3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pemimpin Sejati Berguru pada Alam Raya – Ulasan Buku Anand Krishna

Putu MardikabyPutu Mardika
February 2, 2018
inUlasan
69
SHARES

 

  • Judul Buku : Ananda’s Neo Self-Leadership, Seni Memimpin Diri bagi Orang Modern
  • Pengarang : Anand Krishna
  • Halaman : 253
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

BUKU Berjudul Anandas’s Neo Self Leadership Seni Memimpin Diri bagi Orang Modern benar-benar menginspirasi. Kehadiran buku ini bagaikan oase bagi pembaca di tengah krisis kepemimpinan sejati di berbagai sendi kehidupan yang kita alami. Penulis seolah merekam fenomena sosial khususnya krisis moral pada penguasa di era milenial.

Potret kondisi bangsa yang kita alami saat ini juga tersaji dalam buku ini. Banyak pemimpin (baca: pejabat) terkena skandal. Entah itu suap, gratifikasi, korupsi, mark up, hingga kong kali kong yang berujung ke meja hijau. Diberitakan di media masa, menggunakan rompi oranye (baca: tahanan KPK) nyatanya pelaku masih bisa senyam-senyum tanpa malu. Tentu membuat pembaca tak berhenti mengelus dada atas krisis moral pada pemimpin kita ini. Sunggug miris.

Dalam buku setebal 253 halaman ini Anand Krishna mengajak pembaca untuk menggali ajaran Asta Brata yang lebih dikenal dengan delapan sifat mulia seorang pemimpin. Pemimpin harus belajar dari alam raya, seperti Surya (Matahari), Bulan, Bintang, Bumi, Air, Api, Angin dan Samudra untuk diejawantahkan saat memimpin. Delapan unsur inilah dianalogikan sebagai laku seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Ajaran ini tertuang dalam Epos Ramayana, dimana Awatara Rama memberikan wejangan asta brata kepada Wibisana, adik raja zalim Rahwana.

Sebut saja analogi pemimpin dengan Matahari. Matahari menyinari seisi alam semesta. Tak pilih kasih. Tak haus pujian. Tak peduli cercaan. Tak perlu dimotivasi. Namun matahari tetap terbit dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. Menyerap air laut secara perlahan namun mengembalikan kepada alam beserta isinya melalui hujan.

Begitupun laku seorang pemimpin. Harus bersikap adil tak pilih kasih. Tak peduli cacian. Tak perlu pujian. Tidak malas dan selalu ada di setiap waktu untuk rakyatnya. Kendatipun menarik pajak kepada rakyat, tetapi rakyat tidak keberatan, karena akan dikembalikan dalam bentuk pembangunan yang merata. Seperti itulah Anand Krisna menganalogikan antara laku seorang pemimpin dengan matahari. Begitupun analogi seorang pemimpin dengan Bulan, Bintang, Bumi, Air, Api, Angin dan Samudra diuraikan dengan rinci dalam buku ini.

Pembaca semakin melegitimasi sebuah fenomena yang selama ini berkembang di masyarakat. Lewat dialog antara Ayu Pasha bersama penulis, diuraikan bahwa pemimpin harus mampu menguasai diri (mastery over self). Pengendalian diri inilah yang disebut Anand Krisna sebagai perjuangan tertinggi. Sebab setelah mengendalikan hawa nafsu, barulah terjun ke tengah masyarakat, namun bukan untuk memimpin tetapi untuk melayani.

Dogma inilah yang semakin menguatkan bawasannya kita tengah berada di realitas yang jungkir balik. Banyak ditemukan kasus perebutan jabatan atau kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara dengan dalih “demi rakyat”. Bahkan sampai mati-matian. Berdarah-darah. Mereka melakukan apa saja demi jabatan. Menggadaikan kebenaran dan moral. Demi kekuasaan.

Buku yang terdiri dari 5 bagian ini dengan vulgar mempertanyakan apakah untuk melayani rakyat, kita harus terlebih dahulu menjadi seorang pejabat, menduduki suatu jabatan? Apakah kita tidak dapat melayani tanpa kedudukan itu? Sungguh pertanyaan yang menohok. Fakta itulah sebut Anand Krishna sebuah representasi kemunafikan yang hanya menginginkan kedudukan, kursi belaka dibalut ego dengan embel-embel pelayanan.

