17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Sumber ilustrasi: Halaman Facebook Punk Kwala Ngibur

Sumber ilustrasi: Halaman Facebook Punk Kwala Ngibur

Stop Ajeg-kan Bahasa Bali!

Wayan Sumahardika by Wayan Sumahardika
February 2, 2018
in Opini
290
SHARES

JIKA hobi facebook-an, singgahlah sesekali ke halaman Punk Kwala Ngibur. Bisa kita nikmati komik berbahasa Bali dari tingkat paling kepara sampai sor se-singgih-singgihnya. Tulisan ini bukan hanya ajang promosi, namun 100% benar-benar adalah promosi.

Daripada marah-marah hanya karena modifikasi pakaian adat Bali (yang sesungguhnya sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang) atau  memposting gambar anjing yang sekarat di jalanan (yang jika benar ada rasa ingin menolong, semestinya segera dibawa ke rumah sakit hewan terdekat), lebih baik menertawai diri sendiri lewat banyolan-banyolan dalam komik yang disuguhkan. Punk Kwala Ngibur, seperti namanya, membuat yang membaca benar-benar terhibur. Tak hanya menyajikan persoalan yang dialami khas anak Bali, melainkan membuat kita merenung, bagaimana mengembalikan esensi bahasa Bali  ke asalnya.

Adalah Wayan Golak, Made Punk, Nyoman Klepon, dan Ketut Nyamprut tokoh utama komik ini. Apa yang mereka alami begitu dekat dengan keseharian kita sebagai anak Bali. Simak saja bagaimana tingkah Nyoman Klepon yang sibuk demo ajegkan budaya Bali, namun saat disuguhi tulisan aksara Bali hanya kijap-kijep tusing ngerti. Pada setiap kesempatan, komik ini tak bertendensi untuk menunjukan usaha Ajeg Bali yang umumnya terjebak pada hal-hal yang bersifat stereotipe dan sloganisme.

Ide yang begitu cair, dari persoalan sampah, pilkada, sampai jomblo ngenes menjadikan pembaca larut dalam alur cerita. Kita tak diajak berpusing seratus keliling berpikir  mengajegkan bahasa Bali dengan segala pakem dan persolannya. Yang perlu kita lakukan hanya membaca, cekikikan, dan sesekali mengerutkan dahi sembari mengecek kamus bahasa Bali jika ada kata yang tak dimengerti. Selanjutnya: Gerr! Cekikikan lagi.

Membaca Pang Kwala Ngibur, jadi ingat dengan begitu banyaknya orang yang menyuarakan persoalan terkikisnya bahasa Bali. Namun sayang, sedikit dari mereka yang berhasil membangun nilai-nilai kekinian yang semestinya menjadi bahan segar dalam meracik, meramu, dan memasak menu bahasa Bali untuk dinikmati.

Mengutip para linguis, bahasa itu kan produk budaya. Persoalan kebahasaan merupakan peristiwa alamiah yang tak terikat oleh daya kontrol manusia secara langsung. Menyelesaikan persoalan bahasa harus melihat dulu, adakah persoalan budaya terkandung di dalamnya. Booee, Masa?

Ya, iyalah. Lihat saja kosakata pertanian. Berapa banyak kata tenggala, ngangon, nyau, ngempel yeh, nyuluh lindung,  dan sebagainya digunakan dalam kehidupan sehari-hari? Ketika budaya agraris yang berabad-abad telah menjadi mayoritas pekerjaan orang Bali berhasil melahirkan sekaligus melestarikan begitu banyak kosakata yang berkaitan dengan pertanian, kini kata-kata tersebut tak mendapatkan tempat seiring dengan keberadaan sawah yang semakin pudar diparut aspal, hotel, perumahan, dan pertokoan.

Mirisnya, hal ini terjadi bukan hanya pada pertanian saja, melainkan pada hampir semua sektor kebudayaan yang mulai ditinggalkan seiring berubahnya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Bali itu sendiri. Pendek kata, Bahasa Bali ini sudah memasuki masa expired, sudah tak mampu lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lihat saja mata pelajaran Bahasa Bali di sekolah, masih kekiniankah menggunakan contoh I Made nunu lele, sedang makanan made sehari-hari sudah berganti jadi fried chicken atau cumi bakar saus tiram?

Ditambah lagi dengan upaya pengkultusan bahasa Bali melalui slogan Ajeg Bali yang secara tidak langsung telah menyempitkan pandangan terhadap pengembangan Bahasa Bali itu sendiri. Di tengah arus interkasi antarbudaya yang semakin deras, Ajeg Bali lebih banyak diwacanakan sebagai usaha untuk mempertahankan pakem-pakem Bali yang cenderung feodal dan tidak sesuai dengan zamannya, yang sekaligus membuat bahasa Bali tidak mempunyai fungsi komunikatif lagi di masa kini. Kita terlalu disibukan dengan pakem-pakem, semisal sor singgih yang (mau diakui-mengakui atau tidak) membuat anak-anak menjadi apatis dengan Bahasa Bali.

