3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Seniman Bali Mesti Berani Garap Sastra Modern jadi Seni Pertunjukan

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inOpini

Drama Gong "Sukreni Gadis Bali" garapan Putu Satria Kusuma. # Foto: Agus Wiryadhi Saidi

39
SHARES

KETIKA dramawan Putu Satria Kusuma dengan penuh semangat melakukan transformasi atau alihwahana novel “Sukreni Gadis Bali” ke dalam bentuk drama gong, saya termasuk orang yang sangat bersemangat mendukungnya. Meski dukungan saya hanya sebatas dukungan moral.

Saya, sebagai orang yang suka menonton seni pertunjukan Bali, dalam bentuk apa pun, seakan punya harapan baru kalau seni pertunjukan Bali akan memiliki napas baru dan “usia harapan hidup”-nya menjadi lebih panjang. Dengan mengolah cerita dari karya sastra modern, seni pertunjukan tak sekadar hidup kembali, melainkan hidup dengan gaya dan wajah baru.

Seniman Bali memang seharusnya terbiasa melakukan alihwahana dari cerita-cerita yang lebih modern, bila perlu cerita dengan alur dan konflik yang lebih kompleks, agar daya kreativitas seniman lebih tertantang dan sensitivitas penonton lebih terasah.

Selama ini, cerita-cerita dalam seni pertunjukan di Bali lebih banyak berkutat pada cerita-cerita panji dengan alur dan konflik sederhana yang gampang ditebak. Atau masih nyaman dengan kisah-kisah pewayangan, Mahabharata atau Ramayana, serta kisah-kisah yang berasal dari babad.

Padahal, jika seniman seni pertunjukan terbiasa melakukan alihwahana dari karya sastra modern semacam cerpen, novel atau naskah teater, maka banyak kemungkinan baru bisa muncul.

Antara lain, seniman menjadi banyak membaca dan memburu buku-buku sastra berkualitas. Para penonton yang kesulitan membaca karya-karya sastra bisa menikmati ceritanya dalam versi seni pertunjukan. Di sisi lain, suguhan cerita seni pertunjukan Bali jadi makin beragam.

Sudah Sering Dilakukan

Alihwahana sastra modern ke seni pertunjukan Bali sebenarnya sudah sering dilakukan di Bali, meski belum bisa disebut mentradisi. Selain Putu Satria Kusuma, seniman dan akademisi Prof. Dr. Wayan Dibia pernah menggarap arja berlakon ”Sukreni Gadis Bali” yang diambil dari novel karangan sastrawan Anak Agung Pandji Tisna.

Untuk naskah teater modern, Kadek Suardana (almarhum) pernah menggubah kisah Macbeth karya William Shakespeare dalam seni gambuh yang sempat melanglang pentas di sejumlah negara luar seperti Singapura dan Jerman. Gambuh Macbeth itu bahkan mendapat sambutan luar biasa di Singapura dengan sejumlah resensi yang ditulis di media massa terkenal di masa itu.

Wayan Dibia yang dikenal sebagai sesepuh Sanggar Geoks Singapadu Gianyar sekaligus guru besar di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bahkan sempat begitu gencar memburu karya sastra modern untuk digubah ke dalam seni pertunjukan arja.

Ia pernah menggarap arja dengan lakon ”Oedipus the King” karya dramawan Sophocles. Sesekali ia juga menggunakan novel ”Ketemu Ring Tampaksiring”,sebuah karya sastra Bali modern untuk diangkat dalam seni arja. Eksperimen juga dilakukan untuk karya Pandji Tisna.

Proses transformasi dari karya sastra berbentuk tulisan ke dalam senipertunjukan yang mengandalkan gerak dan akting tentu saja tak mempunyai teori baku. Setiap seniman punya cara, teknik dan strategi sendiri. Bahkan dalam sebuah diskusi, Wayan Dibia mengaku harus berkali-kali mengubah strategi agar cerita dalam novel atau naskah drama Barat bisa diterjemahkan dengan mulus sekaligus ”mengena” dan ”sampai” ketika diubah dalam bentuk tembang, gerak dan akting dalam seni arja.

Alihwahana Sastra Klasik

Transformasi seni sastra ke dalam seni pertunjukan sesungguhnya bukan sebuah eksperimen baru dalam dunia seni di Bali. Arja dan drama gong bahkan sudah melakukannya sejak bertahun-tahun lalu.

