5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pilkada Buleleng: Drama Pendaftaran – PASS Kolosal, SURYA Misterius

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inOpini
137
SHARES

MARILAH kita tonton proses Pilkada sebagai sebuah seni pertunjukan drama. Kita mulai dari prosesi pendaftaran pasangan calon kepala daerah ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) 21-23 September 2016. Prosesi itu, sadar atau tidak, adalah sebuah seni pertunjukan drama dengan kisah yang sama namun dengan bentuk berbeda-beda, dan tentu saja endingnya pastilah berlainan.

Pemain utamanya adalah pasangan calon. Penontonnya: calon pemilih atau orang di luar daerah yang tak punya hak untuk memilih di daerah itu. TV dan media massa lainnya adalah panggung.

Prosesi pendaftaran pasangan calon Ahok-Jarot di Jakarta ditonton oleh orang-orang di Indonesia, padahal calon pemilihnya hanya warga DKI. Tentu saja, karena sesuai kata banyak pengamat, Pilkada DKI itu Pilkada rasa Pilpres.

Di Buleleng, prosesi pendaftaran pasangan calon juga diperhatikan banyak warga Pulau Dewata. Padahal calon pemilihnya hanya di Buleleng. Bukan karena Pilkada Buleleng beraroma Pilpres, namun karena pada Pilkada serentak tahun 2017 ini hanya Buleleng satu-satunya kabupaten di Bali yang menggelar Pilkada. Daripada nganggur, lebih baik nonton.

Media massa sebagai panggung juga tak banyak punya pilihan kisah politik untuk dipertontonkan ke publik.

Kata-kata yang Ditunggu-tunggu

Sebagai seni pertunjukan drama, pasangan calon tentu sangat sadar diri mereka sedang ditonton. Maka, mereka pun mencari sutradara andal, pemain pembantu yang mumpuni, dan figuran yang membantu suksesnya pertunjukan. Pilihan bentuk pertunjukan pun beda.

Ada yang memilih pertunjukan kolosal dengan banyak pemain. Ada yang memilih drama mini kata: pemainnya sedikit, dialognya tak banyak, namun menampilkan banyak simbol (baca: misteri) agar penonton bisa terkesan dan terus bertanya-tanya.

Yang ditunjukkan oleh pasangan Ahok-Jarot bersama Megawati dan tokoh-tokoh PDI Perjuangan di Jakarta adalah pertunjukan drama dengan mengandalkan kata-kata sebagai daya tarik. Terjadi banyak monolog dan dialog dengan diksi atau pilihan kata-kata yang dipersiapkan dengan matang oleh para pemainnya.

Pilihan menampilkan kata-kata (bukan pengerahan massa) saat mendaftar di KPU memang pilihan tepat. Banyak kisah yang harus didedahkan dengan kata-kata. Misalnya, yang paling ditunggu, kisah bagaimana tiba-tiba Megawati akhirnya memilih Ahok padahal sebelumnya Ahok terkesan dicueki.

Kata-kata Megawati ditunggu. Kata-kata Ahok tentu juga ditunggu. Kata-kata sejumlah tokoh PDI Perjuangan yang sebelumnya berseberangan dengan Ahok juga ditunggu.

Jika hanya kata-kata yang ditunggu penonton, kenapa harus mengerahkan massa? Di situlah Ahok dengan cerdik mengeluarkan himbauan agar para pendukungnya tak perlu beramai-ramai mengantarnya ke KPU. Kata-kata himbauan itu adalah kata-kata dari “naskah” drama yang sudah diperhitungkan.

PASS dengan Drama Kolosal

Di Buleleng, pasangan Putu Agus Suradnyana-Nyoman Sutjidra (PASS), memilih untuk mempertunjukkan drama kolosal. dengan jumlah pemain, baik aktor utama maupun pemain figuran, dengan jumlah melimpah. Bahkan, agar kesan kolosal lebih mantap, pertunjukan itu juga diisi permainan dari grup musik lokal yang terkenal.

Pasangan Suradnyana-Sutjidra bersama petinggi PDI Perjuangan Bali dan Buleleng dan massa pendukung berkumpul di Gedung Kesenian. Permainan musik digelar, massa bergembira. Setelah itu, massa berjalan kaki dengan diiringi gamelan balaganjur dari Gedung Kesenian ke KPU untuk mendaftar.

Selayaknya drama kolosal yang hanya mengandalkan jumlah pemain, pertunjukan tentu lebih banyak mengandalkan komposisi gerak ketimbang monolog dan dialog. Pemain yang melimpah itu diatur blokingnya agar jumlah yang mengesankan itu tampak menggetarkan hati penonton. Berita-berita di media massa pun tampaknya lebih banyak menggunakan lead tentang jumlah yang mengesankan. Ribuan massa, atau puluhan ribu massa…

Pilihan PASS untuk menghadirkan drama kolosal memang pilihan pas. Tidak ada “kata-kata” yang ditunggu penonton. Proses penetapan pasangan incumbent itu sebagai calon kepala daerah untuk keduakalinya di Buleleng nyaris tak memiliki kisah rumit dan menarik. Semuanya berjalan mulus. Tak ada lagi kisah yang perlu disampaikan lewat kata-kata.

