24 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto diambil dari google (www.tripadvisor.com)

Foto diambil dari google (www.tripadvisor.com)

Catatan Harian Sugi Lanus: Sejarah Pasar Kreneng dan Solusi Sampah Plastik

Sugi Lanus by Sugi Lanus
November 21, 2018
in Esai
72
SHARES

DENPASAR era sebelum kemerdekaan setidaknya terdapat 2 pasar besar: Pasar Payuk dan Pasar Kreneng.

Pasar Payuk adalah tempat penjualan segala macam peralatan payuk dan peralatan tanah lainnya. Selanjutnya Pasar Payuk di-rebranding (diubah namanya agar lebih ‘segar’) menjadi Pasar Kumba Sari. Kumba artinya payuk (periuk), juga bermakna tempayan air. Konon nama ini diusulkan oleh sastrawan alm. I Gusti Bagus Sugriwa.

Tentang nama Pasar Kreneng ada beberapa versi. Ada yang mengatakan karena letaknya di wilayah Kreneng. ‘Kreneng’ konon berasal dari kata “kĕrĕng ĕnĕng” = sering tak dapat air. Dulunya ini adalah areal persawahan yang sering tidak dapat air sehingga “nĕng” (tidak ditanami). Sumber lain mengatakan begini bahwa ada perbedaan antara Pasar Kreneng dengan Pasar Kamboja. Jika Pasar Kreneng adalah relokasi dari pasar yang dulunya terletak di pertigaan Surapati dan Melati sejak tahun 1963, Pasar Kamboja pindahan dari Lilabuana yang dulunya buka setiap sore hari.

kreneng1kreneng2

Ada juga yang mengkaitkan dengan dahulunya di pasar ini ada berbagai macam ‘kreneng’. Tentunya tak banyak lagi generasi muda Bali tahu apa arti ‘kreneng’.

Kreneng adalah alat pembungkus berupa anyaman berbagai buah, daging, periuk, dan berbagai benda lainnya layaknya kantung plastik sekarang. Dengan ‘kreneng’ itulah dahulu orang Bali dan Jawa (sampai kini) membungkus berbagai belanjaan atau bawaan. Kalau tidak memakai ‘kreneng’ (kereneng) para leluhur Bali memakai sok keranjang, penarak, besek, dan berbagai anyaman bambu lainnya.

Tradisi hidup organik dengan bungkus ‘kreneng’ di Bali telah punah. Terkait atau tidak, nama Pasar Kreneng ini tinggal nama. Itupun tak banyak orang Denpasar yang paham artinya.

Tidakkah sekiranya kembali Denpasar bisa menghidupkan atau memperkenalkan kembali ‘tradisi kreneng’? Sebagai solusi atau alternatif pembungkus belanjaan di pasar?

kreneng3kreneng4kreneng5

Di Jawa sendiri, terutama di Jawa Tengah, masih kerap kita lihat ‘kreneng’ dipakai tas daging, tas buah, tas makanan lainya, wadah saat membeli bibit tanaman, bahkan saat membeli periuk tanah masih ada pasar atau penjual yang membungkus jualannya (periuk) dengan kreneng.

Alangkah baiknya Pasar Kreneng kembali menjual kreneng. Kembali mengenal dan memperkenalkan identitas aslinya sebagai pusat penjualan kreneng. Jika perlu ada semacam perayaan atau festival kreneng. Setidaknya Festival Denpasar semua transaksinya dibungkus dengan kreneng, atau diperkenalkan kembali kreneng lewat hajatan budaya tersebut.

Kreneng di pasar-pasar di Jawa Tengah dijual kisaran 600-1000 rupiah. Setara dengan tas kresek tebal, tapi kreneng ini keren dan ramah lingkungan.

Menghidupkan kreneng sebagai sebagai pengganti kresek plastik bisa menjadi terobosan persoalan sampah plastik yang menjadi persoalan serius Denpasar dan Bali. (T)

Catatan Harian 15 Desember 2016

Catatan: Foto-foto kreneng dalam tulisan ini diambil dari berbagai sumber online, setidaknya memberikan gambaran bagaimana ‘wajah kreneng’, fungsi dan pemakaiannya secara tradisional, serta pemanfaatannya sebagai kemasan cantik cenderamata.

Tags: denpasarekonomipasarSampah
Sugi Lanus

Sugi Lanus

pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Kumpulan Esai Serba-serbi KKN: Cinlok, Uji Kesetiaan dan Pembuktian Kaum Jomlo

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah proses akademik, namun di dalamnya ada sesuatu yang selalu seperti mendominasi, ialah Romantika. Bukan hanya ...

February 2, 2018
Pre-Event  Ubud Village Jazz Festival di Rumah Luwih Beach Resort & Spa
Kilas

Pre-Event Ubud Village Jazz Festival di Rumah Luwih Beach Resort & Spa

Ada yang menarik dalam rangkaian kedua Pre-Event Ubud Village Jazz Festival (UVJF) 2019 kali ini. Betapa tidak, pagelaran yang diadakan ...

August 11, 2019
Ilustrasi foto: Google
Esai

Perempuan, Cinta dan Melodrama

Sarangeul haeda uriga manna Jiuji moshal chueogi dwaeda Bolmanhan mellodeurama Gwaenchanheun gyeolmal Geugeomyeon dwaeda neol saranghaeda (Love Scenario by iKON) ...

January 23, 2019
illustration by Komang Astiari
Fiction

Acceptance

I feel the breeze. I feel the sun kissing my skin. I see it. I see what a stunning view ...

March 2, 2019
Esai

Jejak Ikan Dalam Air

Sudah lama para ikan berenang dan kita tidak pernah berusaha mencari jejaknya. Jejak ikan di air bukannya tidak mungkin didapat. ...

October 8, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Ilustrasi tatkala.co [diolah dari sumber gambar di Google]
Esai

Skenario Besar di Balik Tambahan Lirik Lagu “Bintang Kecil” di Bali | Meli tipat sing ada dagang

by Gede Gita Wiastra
January 24, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1356) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In