2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

Pandu Adithama WisnuputrabyPandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
inEsai
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Pandu Adithama Wisnuputra

Prolog

Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap mental sebagai bekal dalam kehidupan. Semua adalah proses yang terstruktur pada karakteristik manusia yang kompeten, unggul, berdaya saing serta bermanfaat.  

Salah satu faktor yang memiliki peran sangat penting adalah guru sebagai pendidik para murid yang siap belajar. Sehebat apa pun fasilitas yang ada, seluar biasa kurikulum yang disediakan serta model dan sistem belajarnya, namun tanpa dikelola oleh guru yang mumpuni, akan terasa sia-sia.

Mengapa demikian? Karena guru hadir untuk ‘mengasah’ dan ‘memanusiakan’ manusia, yakni anak-anak peserta didiknya.  Mendidik hakikatnya adalah mengajarkan pengetahuan, membimbing kecakapan, sekaligus mengarahkan pada nilai-nilai yang semestinya dimiliki.   Dalam konteks Indonesia, keberadaan dan peranan guru sesungguhnya tidaklah dimulai dari saat bangsa ini menyatakan diri lepas dari belenggu penjajahan pada 17 Agustus 1945. Jauh dalam rentang waktu sebelumnya, kehadiran dan sosok guru sudah mendapatkan perhatian tersendiri. Seperti apa dan bagaimana proses ‘mencetak’ guru di masa silam, khususnya di era kolonial? Berikut kisahnya!

Sekolah, Kursus dan Magang: Tiga Jalan Menjadi Guru

Menjadi guru pada masa Hindia Belanda memiliki kisah unik tersendiri, terutama untuk kaum pribumi. Pasca kebijakan politik etis mulai tahun 1901, terdapat upaya pemerintah kolonial untuk meningkatkan jumlah sekolah bagi kaum pribumi, meskipun secara kualitas, akan sangat bervariasi tergantung dari etnisitas, kedudukan, kekayaan dan kefasihan dalam menggunakan Bahasa Belanda. Akibat dari bertambahnya jumlah sekolah adalah meningkatnya kebutuhan akan guru, di mana  untuk itu, maka pemerintah kolonial membuat sekolah serta kursus pendidikan guru kaum pribumi yang disesuaikan dengan tipe sekolahnya – khususnya pendidikan tingkat dasar – yakni sekolah berpengantar bahasa Belanda dan bahasa Melayu atau lokal suatu daerah.

Mengutip dari Kurniawati dan Santosa (2023) serta Nurhakim, Pramuharam, dan Birsyada (2025), maka seseorang menjadi guru di era kolonial Belanda dapat melalui tiga jenis bentuk pendidikan, yakni sekolah, kursus atau magang, yang masing-masingnya memiliki persyaratan bagi calon pesertanya, sekaligus kewenangan yang melekat setelah mengikuti pendidikan tersebut.

Untuk jalur sekolah, terdapat dua jenis, yakni Normaalschool dan Kweekschool. Sekolah yang disebut pertama memiliki masa tempuh belajar selama empat tahun yang mempersyaratkan siswanya adalah lulusan vervolgschool atau tweede inlandschool yang berbahasa pengantar bahasa daerah namun juga diberikan bahasa Belanda. Setelah lulus dari sekolah ini, yang bersangkutan dapat mengajar di kelas tertinggi dari sekolah dasar berbahasa pengantar non-Belanda, Volkschool.    

Sedangkan Kweekschool, merupakan sekolah pendidikan guru berbahasa pengantar Belanda, dengan masa tempuh empat tahun ditambah tiga tahun di Hogere Kweekschool (HKS) bagi mereka yang berprestasi tinggi di tingkatan Kweekschool. Sekolah ini hanya menerima lulusan HIS atau Hollandsch Inlandsch School, di mana lulusannya dapat mengajar di HIS.  Kekhususan lain dari HKS adalah hanya terdapat dua di Hindia Belanda! Yakni di Purworejo, Jawa Tengah – yang kini menjadi Kompleks SMA Negeri 7 Purworejo – dan di Bandung, Jawa Barat, yang pemanfaatannya menjadi Komplek Kepolisian Kota Besar Bandung.

Untuk jalur kursus, dikenal sebagai  CVO atau Cursus voor Volksschool Onderwijzers yang asal pesertanya adalah mereka yang berasal dari vervolgschool atau sekolah lanjutan dari sekolah desa atau volkschool. Kursus ini menggunakan pengantar bahasa daerah, ditempuh selama dua tahun, dan lulusannya akan bekerja sebagai guru bantu di sekolah-sekolah desa. Sedangkan untuk jalur magang, pesertanya sama dengan CVO, yakni berasal dari vervolgschool, mereka akan magang mengajar di sekolah desa di bawah pengawasan mantri guru atau kepala sekolah, di mana pada masa akhir magang, mereka akan diuji oleh penilik sekolah atau Schoolopziener untuk dinyatakan lulus tidaknya, sebelum mereka menjadi seorang guru bantu di sekolah desa.

Ketiga jalur pendidikan guru pribumi – sekolah, kursus, dan magang – memberikan efek besar terhadap banyak aspek. Mereka yang lulusan sekolah memiliki kompetensi yang relatif lebih tinggi dibandingkan yang melalui model kursus. Terlebih lulusan Kweekschool di mana lulusannya tidak saja berfokus pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung tetapi juga keilmuan lain, seperti ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu alam, sejarah. Bahkan untuk HKS, mereka secara khusus ditekankan untuk menguasai bahasa Belanda sebagai bagian dari kompetensi pedagogiknya. Sosok guru yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan melainkan juga kemampuan dalam mendidik, menempatkannya sebagai pribadi yang diakui dan dihargai secara sosial dan kultural di masyarakat.

Epilog

Terlepas dari adanya kepentingan atau agenda tersembunyi yang dimiliki pemerintah kolonial, keberadaan guru mulai di tingkat sekolah desa hingga sekolah berbahasa pengantar Belanda, maka guru telah menjadi bagian dari motor perubahan sosial bagi kaum pribumi. Bersekolah berarti kesempatan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan kesejahteraan, meski tetap menghadapi situasi diskriminasi kolonial secara struktural.

Bersekolah menjadi pembuka jendela pengetahuan serta kesadaran bagi anak-anak negeri jajahan, bahwa mereka adalah ‘warga kelas dua’ di negerinya sendiri. Guru telah memberikan pemantik ide dan gagasan yang memerdekakan siswa dari keterbelakangan dan ketidaktahuan, melalui ilmu pengetahuan yang mencerahkan pandangan mereka terhadap dunia. [T]

Penulis: Pandu Adithama Wisnuputra
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan
Perempuan dalam Catatan Sejarah: Merawat Kenangan, Menjaga Rasa Kebangsaan
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda
Tags: guruPendidikan
Previous Post

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

Next Post

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

Pandu Adithama Wisnuputra

Pandu Adithama Wisnuputra

Mahasiswa Program Sarjana Ilmu Sejarah, Universitas Padjadjaran, Bandung

Next Post
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co