhamparan Putra

Riki Dhamparan Putra

Lahir di Padang, pernah tinggal di Bali, kini di Jakarta. Dikenal sebagai sastrawan petualang yang banyak penggemar

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Ilustrasi: Putik Padi
Esai

Bagaimana Proses Terjadinya Hujan? – Berceritalah Ibu kepada Ratna

RATNA duduk termenung di samping jendela memperhatikan rintik-rintik nyanyian hujan jatuh dari langit. Ia terheran akan rintik-rintik hujan. “Mengapa begitu ...

February 2, 2018
Foto: Mursal Buyung
Opini

“Jesus Bless You” – Tentang Saya dan Agama

SAYA suka lagu-lagu yang memberikan getaran yang baik pada suasana hati dan hidup saya. Karena itu saya menggunakan aplikasi karaoke ...

February 2, 2018
Pembalap Tour de Indonesia melintas di Gitgit (Foto Dok Agus Marlisetia)
Esai

Kapan “Tour de Bali” Ada Lagi?

Sekitar pukul 9 pagi kami tiba di tempat itu. Sama-sama membawa mantel, karena gerimis sempat turun membasahi jalan. Dingin begitu ...

October 13, 2019
Kenangan bersama Pak Bas dan istri ketika saya mengantar Pak Rudolf Puspa dan Bu Derry dari Teater Keliling ke rumah beliau.
Esai

Drama Ini Tak Akan Berakhir – Obituari Sunaryono Basuki Ks.

Tiga malam sejak tanggal 17, 18 dan 19 Desember saya sedang mengurus pentas akhir mata kuliah drama  Jurusan Pendidikan Bahasa ...

December 21, 2019
Salah satu karya rupa yang dipamerkan di Undiksha, 29 November 2019 [Foto Mursal Buyung]
Puisi

Tiga Puisi Mas Ruscitadewi buat Ayuninghati

PERJALANAN SANDYAKALA Sepanjang hari kita hanya bermain-main saja Menanam mimpi-mimpi kemudian membiarkannya diterbangkan angin. Dari atas bukit terlihat negeri kecil ...

March 28, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co | Vincent Chandra
Esai

Di Nusa Penida, Ada Gadis Menikah dengan Halilintar

by I Ketut Serawan
March 1, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1418) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In