7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kisah Badut di Taman Kota Singaraja, Menghibur dengan Ikhlas, Tak Dibayar Tetap Riang

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
March 3, 2024
inKhas
Kisah Badut di Taman Kota Singaraja, Menghibur dengan Ikhlas, Tak Dibayar Tetap Riang

Badut di Taman Kota Singaraja | Foto: Yudi Setiawan

Mereka meninggalkan badut pergi
Sambil mencaci maki
Tinggallah sang badut tegak berdiri
Memberikan senyumnya
Sedang dalam hatinya
Dia menangis badannya bergetar
Dipaksakan juga melihat semua di depannya

Kata-kata di atas adalah penggalan lirik lagu berjudul Akhir Seorang Badut yang dipopulerkan oleh Sawung Jabo pada tahun 1992.

Dalam lagu itu dikisahkan nasib seorang badut yang tragis. Di atas panggung, ia diam terpaku. Matanya berkaca-kaca sesaat penonton di depannya meninggalkan dirinya. Kisah hidupnya berakhir menyedihkan. Meski ia seorang badut, tampaknya ia adalah badut yang tak bisa menghibur dirinya sendiri.

Namun ini bukan tentang sebuah lagu yang dilantunkan oleh seniman dan musikus bernama asli Mochamad Djohansyah, itu. Ini tentang perempuan bernama Ketut Desna. Perempuan yang setiap malam menghibur pengunjung di Taman Kota Singaraja, Buleleng, Bali, dengan kostum badutnya.

Meski hidupnya menjadi seorang badut tak semiris lagu Akhir Seorang Badut dan tak setragis seperti film horor berjudul clown—film badut psikopat—besutan Jon Watts yang rilis pada tahun 2014, itu, tetapi, kisah hidup Ketut Desna menjadi seorang badut tidak ada salahnya untuk dibaca.

Malam itu, di antara sisa-sisa pengunjung yang hendak meninggalkan Taman Kota Singaraja, badut beruang Pooh—karakter beruang pada kartun Winnie The Pooh—itu duduk di depan air mancur. Tangannya masih saja melambai-lambai kepada setiap orang yang lewat di depannya. Kadangkala ia menggoyang-goyangkan badannya ke kiri dan ke kanan, menggoda anak-anak yang ingin berfoto dengannya.

 “Kepala saya terasa sakit sekali,” lirihnya, saat ditemui disela-sela istirahatnya, Sabtu, 3 Maret 2024, malam.

Napasnya terengah-engah sesaat setelah ia melepaskan kepala beruang itu. Tangan yang masih terbungkus kain tebal itu, ia gunakan untuk mengusap wajahnya yang basahi keringatnya. Air mineral di sampingnya tak luput ia habiskan hanya dengan beberapa kali tegukan saja. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya, seakan-akan ia telah melepaskan beban berat yang melekat ditubuhnya malam itu.

“Saya menjadi badut sudah dua tahun,” katanya memulai cerita. “Karena keadaan, jadinya mau bagaimana lagi, yang penting halal,” akunya.

Ya, perempuan asal Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali, itu, menjadi badut karena dampak dari pandemi covid yang sangat problematik beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya, ia adalah seorang pedagang makanan di area Taman Kota Singaraja. Namun naas, usaha warung makan yang ia bangun itu harus ia relakan tutup karena saat itu tak ada satupun pengunjung yang makan di tempatnya. Ya, itu benar adanya. Mengingat saat pandemi lalu, muncul kebijakan-kebijakan yang membatasi gerak sosial masyarakat secara berkala.

“Padahal, sebelum covid itu, warung makan saya lumayan ramai pembeli. Tapi pas covid itu muncul dan PPKM secara terus menerus, karena sepi pembeli, akhirnya warung harus saya tutup,” katanya.

Sesaat setelah tidak memiliki warung makan, hidupnya hanya mengandalkan pemasukan suaminya yang menjadi satpam di area yang sama. Meski hidup dengan pas-pasan, ia tetap berusaha tegar bersama ketiga anakanya yang masih kecil untuk melewati masa-masa sulit itu.

Menurut ceritanya, ia sempat beberapa kali bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya. Dari menjual balon, menjual mainan anak-anak sampai akhirnya kini menjadi seorang badut di area Taman Kota Singaraja.

“Sebelum menjadi badut, saya sempat menjual balon dan mainan anak-anak di sini,” katanya.

Ya, hidup dengan menjadi badut adalah pilihan yang mungkin sampai saat ini, menjadi pilihan satu-satunya yang harus ia kerjakan. Meski dengan pendapatan yang tidak menentu, ia tetap menjalaninya dengan riang gembira, sesuai dengan kostum yang ia kenakan. Ya, beruang bernama Pooh itu memang diciptakan oleh Alan Alexander Milne pada tahun 1926 dengan karakter ceria dan menyenangkan.

Berawal dari tawaran seorang teman, Desna—sebagaimana akrab ia dipanggil—diperkenalkan dengan seorang pemilik kostum badut yang sering memperkerjakan orang-orang yang ingin bekerja sebagai badut penghibur di seputaran Singaraja. Menurutnya, hasil dari menjadi badut itu harus ia bagi dua dengan pemilik kostum. Meski, kadang hasilnya tidak sebanding dengan tenaga yang ia keluarkan, ia tetap bersyukur menjalani profesi tersebut.

