BULAN Bahasa Bali VII Tahun 2025 sudah ditutup pada tanggal 1 Maret 2025 oleh Gubenur Bali Wayan Koster, akan tetapi debat berbahasa Bali yang menjadi salah satu lomba dan ditampilkan pada saat penutupan hingga kini masih bergema di media sosial masyarakat Bali.
Mulai dari unggahan di media facebook, instagram, tiktok dan media lainnya, konten debat berbahasa Bali itu dibagikan secara terus menerus serta dibanjiri komentar.

Konten debat Bahasa Bali di media sosial | Foto: tangkap layar akun Dewata News Official
Debat berbahasa Bali, dalam Bulan Bahasa Bali ini, disebut dengan nama “Wiwada”, yang dapat juga diartikan “marebat“. Ini memang memiliki seni tersendiri. Dapat dilihat dari tata cara dan penggunaan bahasa di saat debat dilaksanakan, tata cara yang sangat mementingkan tatanan beretika serta tata krama orang Bali.
Sor Singgih Bahasa Bali
Penggunaan aspek kebahasaan bahasa Bali yang diikat dengan penggunaan sor singgih bahasa Bali menjadi tantangan bagi setiap peserta yang mengikuti lomba debat.
Sor Singgih bahasa Bali adalah bahasa Bali yang dipergunakan ketika kita menghormati lawan bicara ataupun kepada orang yang patut kita hormati seperti Ida Anak Lingsir, Ida Anaké Agung, tokoh agama, pemimpin pemerintahan, maupun yang lainnya.
Menjadi seni tersendiri ketika debat dilaksanakan, begitu juga dilengkapi dengan adu argumen yang berisikan ide, gagasan dan perumpamaan-perumpamaan dalam bahasa Bali.
Debat bahasa Bali bukan hanya kali ini dilaksanakan dalam pergelaran Bulan Bahasa Bali. Tahun 2025 ini adalah penyelenggaraan yang kelima lomba debat bahasa Bali dilaksanakan dalam pergelaran Bulan Bahasa Bali.
Sesuai dengan tema Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025 yaitu Jagat Kerti – Jagra Hita Samasta, ada beberapa mosi yang menjadi topik dalam lomba debat yaitu :
a. Yowana Bali ring kota ngancan arang tedun masekaa teruna,
b. Digitalisasi Aksara Bali ngawinang ngancan arang yowana Bali midep nyurat aksara Bali,
c. Ten ada gunane malajah Basa Bali, luungan malajah bahasa asing,
d. Tutur sampun luntur, meweh ngamargiang Jagat Kerthi,
e. Nirdon mamahayu jagat yening para yowanane nenten tatas ring kasuksman Jagat Kerthi,
f. Krama Hindune ring Bali sami sampun ngamargiang Jagat Kerthi,
g. Bangket miwah tegal sampun mauah dados karang paumahan, subake tambis ical,
h. “Dunia maya” ngrusak kalestarian basa Baline.
Mosi-mosi ini sangat identik dengan perkembangan bahasa Bali saat ini, yang memang patut dikuatkan dengan masing-masing argumentasi tertentu.
Jika dilihat dari tahun ke tahun, tahun ini debat bahasa Bali yang paling bergengsi dan sangat seru hingga bisa masif dan viral di media sosial masyarakat Bali. Hal yang menarik juga patut menjadi bahasan adalah komentar-komentar yang unik dan menarik dari nitizen.

Tampilan juara 2 dari tim Gianyar ang jadi konten menarik di media sosial | Foto: tangkap layar akun Dewata News Official
Salah satu komentar dapat dilihat pada unggahan Dewata News Official di akun tiktok-nya, menjadi sangat masif dan viral. Sehingga debat berbahasa Bali menjadi trending topik dan debat yang telah usai berlanjut menjadi perdebatan lagi di media sosial.
Kesan dari Tim Debat Kabupaten Gianyar
Salah satu tim sebagai peserta yang ikut serta dalam ajang lomba debat sebagai duta Kabupaten Gianyar adalah Ni Wayan Sintiya Paramita, Ni Putu Bintang Santiari, dan Ni Komang Trisna Saraswati. Mereka menyatakan dengan kompak tantangan dalam mengikuti lomba debat itu.
Mereka mengaku sangat senang mengkiuti lomba debat berbahasa sangat dan bisa berkompetisi dengan orang yang kompeten di bidang debat bahasa Bali. Mereka mengaku tidak pernah menyangka bisa diberikan kesempatan untuk mewakili Gianyar di ajang ini melawan kabupaten lain.
“Lomba debat ini dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi di depan umum, serta meningkatkan kemampuan berbahasa Bali, serta kesempatan yang luar biasa dapat bertemu dengan pembina yang ahli di bidangnya,” kata Sintiya Paramita, diiyakan oleh teman timnya Bintang Santiari dan Trisna Saraswati.
Sintiya mengatakan, para pemina selalu memberikan timnya pendapat dan mengerti bagaimana kondisi mereka sebagai peserta.
“Karena itulah pembinaan yang sebenarnya kami perlukan sebagai suatu dukungan bagi kami, sampainya kami di provinsi serta menjadi 3 besar, tidak lain karena berkat pembina kami yang sangat mendukung kami,” ujar Sintiya.
Dengan dukungan yang berlimpah itulah dinilai sebagai berkah sehingga tim debat dari Gianyar itu bisa meraih juara dua dan tampil di avcara penutupan Bulan Bahasa Bali.
“Kami senang bisa mengharumkan nama Gianyar,” kata Bintang Santiari.

Tim debat Gianyar menerima piagam sebagai juara 2 dalam Lomba Debat Bulan Bahasa Bali 2025 | Foto: Dok. tim debat Gianyar
Adapun tantangan yang mereka hadapi dalam debat itu pada awalnya rasa takut untuk mengikuti perlombaan ini karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali.
“Jika satu kata salah bisa merubah seluruh arti dari suatu kalimat, namun hal inilah yang menjadi pemacu semangat kami untuk terus belajar menjadi lebih baik,” kata Trisna Saraswati.
Tantangan lainnya, waktu yang diberikan saat debat juga singkat, sehingga tim mereka harus dapat memaksimalkan waktu tersebut dengan argumen yang tepat dan dapat mematikan lawan.
“Sekarang kami kangen untuk latihan debat lagi,” ujar Trisna diiyakan oleh dua temannya.
Terus Berkembang, Terus Dikembangkan
Kesan yang disampaikan tim debat dari Gianyar itu menunjukkan debat berbahasa Bali adalah kegiatan lonba yang bergengsi dan memiliki seni dan daya tari tersendiri.
Seni debat ini terus berkembang dan bergema dari mulai kalangan generasi pemuda yang menjadi peserta hingga pemerhati-pemerhati bahasa Bali, pembina dan nitizen yang memberikan komentar di sosial media menunjukan bahasa Bali patut dijaga dan dilestarikan. [T]
Penulis: Gde Nyana Kesuma
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: