Kesaksian Toba
Dari Bali ke Balige
Dengan semangat nekat!
Untuk menceritakan keindahan alam dan manusia di Toba
Dan ikut membangun tumbuhnya kemampuan seni di Kawasan Danau Toba. (Bernard Tampubolon)
DI TOBA saya melihat karunia alam yang luar biasa, tanahnya yang subur hasil keteraturan setelah beberapa letusan super volcano maha dahsyat yang sampai menutupi lapisan ozon hingga menutup setengah bumi dan berperan mengubah iklim. Air yang datang dari hujan kemudian mengisi cekungan besar hingga menjadi kaldera. Alamnya sejuk berada dalam ketinggian rata-rata 1000 mdpl, membuat begitu nyaman untuk ditinggali.
Apapun yang ditanam tumbuh dengan subur, berbagai vegetasi tumbuh subur di sini. Tak khayal membuat leluhur dahulu berbondong-bondong datang menetap di pesisir kaldera Toba, hingga lahirlah peradaban hebat. Mereka takjub kepada alam yang penuh berkah, dengan kreativitasnya mereka ekspresikan dalam seni. Setiap saat mereka bersenandung indah memaknai alam. Apapun dapat dijadikan lagu, semuanya bisa menyanyi—mereka memiliki suara emas yang melekat dalam DNA-nya.
Mereka membuat simbol-simbol melalui seni, begitu mahir mengukir. Tercermin dalam rumah adat yang bersahabat dengan alam, ukiran gorga yang indah meliuk-liuk terinspirasi dari batang tanaman pakis yang tumbuh liar dan begitu enak disantap. Saya membayangkan sejak dahulu tumbuhan ini adalah favorit untuk sayuran, karena begitu enak.
Bumbunya sederhana, bawang merah dan putih yang tumbuh subur dan sedikit laos bercampur dengan kuah dari santan kelapa yang gurih. Tak khayal tumbuhan ini menjadi sumber inspirasi dan digubah menjadi motif nan indah melahirkan simbol yang kaya dengan makna.
Bahhh… menggambarkan Toba memang tidak cukup dengan kata-kata. Sebuah kesempatan luar biasa saya dapat melawat ke sana bersama para seniwati yang tergabung dalam kelompok Pertiwi. Lawatan ini merupakan bagian dari proyek Merajut Nusantara (Weaving The Colours of The Archipelago) melalui karya seni.
***
Berawal dari napak tilas atas perjalanan rupa yang telah dimulai Erland Sibuea dan Ni Ketut Ayu Sri Wardani (pelukis Bali yang diberi marga boru Girsang), kemudian disambut oleh Gusti Ketut Oka Armini, Ni Nyoman Sani dan Nick Djatnika serta ditemani kurator Wayan Seriyoga Parta. Kami bersama-sama mengunjungi Danau Toba untuk dapat menangkap kosmos dan spirit alam serta kebudayaan Toba.
Program ini adalah rangkaian kegiatan seni rupa di Toba yang digagas oleh kelompok seniwati yang tergabung dalam Pertiwi, bersama promotor handal Bernard Tampubolon yang ikut memainkan perannya dari jauh di Perth, Australia, kemudian disambut bersama para sahabat dan didukung oleh berbagai pihak. Semuanya tergerak atas dasar semangat yang sama: berkontribusi membangun Toba.
Langkah awal dimulai sejak bulan Maret 2023, di mana tim Pertiwi melakukan perjalanan, mengamati, merasakan, bersentuhan langsung dan menyerap keindahan alam dan kebudayaan Toba. Bersosialisasi, membuat workshop, edukasi ke sekolah dan masyarakat tentang Seni Rupa. Walaupun dalam waktu yang singkat, besar harapan dapat bersua dengan seniman-seniman dan pelaku kreatif asal Toba yg punya potensi dalam seni rupa dan berkarya.
Gayung bersambut, maksud itu disambut antusias oleh berbagai pihak terutama para seniman Toba, sehingga terjalin kolaborasi yang penuh kehangatan dengan seniman lokal di KDT seperti, fotografer Sebastian Hutabarat, Charis Martin Purba, Edward Tigor Siahaan, Tunggul Panjaitan, Febrantonius Sinaga, Aan Turnip, seniman gorga Jesral Tambunan, serta pelaku kreatif lainnya.
Atas inisiatif Sebastian Hutabarat, Toba Art Gallery yang terletak di Pizza Andaliman Balige, turut merespon acara ini dengan membuat serangkaian program melibatkan seniman lokal, pelaku UMKM, bersama guru-guru, anak-anak sekolah dan masyarakat umum.
Pameran seni rupa dimulai tanggal 22 September – 25 Oktober 2023, serentak di 7 (tujuh) Lokasi di Kawasan Danau Toba: Kampus IT DEL Laguboti, Toba Caldera Resort (The Kaldera), Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul, Damar Toba Balige, Pizza Andaliman Balige, Piltik Coffee Silangit, Pondok Berata Dapdap Tarabunga.
Puluhan karya seni rupa dipamerkan tersebar di tujuh ruang di daerah Toba, mulai dari lukisan, seni grafis (cetak cukil), fotografi, desain fashion instalasi, seni kriya gorga, tenun khas toba. Semua karya-karya tersebut mengangkat tema-tema keindahan alam dan kehidupan sosial masyarakat serta kebudayaan Toba.
Lukisan almarhum Erland Sibuea menjadi pilot projek atas rasa kerinduannya akan kampung halaman alam dan kehidupan masyarakat Toba. Ratusan goresan tentang Toba telah ia abadikan dalam drawing dan lukisan cat air.
Projek itu kemudian dilanjutkan dalam lukisan ekspresif sang istri Ni Ketut Ayu Sri Wardani dengan media cat minyak di kanvas yang cukup besar mengangkat tema alam dan sosok-sosok perempuan Toba. Anggota Pertiwi yang lain merespon dalam lukisan cat air di kertas dan fotografi dari Nyoman Sani yang mengangkat tema “the look of Toba” menghadirkan keindahan tatapan mata yang tajam baik laki-laki dan terutama perempuan Toba. Cukilan di atas karet lino dengan mengangkat motif gorga nan artistik serta culikan alam Toba yang menakjubkan, gubahan Oka Armini dicetak di kertas.
Nick Djatnika pegiat Wastra Nusantara, mengangkat keindahan dan keragaman tenun Batak Toba untuk disandingkan dengan keragaman kain tenun Nusantara lainnya, dalam rancangan elok fashion bergaya etnik.
Dalam pameran ini rancangannya dikemas dalam sajian presentasi yang sedikit berbeda dikomposisikan dengan ukiran kreasi gorga dengan bingkai kayu, menjadi sebentuk rancangan fashion yang instalatif. Kemudian juga dipentaskan dalam peragaan busana yang diperankan model-model lokal.
Fotografi dengan tema keindahan alam yang tak tertandingi kaldera terbesar di Indonesia, dan kehidupan kebudayaan masyarakat Toba, kegigihan perempuan Batak Toba yang tersirat dalam raut wajah bahasa mimik yang khas, menjadi sasaran bidikan lensa Sebastian Hutabarat, Charis Martin Purba dan terutama fotografer senior Edward Tigor Siahaan menjadi sajian khas mata lensa dalam perspektif pecinta keindahan asal Toba.
Keindahan Toba memang tak pernah habis untuk diungkapkan dengan berbagai sudut pandang, sebagaimana lukisan Tunggul Panjaitan yang menangkap lanskap perkampungan (huta) dengan siluet perbukitan nan asri, Febrantonius Sinaga melukis dengan menyusun bahan alternatif jerami yang sebelumnya adalah sampah sawah. Serta Aan Turnip yang terinspirasi dari karya-karya bang Erland dan akhirnya tergerak berkarya melukis aktivitas masyarakat Danau Toba.
***
Program ini terbilang cukup “nekat” dengan menggelar pameran serempak di tujuh lokasi yang dengan koordinasi intensif direspon menjadi ruang pameran seni rupa. Proses persiapannya membutuhkan waktu dan koordinasi yang sangat panjang serta penuh dengan tantangan.