“Paling senang itu ketika diundang ke acara ulang tahunan,” katanya.

Ia mengaku, pendapatan dari menjadi badut di Taman Kota dan menghibur acara ulang tahun sangat berbeda. Jika sehari menjadi badut di Taman kota ia bisa menghasilkan beberapa puluh ribu rupiah saja, namun, ketika menghibur di acara ulang tahun, pendapatannya bisa berkali-kali lipat. “Sampai ratusan ribu, tapi tetap dibagi dua,” katanya sembari tertawa.

Tawaran menghibur acara ulang tahun tak setiap hari ada, sehingga kini, setiap malamnya, dari jam 6 sore sampai larut malam, ia harus mengenakan kostum badut beruang dengan berkeliling di sekitaran Taman Kota Singaraja. Ia tak mematok tarif resmi kepada orang yang berfoto dengannya. Seiklasnya saja. Namun, kadang ada juga yang tak mau membayarnya.

“Kadang ada yang ngasih lima ribu, sepuluh ribu, kadang ada juga yang tak ngasih. Tak apa, toh saya menghibur, yang penting tidak ngemis,” katanya.

Selain menjadi badut adalah pilihan alternatifnya, ia mengaku memang senang berinteraksi dengan anak kecil. Sebab, menurutnya ada semacam kebahagiaan ketika melihat anak-anak tertawa dengan riang gembira karena kehadirannya.

Namun, meski begitu, jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa sedih. Ia tetap berkeinginan memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan yang mencukupi untuk kebutuhan keluarganya. “Sebenarnya sih, pingin kerja lain, tidak seperti sekarang ini,” ucapnya dengan pelan.

Ya, niat menghibur orang tersebut kadangkala sering disalah artikan oleh orang-orang di sekelilingnya. Dan, tak jarang pula ia mendapat sindiran dari orang-orang terdekatnya.

“Malu sebenarnya ketika ada yang menuduh saya ngemis berkedok badut. Padahal saya bekerja dengan cara menghibur anak-anak,” katanya.

Dan, ketika orang-orang ditelan rutinitas kesibukan kota, perkantoran, dan entah apa dan dimana lagi, ada Ketut Desna dengan kostum badutnya yang mencoba menghibur orang-orang dengan segala macam perasaan yang mungkin barangkali berbeda-beda. Namun, lantas mengapa badut tidak berhubungan dengan situasi dan derajat tertentu layaknya punakawan?

Badut di Taman Kota Singaraja, Buleleng, Bali | Foto: Yudi Setiawan

Badut adalah korban realitas yang tak terhindarkan. Ia hanyalah peran, namun di balik kostumnya, ia bukan peran yang sebenarnya. Namun, punakawan—Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong— adalah sosok-sosok yang digambarkan para leluhur Jawa untuk mengatasi realitas dengan cara yang paradoks.

Di dalam dunia pewayangan, Semar hanyalah rakyat jelata, namun sekaligus dewa tertinggi dengan sifat dan tugas sebagai pengasuh sekaligus penasihat para ksatria. Ia merupakan perwujudan dari apa yang disebut “Tan kena kinaya ngapa”. Sehingga, punakawan sejatinya tak ada di dalam realitas kehidupan yang sesungguhnya. Mereka ada tatkala dijelmakan di dalam kehidupan yang nyata.

Punakawan adalah peran, tetapi sekaligus memiliki peran dibalik segala peran. Sehingga, badut dengan peran semunya, tak dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh punakawan. Keduanya memiliki perbedaan dan pembandingnya masing-masing.

Namun, meski Desna dengan kostum badutnya tidak memiliki derajat yang sama dengan punakawan, tapi kehadirannya mampu memberikan hiburan yang nyata kepada setiap siapa saja yang berkunjung ke Taman Kota Singaraja.

Ya, Desna, di dalam hatinya masih ada perasaan sedih yang tidak bisa ditutupi meski dengan kostum beruangnya. Jauh di hatinya yang paling dalam, ia ingin berubah. Dan, sekali lagi, tampaknya benar, kesedihan dan keibaan Sawung Jabo di dalam lagunya itu, tercermin juga di balik kostum badut Ketut Desna. Ia adalah badut yang tak selesai menghibur dirinya sendiri. [T]

Reporter: Yudi Setiawan
Penulis: Yudi Setiawan
Editor: Adnyana Ole

Cerita Tentang Pak Mad, Nelayan Ikan Hias dari Desa Pemuteran, Buleleng, Bali
Chris Brown, Tukang Kebun Laut Pemuteran
Di Balik Kemajuan Pariwisata Pemuteran Ada Nama Ketut Sutrawan Selamet
Di Tangan Made Gelgel, Garam Disulap Menjadi Berbagai Bentuk dan Varian Rasa
Tags: badutbulelengSingarajataman kotaTaman Kota Singaraja
Previous Post

Misteri Kepala yang Terpenggal | Cerpen Putu Arya Nugraha

Next Post

Preliminary Competition Jegeg Bagus Buleleng Tampilkan Suasana Tahun 1990-an

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Preliminary Competition Jegeg Bagus Buleleng Tampilkan Suasana Tahun 1990-an

Preliminary Competition Jegeg Bagus Buleleng Tampilkan Suasana Tahun 1990-an

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co