Penulis yang mempopulerkan slogan One Heart, One Sky, One Humankind atau “Satu Bumi, Satu Langit dan Satu Umat Manusia” mengingatkan pembaca bawasannya krisis kepemimpinan saat ini hanya diatasi lewat pendidikan. Pendidikan yang dimaksud tentu yang universal, multikultural serta multidimensial. Sebagai hasil pendidikan, diharapkan menghasilkan pemimpin yang berbudaya.

Seorang pemimpin yang berbudaya dianggap mampu menghadapi segala tantangan yang mencemaskan. Menghadapi secara tegas, tanpa keraguan. Tanpa rasa was-was, inilah yang dikategorikan sebagai pemimpin yang berbudaya oleh Anand Krishna. Pemimpin bukan saja dilihat dari gelar yang mereka sandang. Melainkan dari sisi karakternya. Sebab apalah artinya pendidikan jika tidak menghasilkan manusia yang berbudaya.

Sebagai antitesa atas pemimpin yang berbudaya, penulis yang sudah menelorkan 170 judul buku ini memaparkan sosok pemimpin yang “tidak” berbudaya. Dijelaskan bahwa seorang pemimpin yang menggadaikan kebenaran dan keyakinannya pada kebenaran demi massa, demi popularitas demi kekuasaan dan untuk mempertahankannya, bukanlah seorang pemimpin sejati.

Menariknya, buku ini tidak hanya menyumbangkan buah pemikirannya secara gamblang tentang sosok pemimpin ideal dari sisi hard skill. Tetapi juga diuraikan dasi sisi soft skill. Seorang pemimpin tidak hanya dituntut sehat secara jasmani. Begitu juga rohaninya. Sebab pemimpin harus bisa berkarya tanpa beban stres. Caranya melalui meditasi untuk menciptakan kedamaian hati, ketenangan pikiran dan ketepatan bertindak. Inilah sisi kelebihan dari buku cetakan tahun 2017 karya Anand Krishna ini, yang diisi teknik latihan untuk mengelola stres dan menemukan ketenagan pikiran serta kedamaian hati.

Sayangnya buku ini juga memiliki kekurangan. Semisal masih banyak menggunakan istilah asing, tanpa disertai dengan catatan kaki, sehingga sulit dipahami. Demikian pula dalam buku ini tidak diuraikan secara rinci bagaimana menjadi seorang pemimpin yang mampu memimpin dirinya sendiri. Seperti contoh, bahwa seorang pemimpin harus percaya diri. Lalu bagaimana menumbuhkan sikap percaya diri di tengah arus global saat ini? bagaimana menjadi pemimpin yang utuh? Itu tidak dijelaskan dalam buku ini.

Dari sisi sampul, semestinya menggunakan simbol wayang yang merepresentasikan ajaran kepemimpinan asta brata. Jumlahnya wayang juga 8 buah. Namun hanya menggambarkan 4 jenis wayang saja. Sehingga kurang menggambarkan ajaran asta brata yang dimaksud dalam buku ini.

Pada kesimpulannya untuk menjadi seorang pemimpin sejati haruslah berguru pada alam raya. Tentu harus diawali dengan memimpin diri sendiri, menguasai diri untuk mengendalikan hawa nafsu. Kalaupun belum mampu, akan lebih bijak untuk menunda menjadi pemimpin bagi orang lain. (T)

Catatan:

Tulisan ini juara 1 Lomba Resensi Buku dalam rangka Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Hindu se-Indonesia di Lampung, September 2017.

Tags: Anand KrishnaBukuhindupemimpinresensi
Previous Post

Fatah Anshori# Puisi: Membandingkan Tubuh di Genangan

Next Post

Salah Sambung

Putu Mardika

Putu Mardika

Wartawan muda, pengajar muda. Punya keinginan besar untuk belajar apa saja, terutama dalam hal tulis-menulis . Tinggal di Singaraja.

Next Post

Salah Sambung

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co