INI SEJARAH. Selasa, 20 Juni 2023, adalah hari bersejarah bagi saya dan delapan teman lain dari Indonesia. Secara emosional, sambil menangis gembira, saya katakana lagi: Ini merupakan hari paling penting, bisa dibilang paling bersejarah dalam hidup kami.
Kami berjanji bertemu di Bandar Udara Soekarno Hatta. Saya berangkat seorang diri dari Denpasar, menggunakan pesawat Garuda.
Saya berangkat dari rumah di Singaraja, hingga ke Denpasar, hingga sampai di Bandara Soekarno Hatta, dengan membawa emosi campur aduk yang terus membuncah di dada. Senang, sedih dan takut. Saya harus katakana, saya berderai air mata saat berpisah dengan orang tua.
Sebelum berangkat, di rumah, ayah hanya berpesan, “Jalan yang jauh, harus ingat jalan pulang”. Ya, saya berjalan jauh, untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Saya memberanikan diri, akhirnya saya sampai di Bandara Soekarno Hatta.
Di Bandara Soekarno Hatta saya menuruni pesawat, lalu mengelilingi lobby untuk mencari teman saya Egi, yang juga baru saja tiba. Pandangan mata saya berkeliaran mengelilingi tempat saya berdiri, depan lobby.
“Kak Egiii…!” Begitu teriak saya ketika Egi terlihat menuju ke arah saya. Dengan celana jeans biru panjang dan jaket hitam khas seorang eginuari – dia mahasiswa hukum asal Universitas Muhammadiyah Malang. Saya sendiri adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja.
Saya dan Egi, berjalan beriringan menuju ke tempat keberangkatan internasional. Yang ternyata, dua orang teman pada “topik yang sama” dengan kami, sudah menunggu di sana.
Oh, ya, soal “topik yang sama”, harus saya jelas dulu, apa yang kami maksud “topik yang sama”.
Begini. Melalui seleksi yang cukup ketat, saya bersama Egi dan teman-teman lain dari Indonesia itu terpilih mengikuti program SUSI, Study of the US Institut Student Leaders selama 5 minggu dengan biaya operasional ditanggung oleh US Department of State. Ini adalah program kepenulisan di bidang jurnalistik.
Saya dan tiga orang lainnya mendapatkan “topik yang sama” dalam program itu, yakni topik Religious Diversity and Democracy Topic, yang ditempatkan di Temple University, Philadelphia. Untuk itulah kami brangkat menuju Philadelphia.
Lima teman saya lainnya mendapatkan topik yang berbeda, mereka berada pada topik lingkungan.
Saya dan Egi yang mendapatkan topik yang sama bertemu dengan Farah dan Yusuf yang berada dalam topik yang sama. Kami tentu sama-sama berangkat ke Philadelphia. Farah, seorang mahasiswa semester akhir dari UIN Gus Dur, dan Yusuf mahasiswa semester akhir juga dari STABN Raden Wijaya.
Sebenarnya Egi juga sama, seorang mahasiswa semester akhir. Saya jadi merasa dejavu, sama seperti saat pertama kali saya naik pesawat menuju Samarinda untuk program jurnalistik, tepatnya pers kampus, sebelumnya. Saya merupakan mahasiswa termuda yang ikut program.
“Akhirnya saya punya tiga kakak lagi, hehehe,” begitu pikir saya.
Pukul 18.00 WIB, kami berempat bersiap menuju tempat chek in bagasi. Pertama kalinya saya memegang paspor dan kelengkapan lainnya untuk bepergian keluar negeri. Ada saja hal unik yang terjadi untuk setiap hal pertama yang saya alami. Mulai dari teman saya yang lupa menukar jenis uang, saya yang kebelet pipis, teman lainnya yang berbelanja sembari mengantri di tempat bagasi, hahaha, unik sekali.
Satu jam berlalu, antri pun sampai di depan pintu keberangkatan. Pertama kami akan pergi ke Haneda, Tokyo. Pengumuman pramugari terdengar nyaring di sekeliling kami, mulai dari bahasa Inggris sampai bahasa Jepang. Hingga tiba saat pesawat kami dipanggil, kami bersorak saking senangnya, dan segera antri kembali untuk chek in.
Tidak bisa dibayangkan, akhirnya kami duduk di kursi penumpang. Benar-benar masih terasa mimpi, kalau ternyata pesawat yang kami naiki sudah lepas landas. Mengusir kebosanan, saya bermain tablet yang disediakan di setiap kursi penumpang. Sampai tidak sadar bahwa saya sudah terlelap begitu nyenyaknya. Hingga saya dibangunkan oleh pramugari karena waktu menyuguhkan hidangan teh dan makanan lainnya.
Suhu di tablet pesawat sudah menunjukkan -64°F. Pantas saja dingin sekali. Tapi saya sudah menggunakan jaket, dan juga selimut yang disediakan di tiap kursi penumpang. Tokyo, Jepang pun kami lewati. kali ini kami berangkat menuju bandara Chicago, dan selanjutnya akan menuju ke Philadephia.
Perjalanan panjang selama 12 jam menguras cukup banyak keringat. Bila diingat, kami ternyata tidak mandi, hahaha. Sekian perjalanan hari ini, nanti akan ada update lagi. Karena sebenarnya, perjalanannya baru saja dimulai. [T]