Hal-hal yang dibutuhkan dalam pelestarian Bahasa Bali saat ini sebenarnya bukanlah kekalutan pemikiran tentang Ajeg Bali yang diperlihatkan melalui saput poleng, udeng, ukiran bali dan hal tenget lainnya. Melainkan, bagaimana membuat bahasa Bali menjadi brand yang mempunyai prestise bagi masyarakat penggunanya. Dalam konteks ini, Pang Kwala Ngibur telah memberi warna lain dalam memperjuangkan bahasa Bali. Tak lagi menjadikan Bahasa Bali sekadar objek penderita yang diulas sebagai berita di media sosial tentang betapa rapuh, lemah, lunglai dan lesunya ia.

Melalui komik ini, Bahasa Bali telah bertransformasi menjadi subjek yang begitu kuat. Yang mampu bicara tentang segala hal. Alih-alih mengasihaninya, malah kitalah yang jadi membutuhkannya.

Apa yang dilakukan oleh Punk Kwala Ngibur, sejatinya membawa kita pada usaha serupa yang dilakukan oleh Jepang. Sebagai negara maju yang tetap berpegang teguh pada budayanya, usaha mengonstruksi rasa memiliki terhadap budayanya bukanlah sebatas yel-yel Ajeg Jepang saja. Dalam hal ini, komik, film, dan media pertunjukan menjadi wabah yang disuntikan ke segala penjuru dunia.

Lihat saja toko-toko buku terdekat di kota anda, setiap hari ada saja komik Jepang yang diproduksi. Pun ada saja komik yang terbeli. Di dunia maya, film-film dengan bahasa, lelucon, budaya khas Jepang berceceran seperti status facebook. Inipun menjadikan kita lebih dekat dengan mereka. Jika tak percaya, cobalah tanya anak di rumah, mana yang lebih dikenalnya, Panglima Besar Bali Kebo Iwa ataukah Miyamoto Mushasi seorang samurai yang sering diadaptasi ke berbagai cerita Jepang mulai dari novel, film, hingga komik.

Sebab Bahasa Bali sudah terlampau tua jika dibandingkan dengan hidup manusia Bali. Ia sudah hidup jauh sebelum Dang Hyang Nirartha diteteki susu oleh biangnya. Sudah tahu mana yang baik, mana yang benar. Sudah saatnya bahasa Bali diletakkan dalam berbagai sektor kekinian. Jangan cuma ditempatkan untuk bicara tentang ke-Bali-an saja. Apang sing jelemane gen ane sok kekinian, biarkan pula bahasa Bali ikut berpartisipasi dalam setiap trend yang ada.

Tak usah protes jika bahasa Bali masuk dalam ranah ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan sex sebagaimana yang diceritakan dalam Punk Kwala Ngibur. Mungkin saja ia lebih bahagia ditempatkan di facebook, instagram, komik, baju, bahkan bra sekalipun. Ketimbang difungsikan serupa Tapakan Ida Bethara, yang disineb dan disungsung kembali setiap datang odalan. (T)

Singaraja, 2016

Tags: ajeg baliBahasaBahasa Balibali
Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ulasan

Inilah 1.001 [Seribu Satu] Alasan Kenapa Buku “Nyujuh Langit Duur Bukit” Penting Dimiliki dan Dibaca

Toean2 dan njonja2, perlu kiranya dikabarkan pada toean2 dan njonja2 semuanya bahwa sudah terbit sebuah buku sastra Bali modern (yang ...

December 26, 2019
Foto: Supartika
Esai

Tahukah Kau, Tahun Baru di Bali Sebenarnya Dipercepat 1 Jam? Begini Ceritanya…

  WAKTU itu, menjelang Tahun Baru 1988, saya kelas tiga SMA, suntuk-khusyuk menonton TVRI, satu-satunya stasiun televisi saat itu, yang ...

February 2, 2018
Burdah Mesair - Mekayat Perkumpulan Burdah Mujahidin Kelurahan Loloan Barat
Khas

Mesair-Mekayat, Seni Burdah Loloan yang Hampir Punah

Saat ini seni burdah sudah merupakan hal yang langka dan sangat jarang sekali dipertunjukkan di acara-acara tradisi di guyup bugis ...

October 8, 2019
Foto dok penulis
Khas

Sosok di Utara Pemrajan Agung Ubud

Ubud sore itu terlihat cukup cerah. Tampak Penglingsir Puri, Ida Pedanda, Tetua Desa, dan beberapa penggiat sastra mendatangi Puri Anyar ...

July 4, 2020
Penanaman pohon mangrove saat air laut meti (surut). (foto: I Ngurah Suryawan)
Esai

Kampung Papua, Antara Eksploitasi dan Konservasi (2)

KAMPUNG Ambumi tidak benar-benar terisolir. Buktinya adalah perusahaan kayu masuk menerabas hutan-hutan alami di sekitar mereka. Kampung tetangga, yaitu Naikere ...

October 27, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In