Lihat misalnya karya sastra tradisional berupa geguritan Jayaprana-Layonsari, Sam Pek Ing Tay dan Basur, sudahberkali-kali diangkat dalam seni Arja. Bahkan, drama gong dari Banyuning,Buleleng, pernah sangat terkenal di Bali dan Lombok ketika menampilkan cerita Sam Pek Ing Tay. Selain arja dan drama gong, sejumlah dalang juga sempat melakukan kreasi dengan menciptakan wayang Cupak yang diambil dari karya sastra klasik atau karya sastra tradisional Cupak Gerantang.

Sebagian besar lakon-lakon dalam seni pertunjukan memang terbiasa mengambil cerita dari karya-karya sastra tradisional seperti geguritan. Karena hampir semua cerita yang berkembang di Bali atau diadopsi dari luar Bali pada awalnya tercipta dalam bentuk karya sastra geguritan atau kekawin.

Contohnya, cerita Jayaprana-Layonsari yang berasal dari Buleleng pada awalnya berbentuk geguritan. Begitu juga cerita yang berasal dari Cina, seperti Sam Pek Ing Tay, ketika masuk ke Bali awalnya ditulis dalam bentuk geguritan.

Bahkan kisah Ramayana danMahabharata yang berasal dari India juga berawal dari karya sastra kekawin. Setelah terkenal dalam bentuk geguritan, cerita itu kemudian ditransfer ke dalam seni pertunjukan.

Artinya, alihwahana sastra tradisional ke dalam seni pertunjukan sudah berhasil dilakukan di masa lalu. Jika cerita itu sudah mulai “membosankan” di telinga penikmat seni di Bali, kenapa tidak alihwahana dilakukan dari sastra modern?

Menggubah Makna

Apa sesungguhnya yang harus dilakukan ketika seorang seniman mengadopsikarya sastra dalam seni pertunjukan? Saya beberapa kali ngobrol dengan Putu Satria Kusuma mengenai transformasi sastra ke seni pertunjukan ini.

Dari hasil ngobrol itu bisa disimpulkan bahwa satu hal yang tidak boleh hilang dalam proses tranformasi itu adalah makna dan nilai-nilai dalam sastra. Makna kata dan makna kalimat yang mengandung nilai dan pesan seharusnya tetap dipertahankan ketika kata-kata dan kalimat itu berubah menjadi gerak atau akting. Dalam proses inilah terkadang seniman pertunjukan terlalu asyik berimprovisasi sehingga pesan yang disampaikan jadi hilang.

Secara fisik, menurut Putu Satria, cerita dalam karya sastra bisa saja tak sama dengan cerita dalam seni pertunjukan, misalnya plot atau alur bisa saja diubah. Bangunan alur bisa dilakukan dengan sistem kilas balik sehingga pembabakannya bisa disusun dengan pembabakan baru. Artinya bisa dibuat skenario ulang, seperti membuat skenario film yang kisahnya diambil dari novel.

Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan juga tak perlu dibuat sebanyak tokoh yang ada dalam novel. Misalnya dengan hanya mengambil tokoh-tokoh penting yang disesuaikan dengan tokoh-tokoh yang diperlukan dalam seni pertunjukan. Dengan begitu, sebuah seni pertunjukan seperti arja atau drama gong misalnya tetap menjadi sebuah karya seni yang baru sama sekali meskipun pengarangnya sama.

Memang, belum tentu keseluruhan pesan dalam novel bisa diterjemahkan dengan mulus dalam seni pertunjukan. Tentu saja akan ada yang cerita dalam novel yang menghilang, tetapi bisa juga ceritanya menjadi lebih kaya ketika dipertunjukkan dalam arja atau drama gong. Jadi, memang tak ada penilaian lebih bagus atau lebih buruk, antara novel dan seni pertunjukan masing-masing berdiri sendiri-sendiri sebagai karya seni. (T)

Tags: alihwahanasastraseni pertunjukan
Previous Post

Jenis-Jenis Wisudawan dan Pekerjaan yang Tepat Ditekuni

Next Post

Bak Diterjang Virus, Buleleng Akhirnya Demam Festival

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Bak Diterjang Virus, Buleleng Akhirnya Demam Festival

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co