26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: Van Amri

Foto: Van Amri

Memaknai Galungan, Benarkah Kita Sudah Menang?

Putu Dessy Savitri Dewi by Putu Dessy Savitri Dewi
February 2, 2018
in Opini
20
SHARES

SEBAIKNYA di sini kita tidak membahas sloka, lontar, mantra atau Veda. Di zaman informasi yang demikian derasnya, ketidakpedulian hanyalah sebuah pilihan. Hal-hal yang bersifat pengetahuan dari makna Hari Raya Galungan hingga tutorial pembuatan sarana upakara sudah tersedia dalam satu ketukan jari saja. Bahkan pemesanan bebantenan online sudah bisa diunduh aplikasinya.

Tapi pernahkah kita bertanya, (bertanya benar-benar bertanya bukan bertanya lalu membiarkan Google yang menjawabnya) bahwa, untuk apakah semua perayaan Galungan ini? Untuk merayakan kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (ketidakbaikan)? Benarkah kita sudah benar-benar memenangkannya?

Sejenis dengan perayaan kemerdekaan Indonesia yang setiap tahun selalu dipertanyakan dan diulas dengan pertanyaan yang sama: Benarkah kita sudah merdeka? Benarkah? Dan hal itu selalu dikaitkan tidak hanya terlepas dari penjajahan semata, tetapi juga kemerdekaan dalam pikiran yang seluas-luasnya.

Terkait dengan hal tersebut tak ada salahnya jika kita sedikit mempertanyakan pula perayaan yang kita laksanakan dengan banyak persiapan dan suka cita yang terus kita lakukan berulang-ulang selama kita hidup di dunia. Benarkah Dharma sudah menang melawan Adharma? Benarkah?

Perang yang kita hadapi kini bukan perang yang terjadi seperti pertarungan Duryudhana dan Bima,  Rama dan Rahwana dan segala ikon baik dan buruk di luar sana tapi perang melawan apa yang ada di dalam diri kita.

Sampai kapankah kita menyalahkan Bhuta Kala ketika amarah menguasai, sampai kapankah kita menyalahkan pihak di luar diri karena keegoan kita tidak mau mengakui ada sisi yang buruk pula dalam diri?

Setiap manusia berpotensi untuk menjadi baik dan menjadi buruk dalam hal yang berbeda. Bisa saja dia adalah karyawan yang baik tapi ia suami yang buruk. Bisa jadi dia adalah ibu yang baik tapi menantu yang buruk dan masih banyak contoh yang lainnya yang bisa kita lihat di kehidupan nyata.

Bisakah kita mentoleransi baik dan buruk yang ada dalam diri kita dan memenangkan salah satunya? Bisakah kita mentoleransi baik dan buruk yang ada di dalam diri orang lain dan tidak mengeneralisasikannya? Bisakah Dharma menang melawan Adharma?

Hari Raya Galungan ini semacam pengingat. Bagi yang sibuk untuk jeda menata langkahnya, bagi yang gila kerja untuk kembali ke keluarga, bagi yang lupa agar kembali ke hakikatnya. Jika memang bahagia yang dirasakan hari ini, maka sudah sepatutnya kita merayakannya dengan suka cita.

Namun apabila ada yang tidak berbahagia dengan berbagai sebab, misalnya saat Hari Raya kita bersedih tidak punya uang membeli banyak buah, jajanan atau daging babi; Hari Raya membuat mertua marah kepada menantu yang tidak cakap membuat bebantenan; Hari Raya membuat seorang anak marah kepada ibu yang cerewet karena banyak ritual yang harus dikerjakan; Hari Raya menimbulkan prasangka dan kemarahan ketika ritual, libur panjang dan jawaban “nak mule keto” dipertanyakan, maka benarkah kita sudah menang, atau kita masih berperang?

Selamat Hari Raya Galungan.

Selamat menjawab pertanyaan keabsahan kemenangan yang dirayakan. (T)

Tags: balihari raya galungankemerdekaanupacara
Putu Dessy Savitri Dewi

Putu Dessy Savitri Dewi

Tinggal di Bungaya Bebandem Karangasem, Bali. Seseorang yang ingin hidup abadi lewat kata-kata. Seseorang yang akan dikenang lewat tulisan-tulisannya.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Esai

Hari Guru Tanpa Kehadirmu, Siswaku! – Bagai Sayur Tanpa Garam, Bagai Malam Tanpa Bintang

Bagai sayur tanpa garam. Bagai malam tanpa bintang. Bagai aku tanpa kamu. Bagai siswa tanpa guru. Kita ketahui pandemi Covid-19 ...

November 25, 2020
Esai

Priayi Kecil

Saya berani bertaruh, orang-orang di kampung saya tidak cukup berani memaki-maki orang yang dianggap memiliki derajat lebih tinggi daripadanya—walaupun orang ...

August 30, 2019
Jacko
Esai

Pandemi: Waktu Menata Tubuh dan Bunga-Bunga

Pandemi lagi pandemi lagi, kata yang sering muncul di banyak tulisan. Kata yang sering hadir di setiap obrolan. Entah kata ...

February 12, 2021
Foto: Google
Esai

Belajar dari Guru Asing Mengajar

Belajar bisa dimana saja. Bekerja di sekolah asing pun adalah sebuah pilihan untuk belajar. Belajar sambil bekerja, kenapa tidak? Berawal ...

February 11, 2019
Khas

Muda Berbagi: Urun Daya Anak Muda Bali Utara Hadapi Corona

“Berbagi: memberi tanpa pamrih kepada sesama yang membutuhkan” - Satya Kamis, 9 April 2020, 15 menit sebelum jam 11 malam, ...

July 1, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In