Jika kemudian kata-kata harus disampaikan saat prosesi pendaftaran PASS itu, misalnya dalam bentuk sambutan, kata-kata yang keluar akan jatuh sebagai kata-kata normatif, dan terkesan pengulangan dari kata-kata yang pernah diucapkan sebelumnya. Penonton tak perlu kata-kata, karena tak ada pertanyaan lagi untuk dijawab dengan kata-kata. Maka “jawaban” yang disampaikan adalah pertunjukan jumlah dukungan yang tetap besar.

Wartawan pun, sebagai pihak yang akan mementaskan kembali drama itu di panggung mereka, seakan tak punya pertanyaan untuk memancing kata-kata jawaban. Berbeda dengan drama pencalonan Ahok, di mana wartawan membutuhkan banyak kata-kata sebagai jawaban dari drama politik penuh liku dan jebakan itu.

Kalau pun ada pertanyaan untuk PASS, paling pertanyaan masih berputar soal sikap partai terhadap Dewa Sukrawan (kader PDI Perjuangan yang mencalonkan diri lewat jalur perseorangan). Jika pertanyaan itu dijawab panjang-lebar apalagi dengan penuh semangat, tentu panggung itu akan berubah menjadi panggung Dewa Sukrawan.

SURYA Memainkan Misteri

Meski sebelumnya beredar berita bahwa pasangan Dewa Sukrawan-Dharma Wijaya (SURYA) akan diantar oleh ribuan massa saat mendaftar ke KPU Buleleng, namun kenyataannya pada 23 September 2016 ini SURYA diantar sedikit orang.

Di sini, pertunjukan yang dimainkan paket SURYA adalah pertunjukan drama mini kata dengan mengandalkan simbol-simbol. Yang “dijual” dalam pertunjukan itu adalah sejumlah misteri yang terus menjadi pertanyaan penonton. Misteri itu bahkan tetap menjadi misteri kembali karena dijawab dengan mini kata dan simbol-simbol.

Misteri itu misalnya benarkah Koalisi Bali Mandara (KBM) yang dimotori Partai Golkar dan Demokrat mendukung paket SURYA? Mampukah SURYA memenuhi kekurangan KTP dukungan agar bisa memenuhi syarat untuk lolos sebagai calon perseorangan, yakni mencapai paling tidak 43.000 KTP?

Misteri yang cukup bisa “dijual” bahkan jauh-jauh hari sebelum pendaftaran adalah keberadaannya sebagai kader PDI Perjuangan? Bagaimana sikap pengurus partai besar itu, bagaimana pula sikap teman-temannya sesama kader PDI Perjuangan di Buleleng? Belum lagi pertanyaan tentang bagaimana sikapnya jika dipecat dari PDI Perjuangan.

Jawaban-jawaban dari misteri itu cukup membuat drama yang dimainkan SURYA menjadi menarik pada saat mendaftar ke KPU. Paket itu tak perlu mengerahkan massa, karena tak akan mempengaruhi perhatian penonton, karena toh yang menjadi perhatian adalah pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi misteri.

Untuk menjawab misteri itu, SURYA cukup hanya memasukkan simbol-simbol dalam pertunjukannya. Jika banyak orang sangsi terhadap dukungan KBM, pada saat pendaftaran di KPU penonton paket SURYA memperlihatkan seorang atau sejumlah tokoh Partai Demokrat dan Partai Golkar.

Jika banyak orang bertanya soal kemampuannya memenuhi syarat dukungan KTP, dia cukup tersenyum dan memasang wajah santai dengan ekspresi tidak cemas sama sekali. Cukup menjawab dengan mini kata, misalnya “tunggu saja nanti,” atau “itu rahasia”.

Kalau boleh menduga, paket SURYA mungkin memang sengaja menciptakan banyak misteri dan rahasia agar kisahnya tak mudah diputarbalikkan oleh lawan.

Soal jumlah dukungan KTP misalnya, bisa saja SURYA sengaja menyetor KTP dengan jumlah pas-pasan pada tahap awal, sampai akhirnya KPU meminta tambahan lagi karena ada yang gagal verifikasi. Tujuannya, tentu membuat penonton terus bertahan mengikuti dramanya sampai akhir. (T)

Tags: AhokbulelengDKI JakartaPartai PolitikPolitik
Previous Post

Siapkan Diri Ikut “Rawayan Award” – Lomba Naskah Teater DKJ 2017

Next Post

Melukis Hingga Akhir Hayat – Obituari Tedja Suminar di Bentara Budaya

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Melukis Hingga Akhir Hayat - Obituari Tedja Suminar di Bentara Budaya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co