Terlepas dari segala kronik persoalan dan dinamikanya, program Pertiwi Negeriku Toba Exhibition tidak hanya menjadi ajang unjuk untuk seniman Pertiwi, tetapi juga kolaborasi yang elok untuk membangun medan sosial seni rupa di Toba. Respon tujuh venue yang begitu antusias dapat menjadi awalan yang baik untuk membangun infrastruktur dan mengembangkan suprastruktur Seni Rupa di Toba.
Sebagaimana diketahui bersama, keindahan alam kaldera Toba dan kebudayaannya yang otentik telah lama menjadi magnet yang begitu menarik bagi masyarakat dunia untuk berkunjung. Kini saatnya untuk menata kembali keindahan dan keartistikan tersebut untuk meningkatkan nilai destinasi Toba sebagai pariwisata berbasis alam dan kebudayaan.
Mengunjungi Toba tidak hanya menikmati alam dengan indra mata, tetapi juga merasakan alam dengan seluruh indra dan terutama menghirup oksigen yang masih murni, maka dari itu mutlak dibutuhkan keseimbangan dalam menjaga hubungan selaras manusia dengan alam.
Rumah adat adalah cermin betapa pendahulu belajar dan memahami alam, mereka bersahabat dengan alam. Struktur bangunan yang ditopang tiang-tiang kayu yang jumlahnya juga memilliki nilai estetika dan sekaligus matematis, seluruh strukturnya dibuat dengan kayu beratapkan ijuk, yang dapat menahan sinar matahari. Akan sejuk di kala teriknya matahari siang dan hangat di kala malam. Sungguh alam sangat luar biasa.
Struktur rumah batak juga begitu lengkap, di dalamnya ada kesadaran mitigasi bencana, mereka sadar di balik karunia yang sempurna ada ancaman bencana kegempaan dan vulcano yang menunggu, mereka gambarkan dengan sosok mitologi Naga Padoha Niaji.
Kebudayaan tua Toba menjadi saksi betapa leluhur masyarakat Toba sangat menghormati alam dan bersahabat dengan alam, kita bisa saksikan dalam bentuk rumah adat mulai dari strukturnya yang mempertimbangkan mitigasi alam, bahan baku yang dipakai berupa kayu dan ijuk sebagai atap yang sangat menimbang kenyamanan dan selaras dengan alam.
Hingga diejawantahkan ke dalam ornamen yang penuh simbol dalam ukiran gorga yang semuanya berhubungan dengan alam, motif paku tumbuhan yang hidup menyerap mineral dan kaya dengan gizi.
Simbol Naga Padoha Niaji menjadi penanda kita hidup dalam ring of fire, sebagaimana mitologi naga menjadi simbol yang terdapat di seluruh Nusantara. Naga dikaitkan dengan kekuatan api, panas bumi, lava vulkanik yang ada di perut bumi Ibu Pertiwi, yang senantiasa bergejolak menghasilkan kegempaan, letusan gunung berapi, dan peristiwa alam lainnya.
Simbol naga merupakan pesan simbolik para tetua Nusantara sebagai ingatan akan pentingnya kesadaran mitigasi masyarakat, yang hidup berdampingan dengan dinamika kebencanaan tanah pertiwi. Dan sekaligus juga memberikan segala kesuburannya, sehingga semua makhluk dapat hidup, tumbuh, dan berkembang di atasnya. Kegiatan berkesenian sudah seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keindahan alam Toba sebagai kekayaan Indonesia begitu mempesona.
Mengangkat tema Toba dalam proyek ini tidak hanya sebatas mengangkat keindahan nyata alam dan kebudayaan tanah Batak, tetapi juga tersisipkan spirit untuk membangun kebersamaan mengembangkan Toba melalui daya kreativitas seni, dan digerakkan dengan kesadaran.
Kesadaran menjalin hubungan antarsesama dan hubungan selaras dengan alam serta kesadaran sebagai bagian kecil (noktah) yang terhubung dalam jalinan kosmos. Kegiatan berkesenian sudah seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keindahan alam Toba sebagai kekayaan Indonesia begitu mempesona.[T]